Hey, jangan lupa vote dulu :)
Happy Reading ~
___________________________________________
Felix melangkah keluar dari apartemennya, merasa angin malam yang dingin menyapu wajahnya.
Di sisinya, Beomgyu berjalan dengan santai, tangan dimasukkan ke dalam saku jaketnya.
Malam ini adalah malam istirahat mereka—hari libur yang sangat jarang didapatkan. Namun, bagi Felix, liburan ini terasa lebih seperti pelarian.
Pikirannya masih terbelah antara rutinitas sehari-harinya dan pertemuan singkatnya dengan seorang manusia yang belum dikenalnya secara utuh, tetapi sudah mengganggu ketenangannya—Bangchan.
"Kenapa diam saja? Apa kau masih memikirkan pekerjaan?" tanya Beomgyu tiba-tiba, menghentikan langkah Felix sejenak.
Felix menoleh ke arah rekannya, tersenyum tipis. "Tidak juga. Hanya… sedikit pusing saja."
Beomgyu mengangguk sambil tertawa kecil. "Kau terlalu banyak bekerja. Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk benar-benar liburan. Jangan hanya keluar untuk berjalan-jalan tanpa tujuan."
Felix hanya tersenyum tanpa menjawab, tatapannya kembali mengarah ke jalanan yang mereka lalui. Namun, seolah Beomgyu bisa membaca isi pikirannya, dia melanjutkan, "Atau... apakah ini tentang pekerjaan baru kita di Bang Corp.?"
Felix mengernyit sedikit, tetapi tidak mengelak. "Mungkin. Aku hanya berpikir tentang orang-orang di sana. Sepertinya akan menjadi job yang menarik."
"Benar. Bangchan, kan? CEO muda yang sukses itu?" Beomgyu berkata dengan nada kagum. "Dia benar-benar menjadi topik hangat di kalangan bisnis. Aku dengar dia punya otak brilian dan... sedikit dingin."
Felix menahan napas sejenak. Nama itu lagi, Bangchan. Meski belum pernah bertemu dengannya dalam kapasitas profesional, nama itu mulai terasa akrab di telinganya.
Pertemuan singkat di malam sebelumnya masih segar di ingatannya, meskipun Felix berusaha keras untuk tidak memikirkannya. Manusia yang satu itu—ada sesuatu yang berbeda tentang dirinya.
"Ya, kurasa begitu," jawab Felix tanpa emosi. "Tapi aku belum pernah bertemu dengannya secara langsung."
Beomgyu menatapnya dengan tatapan heran. "Kau tidak pernah peduli pada manusia, Felix. Ada apa? Ada sesuatu tentang Bangchan yang mengganggumu?"
Felix menghela napas dalam-dalam, mencoba menyingkirkan keraguan di dalam pikirannya. "Tidak. Aku hanya merasa aneh saja. Kau tahu, manusia selalu memiliki cara untuk menyepelekan sesuatu. Mereka hanya tertarik pada hasil tanpa memahami prosesnya."
Beomgyu tertawa kecil mendengar respons Felix. "Benar. Manusia memang begitu. Tapi mereka bukan masalah kita. Kita bekerja, kita selesai, lalu kita pergi. Itu saja."
Felix ingin mengiyakan, namun jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang menggelitik, sesuatu yang ia tidak bisa abaikan begitu saja. Bayangan wajah Bangchan melintas dalam benaknya lagi—kek4saran tatapan pria itu, insting dominan yang Felix rasakan tanpa perlu kontak fisik. Itu membuatnya merasa tidak nyaman, bahkan... terancam.
"Mungkin kau benar," akhirnya Felix berkata, mencoba memecah keheningan. "Tapi kita lihat saja bagaimana nanti saat pekerjaan di sana dimulai."
Beomgyu tersenyum lagi. "Hei, jangan terlalu serius. Ini hari libur kita! Ayo kita cari tempat yang menyenangkan."
Mereka melanjutkan berjalan, melewati trotoar yang dihiasi dengan lampu-lampu kota yang mulai meredup. Tapi meski malam itu terasa tenang, sesuatu di dalam diri Felix tetap gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...