MELAWAN TAKDIR KEMATIAN

5 1 0
                                    

BAB 24 

Pram dan Davina diikat kuat di kaki-kaki meja kayu. Satu kaki meja se bagai pancang untuk mengikat Pram dan satu kaki meja lainnya untuk mengikat Davina. Meja besar dan berat itu dinilai cukup kuat untuk tidak bisa digeser. Pram belum sadarkan diri, karena hantaman keras yang disasarkan ke wajahnya. Tampak luka memar di kening kanannya. Lebam.

Tomi membungkuk kesakitan karena sabetan tongkat kecil berbentuk seperti tongkat baseball yang diayunkan oleh Pram. Sementara Ilham masih memegangi hidungnya yang berdarah. Masih merasakan benturan yang mengakibatkannya sakit kepala.

Berdiri di sana tiga orang lakon utama, pak Renggono yang menjadi otak dari segala perbuatan keji di rumah kos ini. Didampingi dua wanita kembar dengan rambut yang berantakan. Dan pakaiannya yang sudah tidak beraturan lagi. Mereka tertawa keji menatap sepasang muda mudi yang akan menjadi korban selanjutnya. Korban mutilasi dan pejualan organ dalam.

Pram baru sadar dari pingsannya. Ia meringis kesakitan. Rasa kebas dirasakan di sebagian wajahnya. Ingin memegang rasa sakit itu, tapi apa daya tangan terikat oleh tali-tali besar yang biasa digunakan untuk mengikat seekor kerbau.

"Sekali beraksi, dua orang kita dapatkan", ucap pak Renggono tertawa senang. "Organ dalam dua orang ini akan berharga sangat mahal", tambahnya tidak berhenti tertawa. "Mereka tampak sehat. tidak seperti organ Miftah yang banyak lemaknya itu!". Pram dan Davina saling menatap. Benar dugaan mereka selama ini. Kalau semua ini berhubungan dengan penjualan organ dalam ilegal.

"Nyawa kalian di tangan kami". Bu Anni sangat geram dengan keduanya. Pram dan Davina yang sudah merepotkan mereka atas laporannya pada kepolisian. Terutama dendam mereka pada Davina. Belum tiga bulan tinggal di rumah kos ini, sudah berbuat ulah. Bu Anni berjalan menghampiri ke Davina yang terduduk di lantai penuh kerikil tak berubin dengan tangan terikat ke belakang, di kaki meja. Wanita berhati iblis itu mendekatkan wajahnya ke wajah Davina.

Lalu berkata, "Sebentar lagi kau akan mati Davina. Dua ginjal dan jantung kau akan kami jual". Davina meludahi wajah bu Anni. Dua kali. Bu Anni terkikik kaku. Lalu sekonyong mendaratkan telapak tangannya di pipi gadis itu. Bunyi tamparan menggema mengisi rumah kecil. Melihat Davina di tampar Tomi memegang pipinya. Ikut merasakan ngilu. Keras sekali tamparan itu. Dari sudut bibir Davina, keluar cairan kental berwarna merah.

"Kalian semua bajin***. Kalian akan membusuk di neraka!"

"Bah!. Neraka?. Hahaha". Pak Renggono tertawa terbahak-bahak. Diikuti bu Anna dan bu Anni. Pria itu Menyepelekan perkataan Davina. Gadis itu semakin naik pitam. Ia berusaha kembali mengendurkan ikatannya. Melepaskan diri seperti saat diikat di atas meja. Tetapi ikatan ini lebih kencang. Talinya lebih kuat. Davina tidak menyerah begitu saja. Dia terus mengguncang-guncangkan tangannya, berharap ikatan mengendur.

Sedari awal Pram hanya diam, namun setelah melihat perlakuan bu Anni pada Davina, darahnya mendidih. Pram berteriak kesal. "Kalau kalian berani. Lepasin saya. Kita duel satu lawan satu"

"Diem lu!", teriak Tomi maju mendekat. Tanpa basa basi lagi, Tomi mendendang muka Pram. Keras. Kepalanya terbentur ke kaki meja.

"Banci lu Tom. Kalo lu berani. Lepasin gue. Lawan gue". Tomi kembali menendang wajah Pram. Dan kepalanya kembali terbentur ke kaki meja. Pram meringis kesakitan. Belum hilang rasa pusingnya akibat di hantam sewaktu hendak melarikan diri dari rumah pembantaian ini. Davina iba melihat Pram yang mengalami kekerasan fisik di bagian kepala dan wajahnya.

"Lawan gue dengan jantan. Kita duel. Kalo lu punya nyali!". Tomi tak tahan dengan ocehan Pram. Kembali laki-laki itu ingin mengarahkan sepatunya ke wajah Pram. Tetapi di hentikan oleh bu Anna. "Cukup!. Cukup Tomi", bu Anna berjalan mendekati Tomi. Lalu duduk setengah jongkok di hadapan pram. "Wajah ganteng ini jangan sampai rusak", ucapnya pelan lalu mencium kening Pram. Laki-laki ganteng itu berontak. Tidak terima bibir wanita jahanam itu akan menyentuh keningnya. "Biadab!!"

LINGKARAN KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang