Sebelum membaca, vote dulu dong :)
Terimakasih..
Happy Reading ~
___________________________________________
Keesokan harinya, suasana di Bang Corp. terasa sibuk seperti biasa. Bangchan duduk di kursi kantor mewahnya, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme yang tidak biasa.
Di layar laptop di depannya, serangkaian laporan keuangan dan persiapan untuk peluncuran produk baru memenuhi pandangan.
Tapi anehnya, meski pekerjaan menumpuk, suasana hatinya terasa lebih ringan hari ini. Ada perasaan senang yang terus muncul tanpa alasan yang jelas, dan hal itu membuatnya tak henti-hentinya tersenyum kecil.
Di sisi lain ruangan, Minho, asisten setia sekaligus sahabat Bangchan, memperhatikan perubahan halus dalam sikapnya. Biasanya, Bangchan akan terlihat serius dan fokus, tetapi hari ini ada sesuatu yang berbeda. Tatapan Minho sesekali berpindah dari laporan di tangannya ke Bangchan, yang tampak agak lebih riang daripada biasanya.
Minho tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Dia mengangkat alis, lalu menutup foldernya dengan bunyi pelan sebelum berkata, “Bos, apa yang terjadi denganmu hari ini?”
Bangchan menghentikan ketukan jarinya dan menatap Minho dengan senyum tipis di wajahnya. “Apa maksudmu, Minho?” tanyanya, pura-pura tidak tahu.
Minho mendekat, melipat tangannya di depan dada. “Kau kelihatan… berbeda. Biasanya kau sudah mengeluh soal laporan atau mengomel soal produk yang belum sempurna. Tapi hari ini… kau terlihat bahagia. Ada sesuatu yang harus aku tahu. Kau membuatku penasaran.”
Bangchan terdiam sejenak, berpikir tentang pertanyaan Minho. Dia tidak ingin membahas pertemuannya dengan Felix, terutama karena dia sendiri belum bisa memahami sepenuhnya apa yang membuatnya begitu senang. Ada sesuatu tentang vampir itu, sesuatu yang membuat adrenalinnya melonjak, meski Felix telah menolak permintaannya.
Namun, Bangchan merasa ada potensi, dan itu entah bagaimana membuatnya merasa lebih hidup.
“Aku rasa tidak ada yang istimewa,” jawab Bangchan akhirnya, menahan senyumannya agar tidak terlalu mencolok. “Mungkin aku hanya merasa puas dengan bagaimana semuanya berjalan sejauh ini.”
Minho mengerutkan kening, jelas tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban itu. “Puas, ya?” tanyanya setengah mencemooh. “Kau biasanya tidak pernah merasa puas sampai semuanya sempurna. Tapi baiklah, kalau kau bilang begitu. Hanya saja, kalau ada sesuatu yang lebih menarik daripada laporan ini, jangan lupa bagi ceritanya, oke?”
Bangchan hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. “Mungkin kau yang terlalu banyak berpikir, Minho.”
Meskipun Minho berusaha untuk tidak terlalu memikirkan perubahan suasana hati bangchan, dia tetap merasa ada sesuatu yang sedang terjadi di balik sikap santai Bangchan. Sesuatu yang mungkin tidak ingin dia ungkapkan, setidaknya untuk sekarang. Namun, Minho memutuskan untuk menunggu sampai Bangchan siap membicarakannya.
Sementara itu, Bangchan kembali fokus pada layar laptopnya, tapi pikirannya tetap berputar-putar tentang Felix. Meski dia sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya, gambaran vampir yang menolak permintaannya itu terus muncul sesekali di benaknya. Dia merasa Felix adalah tantangan yang belum dia taklukkan, dan itu membuatnya semakin tertarik.
Minho, yang memperhatikan perubahan halus pada Bangchan, merasa bahwa ada lebih dari sekadar pekerjaan yang memengaruhi suasana hatinya. Tapi, Minho tidak akan memaksa. Dia hanya akan menunggu, mengamati, dan mungkin, di saat yang tepat, mendapatkan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...