Felix dan Beomgyu akhirnya menyelesaikan proyek foto yang sudah memakan banyak waktu dan tenaga mereka. Setelah mengirimkan hasil foto itu kepada klien, keduanya merasa lega karena pekerjaan besar itu telah rampung.
Beomgyu menepuk bahu Felix sambil tersenyum lebar. "Kerja bagus, Felix. Kita bisa beristirahat sekarang."
Felix mengangguk, merasa puas dengan hasilnya. "Iya, setidaknya pekerjaan ini selesai tepat waktu."
Saat mereka berkemas untuk pulang, Hyunjin tiba-tiba muncul dengan senyuman lebar di wajahnya. "Felix, apa kau punya waktu? Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Aku tahu tempat yang bagus di taman kota. Ini hari yang cerah, sayang kalau dilewatkan."
Felix, yang merasa sedikit jenuh setelah bekerja keras, memutuskan untuk menerima ajakan Hyunjin. "Baiklah, aku butuh udara segar juga."
Mereka berdua menuju taman kota yang dipenuhi orang-orang yang sedang bersantai dan menikmati sore. Suasana taman sangat damai, dengan burung-burung berkicau dan anak-anak bermain di rerumputan hijau.
Hyunjin dan Felix berjalan beriringan sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.
Hyunjin, yang biasanya lebih misterius dan pendiam, kali ini tampak lebih santai. Dia sesekali melontarkan candaan yang membuat Felix tertawa kecil. Mereka berbicara tentang hal-hal ringan, dari topik pekerjaan hingga kenangan masa kecil.
Felix merasa lebih tenang, dan untuk pertama kalinya sejak bertemu Bangchan, pikirannya terasa ringan.
"Ini tempat yang bagus," kata Felix sambil memandang ke arah air mancur yang berada di tengah taman. "Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merasa serileks ini."
Hyunjin tersenyum puas. "Terkadang, yang kita butuhkan hanya waktu untuk melupakan semua tekanan. Lihat, kau bahkan tidak terlihat haus darah sekarang."
Felix mengangguk, menyadari bahwa rasa haus yang biasa menghantuinya tidak lagi terasa. Bersama Hyunjin, dia benar-benar bisa melupakan keinginan untuk mencari darah werewolf itu. "Kau benar. Entah bagaimana, aku merasa lebih baik. Seperti semua beban itu menghilang."
Mereka duduk di bangku taman, menonton orang-orang berlalu-lalang. Hyunjin terus berusaha menjaga suasana hati Felix tetap baik, meski dalam hatinya, dia masih memendam perasaan yang lebih dalam.
Namun, kali ini Hyunjin bertekad untuk tidak menekannya, menikmati hubungan pertemanan mereka yang semakin akrab.
"Kau tahu," kata Hyunjin sambil menyandarkan tubuhnya di bangku, "kadang kita terlalu sibuk dengan hal-hal besar, hingga lupa bahwa kebahagiaan juga bisa ditemukan dalam momen-momen sederhana seperti ini."
Felix menoleh ke arah Hyunjin dan tersenyum. "Kau benar. Terima kasih sudah mengajakku ke sini. Aku rasa ini yang kubutuhkan."
Hyunjin mengangguk pelan, senang bahwa rencananya berhasil. Dia tahu Felix masih berjuang melawan rasan haus itu dan tekanan yang disebabkan oleh Bangchan, tetapi setidaknya untuk saat ini, dia berhasil membuat Felix melupakan semua itu, meskipun hanya sementara.
Felix pun merasa lebih ringan, seolah-olah beban yang menghimpitnya mulai berkurang. Setidaknya untuk hari ini, dia bisa melupakan konflik batinnya dan menikmati hidup tanpa harus bergantung pada siapa pun.
Setelah beberapa saat mengobrol dan menikmati suasana taman, Hyunjin tiba-tiba berdiri dan berkata dengan senyuman yang sedikit misterius, "Aku akan pergi sebentar. Tunggu di sini, ya."
Felix mengerutkan kening, sedikit bingung dengan kepergian mendadak Hyunjin. "Ke mana kau mau pergi?"
Namun, sebelum Felix bisa bertanya lebih jauh, Hyunjin sudah berjalan menjauh dengan langkah cepat. Felix menatap punggungnya yang semakin jauh, lalu mengangkat bahu. "Dia memang suka begitu," gumamnya pelan sambil kembali duduk dan menikmati pemandangan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...