Chapter 4

26 6 0
                                    

Hey, sumbang vote nya dong guys 😩 tinggal pencet ujung kiri bawah gitu doang loh 😩

Dah lah.

Happy reading ~

___________________________________________

Felix berjalan dengan langkah tergesa, namun pikirannya tersesat dalam pusaran kebingungan. Sinar bulan yang memantul di trotoar kota yang gelap seolah-olah ikut membebani pikirannya.

Keheningan di antara mereka sangat mencekam, dan Beomgyu hanya bisa melihat sahabatnya itu dengan pandangan penuh kecurigaan.

"Kau tidak bisa membiarkan ini terus terjadi," suara Beomgyu akhirnya memecah keheningan. "Apa yang kau pikirkan? Kau hampir saja... membunuh manusia itu."

Felix menghentikan langkahnya, menarik napas panjang sambil berusaha mengendalikan dirinya. "Aku tahu, Beomgyu. Tapi aku... tidak tahu kenapa aku tidak bisa mengendalikannya."

Beomgyu memelototinya, wajahnya penuh amarah. "Itu bukan sekadar tentang kehilangan kendali, Felix. Kau harus tahu, kita tidak bisa main-main dengan manusia. Apalagi orang penting seperti itu. Jika seseorang menyadari apa yang kau lakukan—apa yang kita lakukan—akan ada konsekuensinya."

Felix menatap tanah, matanya menunduk. Dia tahu Beomgyu benar. Mereka, sebagai vampir, hidup dalam bayang-bayang. Hubungan dengan manusia adalah sesuatu yang selalu rumit, apalagi jika melibatkan darah.

Tetapi, ada sesuatu tentang Bangchan yang berbeda—sesuatu yang menariknya ke arah yang salah, sesuatu yang membuatnya merasa terhubung dalam cara yang tidak pernah dia alami sebelumnya.

"Aku tidak bisa menjelaskan ini, Beomgyu," bisik Felix. "Ada sesuatu tentang dia. Dia tidak takut padaku. Bahkan ketika aku hampir mengambil nyawanya, dia... tetap di sana. Seolah-olah dia tahu sesuatu yang tidak aku ketahui."

Beomgyu mengernyit, jelas tidak puas dengan jawaban Felix. "Tinggalkan manusia itu. Jauhkan dirimu. Kita punya tugas di dunia ini, dan bermain-main dengan perasaan hanya akan membuat kita dalam bahaya."

Felix menoleh, tatapannya akhirnya bertemu dengan sahabatnya. "Mungkin kau benar," dia berujar pelan, namun di dalam dirinya, keraguan itu masih menggantung.

***

Di tempat lain, Bangchan sedang berdiri di depan cermin di kamarnya, di kantor, bangchan memiliki sebuah kamar di dalam ruangan. Ia memandangi lehernya yang masih meninggalkan jejak luka tipis dari taring Felix.

Meski seharusnya dia merasa takut, rasa itu tak pernah datang. Bukannya ketakutan, dia malah diliputi rasa penasaran.

Vampir yang dia temui itu... ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pikiran dari Felix.

Bangchan merasakan detak jantungnya yang tenang namun anehnya berat. Dia bukanlah manusia biasa. Dia seorang werewolf—sesuatu yang Felix mungkin tidak tahu.

Itu sebabnya darahnya lebih kuat dari manusia biasa, dan mungkin alasan mengapa dia tidak merasakan ketakutan yang seharusnya.

Namun, lebih dari sekadar itu, dia merasa ada ikatan misterius antara dirinya dan vampir itu—ikatan yang sepertinya lebih dari sekadar kebetulan.

"Chan," suara Minho memanggilnya dari pintu, membuat Bangchan tersadar dari pikirannya. "Kau baik-baik saja?"

Bangchan mengangguk tanpa menoleh, masih terpaku pada bayangannya sendiri di cermin. "Aku baik-baik saja," jawabnya pelan.

Minho berjalan masuk, matanya mengamati luka tipis di leher Bangchan. "Vampir itu hampir membunuhmu," katanya dengan nada serius. "Kau tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja."

Dibawah Cahaya yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang