Halo kids '-')/
Jangan lupa votenya.
Happy Reading ~
-----------------------------------------------------------------
Felix berdiri di tengah gang, tubuhnya terasa semakin berat. Rasa haus yang tadi sempat terpendam kini muncul kembali, lebih kuat dari sebelumnya.
Setiap detak jantungnya terasa seperti memanggil darah, membuat seluruh tubuhnya terasa lemah. Kekuatan yang biasanya dia banggakan sebagai vampir seakan menguap begitu saja, menyisakan perasaan rapuh yang menakutkan.
Dia berjalan dengan langkah gontai, berusaha menjauh dari tempat itu. Jantungnya berdetak keras, seakan memberi tahu bahwa waktu semakin menipis.
Haus darah vampir tidak bisa ditunda lebih lama lagi—itu bukan sekadar dorongan, melainkan kebutuhan yang mendasar. Jika tidak segera dipenuhi, dia bisa kehilangan kendali sepenuhnya.
Felix tidak bisa kembali ke hotel dan membiarkan Beomgyu melihatnya dalam keadaan seperti ini. Dia harus menemukan sesuatu, atau seseorang, untuk memuaskan rasa hausnya sebelum semuanya terlambat.
Matanya menelusuri jalanan kota yang sepi, mencari target yang tak akan terlalu menimbulkan masalah.
Tapi kemudian, penglihatannya mulai buram, napasnya memburu. Pikirannya mulai melayang, bayangan-bayangan mulai muncul kembali di benaknya—Bangchan, kehadirannya yang kuat dan misterius, serta kekuatan tak terlihat yang tadi telah menyelamatkannya.
Dia mengeraskan hatinya, mencoba mengusir pikiran tentang pria itu. Tapi seiring rasa haus yang kian menekan, perasaan akan pria itu seakan makin dalam terpatri di pikirannya.
Felix menyandarkan tubuhnya pada tembok bata di sisi jalan, merasakan bagaimana dinginnya tembok merambat melalui kulitnya. Tidak ada pilihan lain. Dia harus segera bertindak. Haus ini sudah melewati batas. Ia tidak bisa lagi menahan diri.
Sebuah langkah kaki terdengar dari kejauhan. Felix memaksa dirinya untuk berdiri tegak, sepasang matanya menelusuri arah suara tersebut. Seorang pria melintas dengan santai di kejauhan, tampak tak menyadari bahaya yang mengintainya.
Felix menggigit bibir bawahnya, matanya berubah merah. "Maafkan aku," gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Dia tak punya pilihan lain.
Felix mulai bergerak, perlahan dan hati-hati, mendekati pria itu dari belakang. Napasnya semakin berat, hausnya semakin kuat.
Namun saat dia hendak mendekat lebih jauh, sebuah suara dalam kepalanya menghentikannya. Sosok Bangchan kembali muncul di benaknya, memberikan peringatan tak kasatmata.
Felix berhenti sejenak, tubuhnya gemetar. Ada sesuatu yang membuatnya ragu—seperti ada kekuatan yang menghalangi tindakannya.
Namun rasa haus darah ini tidak akan berhenti begitu saja. Felix berjuang dengan dirinya sendiri, bergulat antara insting vampir yang haus darah dan bisikan yang mengatakan agar dia menahan diri.
Saat ketegangan di dalam dirinya mencapai puncak, langkah kaki lain terdengar di belakangnya. Felix menoleh dengan cepat, dan di sana, di ujung gang yang sama, sosok yang tak asing lagi muncul—Bangchan.
Mata mereka bertemu dalam keheningan yang mematikan.
Felix terkejut. “Kau lagi…” desisnya pelan, suara penuh ketidakpercayaan. Apa yang dilakukan pria itu di sini lagi? Apakah dia mengikutinya?
Bangchan tidak mengatakan sepatah kata pun. Sorot matanya dingin dan penuh tekad. Meskipun dia tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Felix, kehadirannya selalu terasa mendominasi, seolah ada sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar pertemuan kebetulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...