BAB 22

773 30 0
                                    

Guys, tolong bantu share dan rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian yaaaa

Buat yang udah baca dari awal aku mau ucapin terima kasihhh

Buat yang udah baca dari awal aku mau ucapin terima kasihhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halim mengakhiri percintaan mereka. Dia merasa bersalah karena posisi yang dia pilih kurang nyaman bagi Mitha. Meskipun masih ingin melanjutkan, Halim memilih menyudahinya. Mitha masih meminta untuk mencoba posisi lain, tapi Halim menolak, mengatakan untuk melanjutkan nanti saja.

“Sakit banget?” tanya Halim, menatap Mitha yang duduk di sampingnya. Mereka sudah membersihkan diri, dan Halim juga mandi lagi untuk kedua kalinya. Tubuh keduanya juga sudah di tutupi dengan baju yang lengkap.

Mitha menggeleng. “Pas di tusuk tadi agak sakit, dalam banget”

Halim terkekeh, sekaligus merasa lega. “Maaf, ya, Sayang. Aku harusnya lebih hati-hati lagi”

Mitha mengangguk. “Gak apa-apa, mungkin aku belum pernah kayak gitu aja. Lain kali kita coba lagi”

Halim tersenyum. “Aku gak akan coba posisi itu lagi. Kita coba posisi lain yang bikin kamu nyaman”

Mitha tersenyum, merapatkan tubuhnya ke arah Halim, memeluk suaminya itu. “Tapi, tetap enak kok tadi”

Halim terkekeh, melingkarkan tangannya di pinggang Mitha. “Iya, enak, tapi gak nyaman buat kamu”

Halim tidak hanya memikirkan rasa nikmat semata, dirinya juga memikirkan kenyamanan Mitha dengan posisi bercinta mereka. Halim akan memilah posisi mana saja yang Mitha sukai, dan yang bisa membuat Mitha menjerit kenikmatan.

Mata Mitha tanpa sengaja menatap ponsel Halim yang tergeletak di atas nakas. Selama mereka bercinta tadi, ponsel itu masih terus saja berbunyi. “HP kamu bunyi dari tadi” beritahunya. Takutnya Halim tidak mendengar ponselnya yang berbunyi.

Halim melirik ponselnya sejenak, kemudian mengangkat bahu, tidak terlalu peduli. “Biar aja dulu, gak terlalu penting”

Mitha sedikit menengadah, menatap wajah Halim. “Tadi aku lihat dikit, ada chat masuk dari grup yang namanya Squad”

Halim menunduk, menatap Mitha sambil tersenyum. “Itu grup kuliah aku, paling ada yang lagi di bahas”

“Aku boleh lihat gak?” Mitha sedikit penasaran dengan apa yang di bahas oleh teman-teman kuliah Halim. Mana tahu ada hal penting yang mereka bahas sampai banyak notifikasi dari grup itu.

“Bentar” Halim merenggangkan pelukannya. Tangannya bergerak menggapai ponselnya yang ada di atas nakas. “Kamu lihat aja” Halim menyerahkan ponselnya kepada Mitha.

Mitha mengambil ponsel itu dengan senyuman lebar, dia tampak bersemangat, membuat Halim terkekeh geli. Halim membenarkan posisi duduknya, bersandar ke kepala ranjang. Halim membawa kepala Mitha untuk bersandar di bahunya, sementara tangannya melingkar di pinggang perempuan itu.

LimMit! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang