Aksara memesan segelas teh hangat dan segelas es teh untuk dibawanya ke perpustakaan. Melvin dia paksa kembali ke kelas lebih awal. Aksara ingat jadwal kelas Dipta di hari Rabu dan Jumat karena mereka sering bermain basket di hari itu. Hanya ada dua kelas di pagi hari lalu pulang.
Menurut ramalan cuaca TVRI hari itu akan cerah setidaknya mendung tanpa hujan. Aksara tak membawa payung atau jad hujannya, tapi dia membawa mobilnya. Angin semilir terasa di kulit kuning langsat Aksara. Berangin tapi tidak dingin. Langit pun cerah, masih tampak matahari mengintip di balik awan tipis.
Langkah Aksara berhenti di lantai lima. Netranya mengitari ruang tugas akhir. Dia temukan dua orang itu di salah satu pojok ruangan. Aksara hampiri mereka lalu meletakkan es teh di depan Dipta dan teh hangat di depan Anggi. Dua orang itu menoleh, menatap Aksara heran.
"Katanya teh punya kafein lebih dari kopi," kata Aksara. Anggi mengangguk. Dipta tersenyum jahil.
"Kok punya Anggi anget?" tanya Dipta.
"Biar nggak sakit tenggorokan," jawab Aksara.
"Oh kalau gue dikasih es biar radang gitu?" tanya Dipta. Aksara mengangguk.
"Selesai jam berapa?" tanya Aksara.
"Jam empat mungkin," jawab Anggi.
"Dia nugas sambil donlot drama korea," keluh Dipta. Anggi menunduk meminta maaf.
"Nanti gue ke sini lagi," kata Aksara lalu berbalik badan.
"Aksara," panggil Anggi. Aksara menoleh.
"Makasih ya," kata Anggi lalu tersenyum. Aksara mengangguk lalu pergi. Mungkin hanya Dipta yang sadar semerah apa wajah Aksara barusan. Dipta tersenyum melihat tingkah temannya. Dia tatap Anggi lalu tersenyum lagi.
"Apasih senyum senyum terus?" tany Anggi.
"Lo manis," jawab Dipta.
"Aneh," kata Anggi lalu kembali fokus pada tugasnya.