BAB 7
Baru pukul 20.00 Waktu Indonesia bagian Barat. Tapi keadaan kos sudah sepi. Seperti biasa. Beberapa hari ini penghuninya enggan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Masing-masing berada di kamarnya berkutat dengan letihnya setelah seharian beraktivitas. Tidur tidak larut malam seolah menjadi kebiasaan baru.
Bu Anni berkeliling mengecek tiap kamar. Hampir seluruh kamar telah mematikan lampunya. Hanya dua kamar saja yang masih menyala. Kamar Davina dan Pram. Mereka sedang saling bertelepon membicarakan topik yang terpotong pagi tadi di angkutan umum.
Pram masih menerka-nerka siapa pria itu. Pria yang suaranya sering didengar namun tidak pernah terlihat wujudnya. Penasaran. Pram ingin menyelidikinya, tapi dia takut ada mata-mata yang akan melaporkannya pada penjaga kos.
Suara ketukan pintu cepat dan berkali-kali mengganggu ketenangan Davina. Dia pun menyapa dari dalam tanpa membukannya. "Siapa?"
"Saya. Bu Anni", jawabnya dengan suara yang melengking dan sedikit menyeramkan. Terlebih didengar pada malam yang sesunyi ini.
Davina beranjak dari peraduan dan membuka pintu kamarnya. "Ya bu ada apa?", sapanya malas.
"Kamu lagi teleponan sama siapa?"
"Mas Pram bu Anni"
"Ha?, Pram?", tanyanya heran. "Orang dekat saja pakai telpon-telponan, sama-sama di lantai atas lagi". Ucapannya terdengar ketus. Membuat Davina tidak nyaman.
"Memang salah bu telpon-telponan di kamar dengan penghuni lain?", tanya Davina heran.
Bu Anni memandang Davina dalam diam. Matanya tajam menatap tanpa kedip. Gadis itu canggung diperhatikan seperti itu. Tak keluar satu kata pun, bu Anni berlalu turun ke bawah. Dan menghilang di balik tangga curam itu.
Davina kembali menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia kembali menghubungi Pram dan mengatakan kalau bu Anni baru saja datang dengan sikapnya yang aneh. Menegurnya.
Pram keluar kamar, pergi ke kamarnya Davina. Menanyakan sikap aneh bu Anni.
"Aku semakin yakin. Rumah ini ada apa-apanya Vin"
"Aku pun merasakan hal ya sama mas Pram. Ada apa sebenarnya di kos ini"
"Oke Vin kita diam-diam cari tahu. Kenapa sikap bu Anni seperti itu ke kamu. Aku pun heran, kenapa ibu kos kembar itu memiliki sikap yang aneh. Apa memang sudah bawaan dari orok"
Davina menahan senyumnya melihat laki-laki tampan di hadapannya. Kagum dengan sikapnya yang dewasa namun Pram terlihat kalem. Wajahnya tampak berwarna biru keabu-abuan sehabis bercukur. Davina ingin membelai wajahnya. Bersandar di dadanya. Bermanja di pelukannya.
Ah, apa sih kau Davina. Sudah cukup mengkhayalnya.
"Ya sudah mas Pram. Aku masuk ya. Tidak enak kalau penghuni lain melihat kita ngobrol berdua di sini"
"Hehehe", Pram nyengir. "Baiklah Vin. Besok berangkat bareng lagi ya. Tapi.., itu tergantung kamu sih. Maksudku.., kalau kamu masih mau bareng denganku. Aku pikir mungkin kamu mau bareng Tomi.."
"Besok tungguin aku ya mas", jawab Davina singkat. Melempar tatapan teduhnya.
Kali ini Pram yang menahan senyumnya. Wajah cantik Davina membuatnya terpana. Tersiksa. Tak tertahankan. Panah asmara cepat sekali melesat ke jantungnya. Sebaris kalimat pendek ingin ia ungkapkan sekarang. Namun hatinya berbisik untuk tidak terlalu terburu-buru mengungkapkan isi hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGKARAN KEMATIAN
Misterio / SuspensoSeorang gadis yang cantik merantau dari kota Semarang ke kota Jakarta. Davina diterima bekerja sebagai seorang sekertaris CEO sebuah perusahaan swasta. Sebagai gadis yang baru nebapakkan kakinya di kota sebesar Jakarta, Davina tidak teliti dalam mem...