-08- First Smile

2.2K 156 1
                                    

#Author POV

nampak di lorong sebuah mansion sayap kiri seorang pemuda nampak menggendong seorang bayi mungil berusia tiga bulan yg tengah menangis, dan pemuda itu tak lain adalah Romeo Reifaldi, dan ini merupakan mansionnya yg ia tempati berdua dengan adik tirinya yg sejak awal bertemu telah mengidap guncangan psikis, ia takut terhadap orang asing, terlebih jika itu sosok laki-laki paruh baya.

'tok...tok...tok...' Romeo mengetuk pintu kamar adik tirinya

"Raya, buka pintunya... Aratta nangis nih... dia laper kayaknya" ucap Romeo

'cklek' terdengar suara kunci yg diputar

tanpa permisi Romeo masuk kedalam kamar yg masih tertutup itu, sesampainya dikamar sang adik, mata Romeo menjelajah setiap sudut kamar Raya, dan menemukan raya berdiri di samping pintu yg sidah di tutup kembali

"Aratta menangis sayang" ucap Romeo lembut, dengan gerakkan kaku dan gugup Raya menghampiri Romeo yg sudah duduk diatas ranjangnya, lalu ikut duduk di samping Romeo.

perlahan Raya mengulurkan tangannya ragu pada Romeo
"Aratta" ucapnya pelan
Romeo pun menyerhkan Aratta pada Raya, ibunya
"kalao gitu gue keluar dulu ya" ucap Romeo sambil beranjak bangun, tapi tangan Raya menggapai ujung kaus yang di pakai Romeo
"ka-kakak" ucap Raya ragu
mendengar kalimat 'kakak dari bibir Raya membuat Romeo sangat bahagia, ia menoleh dan tersnyum lembut pada Raya "ada apa sayang?" tanya Romeo
"maafin Ra-Raya, kak, gara-gara Raya papa Andi, mama, dan kaka jadi malu, gara-gara Raya keluarga kakak jadi nanggung aib karena Raya hamil di luar nikah, dan papa kandung Raya sendiri yng... hiks...hiks...hiks... yang..." Raya tidak sanggup melanjutkan kalimatnya dan berakhir dengan isak tangis, tangisan pilu Rayaa membuat Aratta ikut bersedih dan menangis lagi setelah ia berhenti menangis sejak berada dalam dekapan ibunya
"ssst... siapa yang bilang Raya bikin malu keluarga ini? siapa yang bilang Raya bikin aib?, kakak, papa dan mama Ria ga pernh berfikir seperti itu, denger Raya, bagi kakak mau Raya seperti apapun Raya tetap adik yang kakak sayang, meski kita bukanlah saudra kandung, tapi kakak akan selalu sayang pada Raya, dan kakak janji gak akan ngebiarin siapapun melukai Raya dan Aratta" ucap Romeo tulus sambil menyeka airmata Raya.

"makasih kak, Raya dan Aratta sayang kakak" ucap Raya
"yaudah susuin gih Aratta, kasihn dia" ucap Romeo
"kak..." panggil Raya saat Romeo akan pergi
"apa?" tanya Romeo
"kapan kakak bawa Julliette yang selalu kakak bicarakan itu?, Raya ingin ketemu sama Julliette-nya kakak" ucap Raya yang langsung menohok hati Romeo
"eeerrr... kakak ga yakin, tapi kakak pasti akan usaha untuk mendapatkan juliet kakak itu dulu, baru kakak akan mengenalkannya padamu" ucap Romeo
"ah iya, Raya, papa dan mama Ria tadi pagi berangkat ke Paris, mungkin lima atau enam bulan baru bisa balik lagi kesini, spertinya kali ini ada masalah yang cukup serius di cabang yang ada di Paris, jadi mama mungkin akan sedikit susah menghubungimu" ucap Romeo
"gak apa-apa, Raya ngerti" ucap Raya sambil tersenyum tipis
"baiklah, selamat malam Raya" ucap Romeo
"malam kakak" balas Raya.


Romeo berjalan kearah sebuah ruangan yang di penuhi peralatan canggih berbasis tekhnologi komputerisasi, ruangan ini ada di bawah tanah mansion megah rumah ini, untuk kesana Romeo membuka sebuah pintu kecil yang ada di lantai yang berada di bawah tangga , didalam pintu itulah terdapat tangga yang menuju lantai bawah tanah, yang berisikan berbagai macam hal, termasuk ruangan canggih ini, tak seorang pun tahu mengenai hal ini, bahkan ayah, dan mendiang ibunya, hanya Romeo dan mendiang kakek dan neneknyalah yang tahu mengenai ruang bawah tanah ini.

Romeo menekan tombol call pada layar virtual didepannya
"yo whatshap" sapa seorang pemuda berpakaian serba hitam di layar virtul itu
"Hyde kau sudah mengerjakan apa yang aku minta?" tanya Romeo
"uhhu... Rome lo meragukan gue yepp, gue berhasil menemukan si tuan bangsad bejad Antony Sanderson, look!, he playing like a bitch at the beach" ucap pemuda yang di pnggil Hyde itu sambil mengirimkan vedeo kepada Romeo
"where is it?" tanya Romeo
"pulau pasir putih, you know where is it right?" ucap Hyde
"gue sambungin ke Sica dan my brader Gabriel, mereka yang memantau gerak-gerik orang itu" ucap Hyde, selang beberapa menit Romeo telah tersambung dengan Gabie dan Sica
"yo Rome sapa Sica si cewek manis "long time no see Rome" sapa Gabriel atau Gabie si cowok bersurai kemerahan
"to the point. how your job guys?" tanya Romeo
"well gue berhasil mendapat berkas-berkas penting bukti dari serngkaian pekerjaan kotornya, dari prostitusi, penjualan narkotika, sampai penjual belian bayi illegal serta penjualan organ manusia secara illegal tentunya" jelas Sica
"berkat sample darah Raya dan Aratta aku berhasil membuktikan bahwa DNA yang aku ambil dari darah orang itu, membuktikan bahwa ia adalah orang yang telah melakukan tindakkan kekerasan sexual pada putrinya sendiri, aku juga berhasil menarik kesaksian dari beberapa saksi yang juga mendapat tindakkan pelecehan, dan menurut keterangan semua saksi yang berjumlah tiga orang, dan merupakan mantan sekertaris orang tersebut juga mengatakan bahwa mereka diancam akan di bunuh dan seluruh keluarga mereka akan di bantai jika sampai mereka melapor kepada pihak berwajib" kali ini Gabie yang berbicara
"well done, lalu bagaimana dengan keamanan para saksi?, aku tak ingin ada yang terluka atau sampai terbunuh" tanya Romeo
"well easy Rome, semuanya berada dalam keadaan aman dan terkendali, aku telah menempatkan mereka dan keluarga mereka di tempat yang aman, seluruh saksi mendapatkan pengamanan ekstra" jawab Sica
"bagus, aku ingin kalian menyeret manusia biadab itu kedalam sel dan membusuk di sana, kalau perlu mendapat hukuman mati sekalian" geram Romeo
"kau orang baik ya Rome" ucap Gabie tiba-tiba
"maksudmu?" tanya Romeo tak faham
"biasanya klien dengan masalah sepertimu meminta kami untuk langsung membunuh target dengan kejam, sadis, dan menyiksa, taapi kau berbeda, kami sangat senang karena kami bertiga kini bekerja dibawah komando darimu Boss, kami juga sangat berterimakasih atas kesediaanmu untuk membeli kami dari pasr budak" ucap Sica tulus
"well aku sangat tidak suka dengan perbudakan, kebetulan saja aku lewat dalam pasar gelap, dan langsung tertarik pada kalian bertiga, tiga saudara Falixie, dan masalah membunuh... hmmm aku tidak suka mengotori tanganku, dan tak ingin membuat tangan bawahanku kotor, jadi aku lebih suka mencari bukti akurat, konkret, dan tak terbantahkan, lalu melemparkannya ke pihak hukum" jelas romeo
"tak perlu berterimkasih, dan berhentilah memanggilku Boss! aku bahkan lebih muda dari kalian bertiga, jadi bersikaplah selayaknya teman! itu sudah lebih dari cukup!, mengerti?!" ucap Romeo tegas.
"yess" ucap Sica "okay" ucap Gabie dan "yepp" ucap Hyde
"well gue ngantuk, gue rasa kalian udah tau apa yang harus di lakukan, hubungi pengacara andalan kita, dan lakukanlah yang semestinya harus di lakukan, aku percaya pada kalian, kita akhiri sampai disini, oh iya, setelah kasus selesai kuberikan kalian libur panjang tak terhingga sampai aku memangil kalian lagi untuk minta bantuan." ucap Romeo mengakhiri pembicraan dan 'klek' layar virtual pun mati.

bukan Romeo dan JullietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang