MENDEKAT

7 4 0
                                    


BAB 6

Lampu yang mati di depan kamar Ayu belum diganti. Penghuni kos lain tak acuh meminta pergantian karena kamar itu yang sudah tidak didiami. Hanya Miftah yang selalu meminta pada ibu kos untuk menggantinya, termasuk lampu di depan kamarnya yang meredup. Terkadang berkedip, hendak mati.

Bu Anni hanya menjanjikan akan diganti secepatnya. Tapi belum dilakukan hingga maghrib menjelang. Suasana menggelap seperti kemarin. Bahkan lebih gelap karena lampu di depan kamarnya mati. Miftah hanya berdiam diri di kamar. Ia menyalakan senternya lalu mengarahkannya ke depan jendela. Menerangi depan kamarnya.

Langkah-langkah kaki yang berat memasuki rumah kos ini. Terdengar mendesing telinga dan membangkitkan keingintahuan penghuni yang beranjak istirahat karena esok awal pekan. Pram memapah tubuh Davina, dibantu Santi dan Nova. Penghuni kos di lantai bawah ikut membantu Pram mengangkat tubuh Davina menaiki tangga. Davina masih terlihat lemas. Sulit bagi Pram memapahnya sendirian tanpa bantuan penghuni laki-laki lainnya.

Davina di angkat oleh tiga orang yaitu Tomi dan Ilham selain Pram. Berhati-hati melangkahkan kakinya menaiki tangga. Dibaringkan dilamarnya, Pram menyelimuti tubuh gadis itu. Linda melihat dari luar kamar. Tatapannya menunjukkan rasa iri pada Davina. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan sekelompok penghuni lain yang menunjukkan topengnya pada Davina. Tomi dan Ilham keluar dan membiarkan yang lain masuk ke kamar Davina, bergantian.

"Vin, kaget ya tinggal di Jakarta. Baru juga dua hari, kamu sudah tepar seperti ini", ujar Melani. Seorang karyawati berwajah oriental.

Nur membetulkan selimut yang dipakaikan Pram. "Mungkin Vina kaget sama makanannya. Belum terbiasa".

"Ya Vina memang kaget. Stres training juga di hari pertama kerja", ucap Pram. "Ya sudah, saya kembali ke kamar ya. Kalau ada apa-apa panggil saja. Istirahat ya Vin".

Melani berdiri. "Aku juga balik ke kamar ya", diikuti Nur. "Santi. Nova. Di temenin ya. Jangan ditinggal sendirian". Miftah yang dari tadi hanya diam mengikuti kedua temannya. Memberikan kesempatan Davina untuk beristirahat.

"Tenang aja kak. Aku sama si bawel ini nemenin terus kok", canda Nova dengan menunjuk temannya, Santi. Yang ditunjuk malah menjulurkan lidahnya. Di kamarnya, hanya menyisakan Santi dan Nova yang bertugas menjaganya. Seperti sebelum Davina di bawa ke rumah sakit, dua gadis remaja itu bersiap menunggunya apabila Davina di rawat inap.

"Kak Vina. Itu kakak foto sama siapa?"

"Yang dua laki-laki itu Nova?"

"Iya"

"Itu kakakku"

Mata bening milik gadis blasteran itu seketika berbinar. Dan matanya berbicara pada Santi, mengajak temannya untuk melihat foto yang dipajang di atas meja kecil. Davina menahan gelinya melihat tingkah kedua mahasiswi itu. Benar-benar menjadi hiburan buat dirinya yang sedikit membaik.

"Nov, malam ini kita tidur di sini ya"

"Oke San, aku ambil karpet sebentar di kamar ya"

"Gih dah. Bawa semua camilan di kamar kamu"

"Dasar perut karet. Ngga kenyang-kenyang"

Santi tertawa. Jadilah malam itu, Santi dan Nova menemani Davina. Menjaganya. Hingga keesokan harinya.

*

Pagi yang cerah, matahari menyinari setelah semalaman terguyur hujan deras. Dua malam berturut-turut hujan turun, dinginnya masih membius kulit yang terasa hingga menusuk tulang. Davina baru saja kembali membeli sarapan di luar dan membagikannya ke semua penghuni kos, sebagai ucapan terima kasih karena telah peduli padanya.

LINGKARAN KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang