Hyunjin mulai menyadari bahwa pendekatannya selama ini terhadap Felix tidak membawa hasil yang diinginkannya. Setiap kali dia mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk melindungi Felix, dia hanya mendapatkan kemarahan dan penolakan.
Namun, setelah malam tenang itu di balkon, sesuatu dalam dirinya berubah. Mungkin Felix tidak akan pernah menerimanya jika dia terus berusaha keras dengan pendekatan lama.
Maka, Hyunjin memutuskan untuk mengubah caranya. Dia memutuskan untuk menjadi teman yang baik bagi Felix, tanpa mengungkit tentang perlindungan lagi.
Sejak malam itu, hubungan mereka mulai terasa lebih ringan. Hyunjin tidak lagi muncul tiba-tiba dengan dalih untuk menjaga Felix.
Sebaliknya, dia berusaha ada di sekitar Felix dengan alasan yang lebih sederhana—hanya untuk berteman. Mereka berbicara lebih sering, meski obrolan mereka masih diselingi oleh ketegangan yang samar.
Felix mungkin masih menyimpan sedikit kecurigaan, tetapi Hyunjin tidak lagi mencoba memaksakan apapun.
Suatu malam, ketika Felix kembali ke apartemennya setelah bekerja, dia melihat pesan dari Hyunjin di ponselnya.
Hyunjin: "Malam ini, ada acara di kafe favoritku. Mungkin kau mau ikut? Tidak ada yang serius, hanya hiburan biasa."
Felix memandang pesan itu beberapa detik. Biasanya, ajakan dari Hyunjin akan membuatnya kesal, tapi kali ini, entah mengapa, dia merasa tak ada salahnya menerima.
Lagipula, dia butuh sedikit hiburan setelah hari-hari penuh pekerjaan.
"Baiklah," jawab Felix singkat, meskipun dia tidak sepenuhnya yakin dengan keputusannya. Dia meraih jaketnya dan bersiap untuk pergi.
Di kafe, suasana ramai, musik lembut mengalun di latar belakang. Hyunjin sudah duduk di meja di sudut ruangan, menunggu Felix.
Ketika Felix tiba, Hyunjin menyambutnya dengan senyum hangat. Mereka memesan minuman dan mengobrol santai tentang berbagai hal. Tidak ada ketegangan yang biasanya terasa di antara mereka, hanya percakapan ringan yang membuat mereka merasa lebih nyaman satu sama lain.
Felix menyesap kopinya, menatap Hyunjin dengan sedikit rasa penasaran. "Kenapa kau tidak pernah bilang kau hanya ingin menjadi teman?" tanya Felix tiba-tiba, nada suaranya sedikit santai namun ada sedikit rasa ingin tahu.
Hyunjin menatapnya, sedikit terkejut oleh pertanyaan itu. Dia menarik napas dalam dan berkata, "Karena dulu aku ingin menjadi temanmu, menjadi temanmu saja sudah cukup"
Felix mengangguk pelan, tidak sepenuhnya puas dengan jawaban itu, tapi dia tidak bisa menyangkal bahwa ada perubahan dalam cara Hyunjin memperlakukan dirinya akhir-akhir ini.
“Tapi jangan berpikir kau bisa melakukan apapun sesukamu hanya karena kita berteman,” kata Felix dengan nada setengah bercanda.
Hyunjin tertawa kecil, “Tentu saja. Aku janji tidak akan terlalu memaksa”.
Namun, meski mulutnya berkata demikian, di dalam hatinya, Hyunjin masih menyimpan perasaan yang lebih dalam terhadap Felix. Dia tahu perasaannya tidak akan pernah hilang begitu saja, tapi untuk saat ini, dia memilih untuk menahan diri.
Dia sudah melihat sendiri bahwa mendekati Felix secara perlahan, tanpa tekanan, adalah cara yang terbaik.
Dan meski Felix tidak mengetahuinya, Hyunjin tetap merasakan dorongan untuk melindungi vampir yang kini menjadi temannya. Perasaan itu masih ada, kuat, namun Hyunjin telah belajar untuk tidak mengatakannya lagi. Dia akan tetap berada di sana, di sisi Felix, meskipun dia harus menyembunyikan niat aslinya.
Dalam beberapa minggu ke depan, hubungan mereka semakin membaik. Mereka sering bertemu, baik untuk sekadar minum kopi bersama atau menghabiskan waktu dengan mengobrol di balkon apartemen Felix. Felix mulai lebih terbuka terhadap Hyunjin, meskipun masih ada batas yang dia pasang di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...