Waktu berlalu cepat, dan Felix baru menyadari bahwa sudah waktunya makan siang setelah ia menyelesaikan beberapa tugas terakhirnya.
Dengan tubuh yang terasa pegal karena berjam-jam bekerja, Felix meregangkan tangannya ke atas dan kemudian menoleh ke arah Hyunjin yang masih sibuk di depan layar komputer.
Felix berjalan mendekat dan menepuk pundak Hyunjin dengan ringan. "Ayo istirahat sebentar. Sudah waktunya makan siang," katanya sambil tersenyum tipis.
Hyunjin menatap Felix, sedikit terkejut karena terlarut dalam pekerjaan yang diberikan. "Oh, iya. Oke," jawabnya cepat, lalu berdiri dan mengikuti Felix yang berjalan menuju dapur kecil di dalam studio.
"Di sini ternyata ada dapur?" tanya Hyunjin sambil melihat-lihat, merasa heran karena tidak menyangka tempat sekecil ini memiliki fasilitas lengkap.
Felix mengangguk sambil membuka kulkas dapur dan memeriksa bahan makanan yang ada. "Ya, buat jaga-jaga kalau kita butuh makan siang di sini. Tidak selalu sempat keluar kan," jelasnya sambil mengeluarkan beberapa bahan seperti telur, sayuran, dan nasi.
Hyunjin, meskipun tidak terlalu mahir di dapur, tetap menawarkan bantuan. "Aku bisa bantu apa?"
Felix menatap Hyunjin sejenak, lalu tersenyum sambil menyerahkan pisau dan beberapa sayuran. "Kau bisa potong-potong ini? Biar aku yang masak."
Hyunjin menerima pisau itu dengan canggung dan mulai memotong sayuran sesuai instruksi Felix. Meskipun gerakannya agak kaku, dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak merepotkan Felix.
Sementara itu, Felix dengan lincah memanaskan wajan dan mulai memasak. Aroma masakan mulai memenuhi dapur, menciptakan suasana nyaman di antara mereka berdua.
"Harum sekali," puji Hyunjin sambil mencium aroma masakan Felix yang sedang ditumis. Dia merasa kagum melihat Felix yang begitu terampil memasak, membuatnya semakin sulit menahan perasaan yang semakin kuat.
Felix tertawa kecil, sambil terus memasak. "Hanya tumis sederhana, kok. Tidak perlu yang rumit."
Setelah beberapa saat, makanan siap dihidangkan. Felix menyiapkan piring dan mengajak Hyunjin duduk di meja makan kecil di dekat dapur. "Selamat makan," kata Felix sambil tersenyum.
Hyunjin, yang merasa sedikit canggung namun senang, mengangguk sambil mengambil sendoknya. "Selamat makan. Sepertinya enak."
Mereka mulai makan dalam keheningan yang nyaman. Meskipun ini hanya makan siang sederhana di studio, suasananya terasa lebih hangat dan intim daripada yang Hyunjin bayangkan.
Dalam hati, Hyunjin bersyukur bisa memiliki momen ini dengan Felix, meskipun mereka hanya makan bersama di dapur kecil.
.
Hari sudah beranjak sore, sinar matahari yang mulai meredup mengintip dari balik jendela studio. Felix, yang sudah menyelesaikan tugasnya, menoleh ke arah Hyunjin yang masih sibuk dengan komputer di meja.
"Hyunjin, sudah cukup untuk hari ini. Ayo pulang," kata Felix dengan nada tenang, sambil merapikan beberapa berkas di mejanya.
Hyunjin menoleh dan tersenyum. "Oh, oke. Tidak terasa sudah sore," jawabnya sambil mengakhiri pekerjaannya dan mematikan komputer. Meskipun hari itu cukup sibuk, Hyunjin merasa dia tidak terlalu lelah, mungkin karena sepanjang hari dia bisa bersama Felix.
Setelah mereka selesai, Felix memastikan semua barang di studio sudah tertata rapi sebelum menuju ke pintu. "Sebentar, aku tutup semua pintu dan jendela dulu," kata Felix sambil berjalan ke arah jendela untuk menutupnya satu per satu.
Hyunjin memperhatikannya dengan santai, merasa nyaman melihat bagaimana Felix begitu teliti.
Setelah semua jendela dan pintu terkunci, Felix memasukkan kunci studio ke dalam sakunya dan berjalan keluar bersama Hyunjin. Saat mereka sudah di luar, Felix menoleh ke arah Hyunjin. "Kau bawa kendaraan sendiri tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...