PART MASIH LENGKAP!!
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan, tapi han...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah mengguncang meja kerjanya, dan membuat ruangan itu berantakan, Baskara harus membereskan kekacauan yang dia perbuat. Sementara Varsha, perempuan itu di suruh oleh Baskara untuk duduk diam di kursi kerja, mengingat ada pecahan kaca di lantai, dan Baskara tidak mau jika Varsha terluka.
“Biarkan aku membantumu, Bas”
“Tidak” ucap Baskara cepat, matanya tertarik menatap Varsha yang hendak bangkit dari kursinya, menyuruh perempuan itu untuk kembali duduk. “Kau diam saja di sana, Varsha. Biar aku membereskan ini” Baskara mengelap tumpahan kopi dengan menggunakan tisu, kemudian menaruh tisu basah itu di atas serokan.
Varsha menurut, dia kembali duduk di kursi, mengamati Baskara yang mengumpulkan pecahan kaca menggunakan sapu dan serokan. Mata Varsha selalu tertuju kepada perut laki-laki itu, Baskara hanya mengenakan celananya kembali, sementara bajunya belum di pakai. Varsha juga sudah mengenakan baju tidurnya, dia tidak mau menanggung risiko masuk angin jika bertelanjang dalam waktu lama.
“Apa kau mengatakan sesuatu padaku tadi, Bas?” tanya Varsha, dia baru teringat jika Baskara mengatakan sesuatu di tengah-tengah percintaan mereka. Varsha tidak yakin dengan apa yang Baskara ucapkan, dia takut salah dengar.
Baskara belum menjawab, laki-laki itu membawa serokan keluar ruangan untuk dia buang ke tong sampah. Tidak berapa lama, Baskara kembali ke ruangan kerjanya, tanpa membawa sapu dan serokan. Baskara berjalan mendekati meja kerjanya, sedikit menunduk untuk melihat apakah lantainya sudah bersih.
“Tadi kau menanyakan apa padaku?” tanya Baskara, menatap Varsha.
Baskara menganggukkan kepalanya, matanya melirik paha Varsha yang tersingkap. Dia menyukai saat perempuan itu memakai baju sependek itu. “Sepertinya kau butuh koleksi baju lebih banyak, Varsha”
Varsha mengernyitkan alisnya, perlahan kepalanya bergerak mengikuti arah mata Baskara. “Jaga matamu, Bas!” bentaknya, menutup sela pahanya dengan tangan.
Baskara terkekeh geli melihat reaksi Varsha. “Apa yang kau tutupi? Aku sudah melihat semuanya”
Baskara mendekati Varsha, laki-laki itu memutar kursi agar Varsha menghadap padanya. Tangan Baskara bergerak membenarkan rambut Varsha yang berantakan oleh ulahnya tadi. Baskara terus memperhatikan wajah Varsha, tidak mengira jika dia akan berakhir bersama perempuan di depannya ini. Baskara yang tidak pernah menjalin hubungan, berakhir bertekuk lutut di bawah kuasa Varsha. Baskara menginginkan Varsha lagi, dan lagi.
“Apa kau memeletku, Varsha?” celetuk Baskara. Tidak ada alasan yang membuatnya begitu menginginkan Varsha. Bisa saja dugaan Delvin benar, Varsha sudah memeletnya.
Varsha mendengus kesal. “Untuk apa aku meleletmu? Tidak ada gunanya”
Baskara terkekeh, menarik Varsha ke dalam pelukannya, kepala perempuan itu tepat berada di atas perutnya karena posisinya berdiri sedangkan Varsha masih duduk. “Aku yakin, aku sudah terkena pelet, aku selalu menginginkanmu”