BAB 30

842 60 7
                                    

Karena antusias kalian di komentar
Aku kasih bonus double update

Kalau kalian interaktif, aku jadi semangat kan update-nya

Lumayan panjang 2500++ kata

Semalaman Halim tidak bisa tenang, dia melewatkan waktu tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semalaman Halim tidak bisa tenang, dia melewatkan waktu tidurnya. Halim terus saja mengecek ke depan kamar Mitha berulang kali, bahkan dia menempelkan telinga ke dinding, berharap bisa mendengar apa yang sedang di lakukan oleh Mitha di dalam sana. Berjam-jam dirinya terjaga, tidak ada suara dari dalam kamar Mitha.

Halim melirik ke arah tangga, sudah pukul 8 pagi, dan Mitha masih belum juga keluar dari kamar. Halim bertambah khawatir, rasanya ingin menerobos masuk semalam dan memeluk Mitha, tapi perempuan itu mengancam akan melukai dirinya sendiri. Halim tidak bisa berbuat apa-apa, dia takut Mitha terluka.

“Gue hari ini gak ke kantor dulu, Zik” ucap Halim kepada Zikra melalui sambungan telepon.

Belum kelar masalah lo sama bini lo?”

Halim mengusap wajahnya sejenak, kembali matanya dia arahkan ke tangga. Tetap belum ada pergerakan Mitha yang akan turun. “Belum. Makin runyam. Semalam pas gue ngomong sama Tanisa, Mitha lihat gue dan salah paham lagi”

Lagian, bini lo udah ngamuk kayak gitu, bukannya langsung balik, malah masuk lagi ke dalam. Mana pakai acara ngomong berdua sama Tanisa lagi. Itu namanya lo cari perkara. Sebelum lo bawa Mitha ke acara reuni, gue udah ngira bakal ada apa-apanya nanti. Tahu sendiri anak-anak bercandanya suka kelewatan”

“Iya, gue tahu langkah gue semalam salah. Mitha gak masalah sama omongan anak-anak, dia marah karena gue. Dia tahu masa lalu gue”

Perihal lo tidur sama Tanisa?”

Halim terdiam beberapa saat. “Iya, kayaknya Tanisa ngomong sesuatu ke Mitha. Dia gak mungkin langsung bisa nebak kayak gitu kalau gak ada pemicunya”

Kalau lo ngomong dari awal, semuanya gak akan separah ini. Menurut gue, Mitha bukan tipe orang yang gak mau terima masa lalu pasangannya. Dia aja bisa pacaran sama laki-laki kayak Zaki. Lo salah langkah aja, kurang bisa ngatur waktu yang tepat buat cerita, jadinya ke duluan orang lain yang ngasih tahu”

“Mau gimana lagi. Ini udah konsekuensi dari masa lalu gue. Kalau ada apa-apa kabarin gue. Gue harus kelarin masalah gue sama Mitha dulu”

Zikra mengangguk. “Iya, mudah-mudah cepat kelar masalah lo sama Mitha”

Thank you, Zik”

Halim mematikan sambungan telepon, menggenggam erat telepon miliknya. Halim kembali menatap ke arah tangga, masih saja tidak ada pergerakan dari Mitha. Halim memutuskan untuk naik ke atas, dan melihat kondisi Mitha.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya menaiki tangga satu per satu. Saat kakinya mencapai dua anak tangga terakhir, langkah Halim terhenti. Halim melihat Mitha yang baru keluar dari kamarnya dengan kondisi sangat berantakan. Rambut Mitha terpotong dengan asal, mata perempuan itu sembab.

LimMit! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang