ada terdengar erangan yang hanya nafas berat saja, tapi badan nya mendekap erat, bergetar sedikit. Apa bapak orgasme ? Apa dia begitu merindukan ibu ? Aku juga dengan posisi membelakangi bapak ikut tegang. Iya, aku orgasme.
Tidak lama bapak bangun dan mandi. Aku pura pura gak tau. Tapi kurasakan ada sedikit lembab di bagian belakang celana ku. Iya, bapak muncrat ternyata.
Dan di jam yang biasanya aku bangun, aku pun bangun tepat sekali bapak baru selesai mandi.
"Eh bapak, dah bangun? Dah mandi juga?"
"E-eeh iya, tadi agak gerah soalnya" ucap bapak terlihat sedikit gugup.
Aku pun gantian mandi tanpa bapak tahu aku juga orgasme pagi itu karena gesekan gesekan yang tiba tiba tadi. Bapak tidak lanjut tidur. Dia membuat kopi sendiri pagi ini. Kejadian itu membuat bapak terlihat canggung pagi itu, tapi kucoba terus bersikap seperti biasa saja agar hubungan kami tidak berdampak.
Beberapa hari setelah kejadian pertama, bapak malah semakin sering bersentuhan dengan ku, bahkan sesekali memeluk dari belakang terlebih saat aku memasak. Dan aku gak menolak sama sekali. Hingga sekitar 6 minggu setelah ibu tidak ada dirumah, berita tidak mengenakkan datang. Bapak menelepon malam itu, entah bicara apa yang pasti bapak pergi sedikit jauh dari rumah untuk mengangkat. Dia menelepon ibu. Hingga kemudian, pagi nya bapak bilang harus ke kampung kakek, alasan nya hanya ingin melihat kakek. Aku tidak bisa menolak, dan juga tidak bisa meminta ikut karena ongkos kami akan menjadi double jadi nya. Juga, ketika ku tanya ada apa, bapak hanya bilang mau lihat kakek. Ternyata bapak gak menginap. Malam sekitar jam 9 dia sudah sampai lagi ke rumah, tapi dengan raut muka yang kusut sekali. Apa arti ekspresi itu, tapi dengan situasi yang bisa ku bilang sedang tidak enak ini aku juga tahu bukan waktu nya untuk bertanya. Bapak juga tidak banyak bicara, dan sekarang tidur lebih awal. Dari wajah nya tampak tidur kali ini benar benar lelah sekali mungkin karena diperjalanan. Tapi aku benar benar merasakan penasaran hingga rasa penasaran itu tidak tertolong lagi dan mencari handphone bapak. Mungkin ada yang sedang disembunyikannya. Tidak ada password disana. Ku buka WhatsApp nya. Ada chat ibu, dan beberapa chat lain dibawah. Tapi aku tidak langsung melihat chat ibu, karena yang membuat bapak berbeda sejak kemarin, jadi kubuka chat terakhir dari orang yang mengirim pesan kemarin. Namanya Setyo. Iya, aku ingat, itu teman bapak yang tinggal di kampung kakek. Isi pesan nya mengagetkanku, sangat sangat mengagetkan ku, dimana dia memberikan informasi bahwa ada Acara kecil kecilan di rumah kakek. Dan ada kecurigaan tentang mama yang belakangan ini sering bertemu dengan mantan nya, Pak Tino. Jantung ku mulai berdegup kencang membaca nya. Apa maksud nya.
Lalu aku pindah ke chat Pa yang baru masuk sore tadi. Jauh lebih mengagetkan ku.
"Pa, maaf ya. Kamu bisa anggap aku orang paling bodoh atau apapun, tapi semua nya udah terjadi. Tino janji bakal bantu pengobatan Bapak, dan,,,, hubungan 3 minggu terakhir berujung ke anak yang lagi ku kandung. Aku akan bilang ke Zein semua nya, tapi gak bisa sekarang. Aku belum sanggup. Aku tau aku salah. Semoga kamu bahagia ya"
Isi pesan yang tidak bisa ku cerna. Isi pesan yang membuat Badan ku terisak dengan sendiri nya. Mata ku Kabur. Ibu benar benar diluar dugaan ku. Ternyata dia main gila dengan mantan nya, hingga hamil disaat dia meninggalkan aku dan suaminya dengan alasan menjaga kakek!
Isakan tangis ku ternyata membuat bapak bangun, dan melihat ku yang memegang handphone nya. Aku tidak tahu harus melakukan apa hingga bapak bangkit dan berjalan mendekat kearah ku
CERITA INI TAYANG SETIAP RABU DAN JUM'AT PUKUL 9 MALAM.
VOTE DAN COMMENT MENJADI BAHAN BAKAR SEMANGAT BAGI AUTHOR UNTUK MELANJUTKANNYA.
sudah tayang di karyakarsa !
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOK 63 - KATA BAPAK, AKU MIRIP IBU / FORBIDDEN FRUIT (DAD/SON)
FantasiZEIN, HIDUP DIKELUARGA KECIL YANG TERLIHAT CEMARA. MENJADI ANAK SATU SATU NYA MEMBUAT DIA MERASAKAN KASIH SAYANG YANG LENGKAP. MESKIPUN HIDUP TIDAK PERNAH SEMPURNA, ADA SAJA YANG KURANG. SALAH SATU NYA KEMAKMURAN KELUARGA MEREKA. NO MINOR. NO RACIST...