BAB 29

749 51 14
                                    

Aku seneng banget baca komentar kaliannn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku seneng banget baca komentar kaliannn

Buat yang ninggalin komentar sama udah vote, terima kasih banyakkkk

Kalian penyemangat akuu buat aku berkarya

****

Air mata tidak berhenti membasahi pipi Mitha. Dengan mata kepalanya dia melihat bagaimana Halim berciuman dengan Tanisa. Halim yang mengatakan padanya ingin meminta maaf kepada temannya malah membawa Tanisa keluar untuk berbicara berdua. Mitha melihatnya, dia melihat Halim dan Tanisa pergi ke sudut restoran. Tentu, Mitha tidak membiarkannya, dia menyusul Halim.

Sialnya, dia di suguhi pemandangan romantis Halim yang membersihkan rambut Tanisa. Bukan hanya itu, Mitha melihat sendiri mereka berciuman. Mungkin, mereka tidak menyadari keberadaan Mitha yang berdiri cukup jauh dari posisi mereka. Mitha tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan, tapi mata Mitha masih bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan.

Mitha mulai terisak, memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Mitha tidak kuasa menahan dirinya, dia memilih meninggalkan restoran dari pada harus membuat keributan. Mitha memilih melarikan dirinya dari kenyataan yang baru saja dia lihat.

Berapa keras pun Mitha memukul dadanya, rasa sesak itu tidak kunjung mereda. Semakin lama semakin sesak, memeluk erat hatinya sampai Mitha kesulitan bernapas. Mitha menggigit bibir bawahnya dengan kuat, menahan isak tangis yang semakin kencang. Gigitan pada bibirnya itu membuat bibir Mitha terluka. Luka yang tidak seberapa di bandingkan luka pada hatinya.

Mitha menarik kakinya ke atas sofa, menekuk kakinya ke perut, dan memeluk kakinya dengan erat. Dia meringkuk di ujung sofa dengan keadaan gelap. Mitha pulang ke rumah tanpa memberitahu Halim, menghabiskan waktunya dengan menangis di ruangan gelap itu.

Mitha segera menepis air matanya ketika mendengar pintu rumah di buka seseorang. Dia yakin jika itu Halim. Tidak berapa lama, lampu hidup menerangi kegelapan yang sedari tadi Mitha biarkan menyelimutinya.

Halim menatap ke arah Mitha yang terduduk di sofa ruang tamu dengan perasaan lega. Saat dia kembali ke mobil, dia tidak menemukan Mitha. Halim mencari keberadaan Mitha ke sekitar restoran, dan tidak menemukan perempuan itu. Di tengah kepanikan, Halim melihat ponselnya untuk melacak keberadaan ponsel Mitha. Untungnya, titik ponsel Mitha berada di rumahnya.

Halim melangkahkan kakinya mendekati Mitha. “Kamu kenapa pulang sendiri, sayang?” Halim duduk di sebelah Mitha, dengan posisi perempuan itu memunggunginya.

“Jangan panggil aku sayang!” sentak Mitha. Perempuan itu menepis tangan Halim yang memegangi lengannya. “Aku gak mau di panggil sayang sama kamu!”

Halim menatap Mitha terkejut, lebih terkejut lagi saat melihat wajah Mitha yang basah karena air mata. “Kenapa? Aku ada salah apa lagi? Tentang alasan aku putus sama Tanisa? Iya? Aku bisa jelasin kalau masalah itu”

LimMit! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang