BAB 13
Konsentrasinya hilang sepanjang paruh hari ini. Pram tidak bisa memusatkan pikirannya hanya untuk pekerjaannya. Sedikit terbengkalai. Untungnya tidak ada tugas kerja yang mendekati tenggat waktu. Banyak sekali yang dipikirkannya. Dari mulai keselamatan Davina, Nova, Santi dan penghuni lainnya. Mencari kebenaran tentang kepala-kepala itu. Mencari tahu apa sebenarnya tujuan orang-orang itu memutilasi para korban. Ini bukan tentang satu pelaku. Pasti ada banyak pelaku di sini. mereka saling bahu membahu mencari korban. Dan ia yakin ada maksud dari pmebunuhan dan mutilasi ini.
Pesannya belum dibalas. Pram semakin gusar menunggunya. Waktu kian bergerak lambat seolah ingin menyiksa dirinya. Getaran tubuhnya tak terkendali. Sulit diatasi ketidaktenangannya. Pram tidak bisa menunggu lama lagi. Dia meninggalkan kantor begitu tiba jam istirahat. Menggunakan ojek yang mangkal tidak jauh dari gedung kantornya, menuju gedung perkantoran Davina.
Hatinya tidak tenang sebelum melihat secara langsung gadis yang telah tertambat kuat di hatinya. Melihat dari dekat. Mengajaknya makan. Mengobrol mengenai langkah selanjutnya di rumah kos itu. Apa yang harus mereka lakukan.
Pram
Vin
Aku sudah di bawah
Davina
Ha?!
Kok ngga bilang-bilang mas
Aku ke bawah sekarang
Davina menyambanginya. Turun dengan terburu-buru ke lantai bawah. Menghampiri laki-laki yang tengah berdiri di luar gedung. Di bawah sapuan sinar terik tengah hari, wajah gantengnya semakin bersinar dengan kulit coklat terangnya. Seperti emas yang berpendar tersorot cahaya terang. Davina terkesima beberapa detik melihat pemandangan menyenangkan itu.
"Vin, kok malah diam di situ?"
"Eh iya mas", Davina malu-malu karena tertangkap basah sedang memperhatikannya.
"Yuk..". Pram mengajaknya keluar. Davina menunjukkan tempat makan yang terletak di belakang gedung tersebut. Banyak karyawan kantor makan di sana karena harga makanannya yang murah dari pada di kantin.
Davina bertanya pada Pram. "Mas makan di sini rame. Ngga papa?"
"Ngga masalah Vin. Kita bisa duduk di pojokan situ", jawabnya sambil menunjuk sudut rumah makan itu yang belum terisi. Davina keluar kantor lebih awal, jadi belum banyak karyawan yang keluar di awal jam istirahat kantor. Biasanya karyawan di gedung perkantorannya akan keluar di tiga puluh menit setelah tengah hari.
Seusai membeli makanan untuk makan siang, Davina dan Pram duduk di pojokan. Sambil mengisi perutnya, mereka berbicara mengenai rumah kos. Namun tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka. Seseorang yang memakai sepatu yang pernah hits di tahun 90-an, sepatu boot Dr. Martens atau yang bisa diebut zaman itu docmart.
Suara Pram dan Davina terdengar keluar karena dinding rumah makan tersebut yang hanya terbuat dari papan kayu.
*
Wanita yang di panggil bu Anna itu melaporkan temuannya pada seorang pria tua. Penemuan kartu nama di depan pintu pagar rumah kecil yang berada di samping rumah kos. Pria tua itu menerima kartu nama berwarna biru bertuliskan nama Davina Arianti. Geram. Ternyata ada penghuni kos yang sudah mjengetahuinya. Ada yang berani bermain-main. Dan itu penghuni kos baru.
"Apa yang mau kamu perbuat, Renggono?"
Pria tua yang dipanggil Renggono itu tidak menjawab. Matanya nanar menatap tajam ke depan. Mendidih isi kepalanya. Merasa kecolongan. Dia tidak bisa menduga, sudah berapa banyak orang yang diberitahu oleh gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KOS
Gizem / GerilimSeorang gadis yang cantik merantau dari kota Semarang ke kota Jakarta. Davina diterima bekerja sebagai seorang sekertaris CEO sebuah perusahaan swasta. Sebagai gadis yang baru nebapakkan kakinya di kota sebesar Jakarta, Davina tidak teliti dalam mem...