BAB 27

765 34 1
                                    

Mitha memutar kepalanya dengan cepat, matanya dengan mudah menemukan perempuan yang di tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mitha memutar kepalanya dengan cepat, matanya dengan mudah menemukan perempuan yang di tunggu. Tanisa Hanaya, primadona kampus, mantan pacar Halim tengah berjalan dengan begitu anggun. Perempuan itu memakai gaun berwarna putih dengan lengan pendek, dan gaun itu mengembang dari pinggul sampai bawah lutut. Di bagian pinggang rampingnya terdapat sebuah pita kecil yang menambah kesan cantik di gaun itu.

Bukan hanya gaunnya yang cantik, tubuh yang memakai gaun itu lebih cantik aslinya dari pada di foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bukan hanya gaunnya yang cantik, tubuh yang memakai gaun itu lebih cantik aslinya dari pada di foto. Kulitnya putih bersih, wajahnya berseri-seri dengan senyuman manis. Suara hak dari high heels yang dia kenakan mengalun indah menemani setiap langkah kakinya.

Suara ribut dari orang-orang yang ada di restoran terdengar hening, seakan semua terpana akan kecantikan Tanisa.
Bukan, semuanya masih berbincang dengan normal. Hanya saja, di bayangan Mitha, hanya derap langkah kaki Tanisa yang terdengar. Tatapan Mitha beralih ke arah rambut Tanisa yang dikuncir satu, sama sepertinya, bedanya, poni Tanisa lebih panjang darinya. Bahkan, rambut Tanisa juga bergelombang sepertinya.

Terkejut bukan main, rambut mereka hampir mirip model potongannya, hanya ada sedikit perbedaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkejut bukan main, rambut mereka hampir mirip model potongannya, hanya ada sedikit perbedaan. Saat bersanding dengan Halim pun, baju Tanisa sangat cocok, warnanya masih senada. Baju Tanisa putih, sementara Halim cream. Mitha sadar, Tanisa lebih cocok bersanding dengan Halim dari pada dirinya. Perempuan itu jauh di atasnya.

“Telat banget lo” sapa Nina. Perempuan itu bangkit dari duduknya, mencondongkan badannya agar bisa menempelkan pipinya dengan Tanisa.

Mitha bisa mencium aroma parfum Tanisa yang manis ketika perempuan itu sudah berdiri di sebelah kanan Halim. Tidak ada cela di diri Tanisa, Mitha yang kemarin begitu ingin menyaingi perempuan itu langsung di buat kecil seketika. Nyalinya surut, dia bukan bandingan Tanisa. Sampai kapan pun, Mitha tidak akan bisa menyainginya.

LimMit! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang