Happy reading ~
___________________________________________
Felix adalah sosok yang memiliki aura tenang dan misterius. Wajahnya terlihat lembut, namun sorot matanya menyimpan keteguhan dan kehampaan yang hanya bisa dimiliki oleh seseorang yang telah hidup terlalu lama.
Rambut pirangnya menjuntai lembut, memberikan kesan kontras dengan pakaian kasualnya—sebuah jaket denim yang sederhana, namun memberikan nuansa tak lekang waktu.
Di malam-malam seperti ini, Felix sering kali merasa ada jarak tak terlihat antara dirinya dan dunia di sekitarnya.
Meskipun pekerjaannya sebagai fotografer membawa dia ke berbagai tempat dan bertemu banyak orang, dia selalu merasa sendirian—terjebak dalam keabadian yang tak memberikan apa-apa selain kehampaan.
Beomgyu memperhatikan Felix yang terdiam di sudut studio, matanya memandangi hasil foto di layar dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"Felix, kau tahu, kau terlihat seperti seseorang yang membawa beban dunia di bahunya," katanya sambil bersandar di meja dengan senyuman jahil.
Felix hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada foto-foto yang baru saja diambilnya di malam gala.
"Kita semua membawa beban masing-masing, Beomgyu. Bedanya, aku sudah terbiasa."
Beomgyu tersenyum kecil, tidak memaksa lebih jauh. Dia tahu bahwa Felix selalu menjaga jarak emosional, terutama dalam urusan manusia.
"Tapi, ada yang berbeda kali ini, bukan? Kau terus-terusan memikirkan seseorang sejak acara itu."
Felix tidak menjawab. Sosok Bangchan memang terus muncul di benaknya, meskipun ia tak bisa menjelaskan kenapa. Ada sesuatu tentang Bangchan—sikap tegas namun hangat, cara dia memperhatikan orang di sekitarnya—yang membuatnya merasa aneh.
Meskipun mereka berasal dari dunia yang berbeda, ada tarikan kuat yang tidak bisa diabaikannya.
Sementara itu, di tempat lain, Bangchan juga masih memikirkan sosok fotografer misterius yang dia temui di gala.
Tanpa sadar, pertemuan singkat itu mulai merayap dalam pikirannya, seolah-olah ada benang tak kasat mata yang menghubungkan mereka berdua.
Felix menatap pantulan dirinya di layar monitor, meneliti setiap detail wajahnya dalam foto itu. Dia terlihat sempurna, tak pernah menua. Namun di balik kesempurnaan itu, ada rasa kekosongan yang sulit diisi.
Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasakan sesuatu yang berbeda—sesuatu yang seakan bangkit di dalam hatinya, meskipun dia berusaha mengabaikannya.
Beomgyu memandangnya dari kejauhan, tersenyum simpul. "Aku penasaran, Felix... Apakah seorang pengusaha seperti Bangchan bisa mengguncang dinding yang sudah kau bangun begitu tinggi?"
Felix tidak menjawab, tetapi tatapannya yang dingin seolah berkata bahwa jawaban itu mungkin sudah ia tahu—namun terlalu takut untuk mengakuinya.
***
Beberapa minggu setelah malam gala, Felix dan Beomgyu sedang duduk di kafe kecil dekat studio mereka, memeriksa detail proyek berikutnya.
Mata Felix berfokus pada layar laptop, membaca email terbaru dari klien yang meminta jasa fotografi mereka untuk acara besar.
“Launching produk elektronik baru…,” gumam Felix pelan, jari-jarinya mengetik cepat. “Perusahaan besar. Bang Corp.”
Beomgyu, yang duduk di seberang dengan cangkir kopi di tangan, langsung menegakkan tubuh. "Bang Corp? Bukankah itu perusahaan besar milik—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...