Tim Basket Dipta (2)

5 0 0
                                    

Pada akhirnya Anggi mengerjakan tugasnya sendiri. Di perpustakaan lantai lima, tempat study room, dengan earphone di telinga, Anggi fokus pada tugasnya. Dua jam berlalu. Dia rentangkan tangannya, merilekskan badannya setelah duduk berjam-jam.

Jam lima sore, bereskan barangnya lalu keluar perpustakaan utama kampus itu. Anggi teringat chat Dipta semalam. Perpustakaan utama tidak begitu jauh dari lapangan ormawa, hanya berjarak tiga gedung. Tanpa Anggi sadari, langkah kakinya bukan ke jalan pulang. Tiba-tiba dia berada di pinggir lapangan serba guna itu. Lapangan yang dibuat untuk kegiata anak-anak ormawa.

Pandangan Anggi langsung tertuju pada pemain tinggi berjersey 01. Dengan celana basket pendeknya, Aksara semakin terlihat tinggi.

"Kaindra," panggil seorang perempuan tidak jauh dari Anggi. Panggilan itu menghentikan permainan di lapangan. Lelaki manis bernama Kaindra itu berlari kecil menghampiri perempuan itu. Perempuan itu berikan minuman isotonik pada lelaki berisi itu. Lelaki itu mengelus kepala perempuan itu sambil tersenyum.

"Makasih ya," kata Kaindra.

Anggi terlalu fokus pada sepasang orang itu sampai tidak sadar kalau empat laki-laki lainnya menuju dirinya.

"Harusnya lo bawain kita juga, Gi," kata Dipta membuat Anggi menoleh. Anggi menatap dua laki-laki yang duduk di bawah.

"Cece mana kak?" tanya Melvin.

"Asdos," jawab Harsa.

"Harusnya lo ke sini dari tadi, Lun. Menang dari awal kita kalau Kak Indra lo lihatin," kata Melvin. Aksara yang duduk di sebelah Melvin mengangguk setuju.

"Emang kalah?" tanya Aluna.

"Menang dong," jawab Kaindra bangga.

"Aksara tuh MVP-nya," kata Dipta menggoda Anggi.

"Lo ngapain Gi kesini?" tanya Melvin tanpa basa-basi.

"Mau ke ruang melukis," jawab Anggi asal. Tidak mungkin dia menjawab kalau ingin menonton Aksara bermain basket.

"Ooooh," reaksi Dipta, Melvin, dan Kaindra bersamaan.

"Gue balik duluan ya. Titip Kaindra. Dia pasti lama kalau main sama kalian, mending gue pulang dari pada nungguin," pamit Aluna lalu pergi.

"Hati-hati di jalan," kata Kaindra. Aluna mengangguk.

"Tulus dong, bang," sahut Dipta dan Melvin usil. Harsa tertawa.

Siluet Aluna kini menghilang, meninggalkan Anggi sendiri di sana bersama para lelaki. Dipta ikut duduk, meluruskan kakinya di antara Anggi dan Melvin.

"Aku...," belum sempat Anggi pamitan, suara riang memanggilnya.

"Anggiiiiiiii," panggil suara perempaun itu. Anggi menoleh.

"Kak Yaya," sapa Anggi senang. Dipta tertawa melihat kelakuan temannya itu.

"Mau ke ruang melukis nggak? Mau ngomongin pendaftaran nih," kata Yaya. Anggi mengangguk yakin. Lima laki-laki itu tersenyum melihat Anggi.

"Kita nakutin lo kah? Seneng banget dipanggil Yaya," kata Harsa.

"Akward aja sih, kak," jawab Anggi. Harsa tertawa.

"Lo harus belajar sama Aluna, Gi. Justru kita yang akward lihatin dia pacaran sama Kaindra," kata Melvin. Kaindra melempar botol kosong ditangannya ke Melvin.

"Anggi-nya gue pinjem ya temen-temen," kata Yaya lalu merangkul Anggi dan berjalan pergi bersama.

"Anggi," panggil Aksara. Anggi menoleh.

"Besok hujan, jangan lupa bawa payung." Anggi mengangguk.

Get CloseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang