Korea dan Rasa (6)

2 0 0
                                    

Sore itu selesai kelas, Anggi duduk di taman belakang rumah sakit. Rumah sakit kampus yang terhubung dengan bus kampus akhir-akhir ini sering dia kunjungi. Bukan karena sakit, tapi karena surat sehat dan beberapa pemeriksaan untuk pertukarannya ke Korea yang sebentar lagi.

Baru saja Anggi bertemu dengan Harsa di koridor rumah sakit. Harsa tanyakan kabarnya juga Aksara. Anggi tersenyum sambil berkata bahwa mereka baik-baik saja, pada nyatanya memang begitu. Tapi dalam hatinya, ada sesuatu yang mengganjal.

Anggi tatap langit biru yang berhias pelangi tipis. Rasanya sedikit sejuk setelah hujan mengguyur kota. Hujan. Lagi-lagi Anggi lupakan payungnya. Anggi salahkan Aksara yang tak mengingatkannya pagi itu. Aksara. Tiba-tiba saja air matanya jatuh, menghilangkan senyuman yang sedari tadi dipasangnya.

Aksara yang baru saja menyelesaikan rapatnya dengan panitia ospek fakuktas berlari dengan cepat ke gedung fakultas ekonomi. Dia pergi ke ruangan asdos, tempat Dipta menyiapkan materinya.

"Anggi mana?" tanya Aksara dengan nafas terengah-engah.

"Ke rumah sakit tadi. Asam lambungnya kambuh," jawab Dipta. Aksara mengangguk lalu berlari ke halte. Dengan tidak sabaran, dia langsung tutun begitu bus sampai di depan rumah sakit kampus.

Langit sebentar lagi akan berganti warna. Aksara mempercepat langkahnya, berlari ke halaman belakang. Hampir saja orang yang ditujunya itu pergi. Aksara terengah, terduduk di atas rumput halaman belakang.

Saat itu Anggi akan pergi. Anggi yang berjalan ke arah pintu rumah sakit melihat Aksara yang menatapnya sambil terengah. Aksara yang merasa lega mendudukkan dirinya. Dia luruskan kakinya di atas rumput sebentar.

"Ngapain?" tanya Anggi.

"Mau jemput kamu," jawab Aksara lalu tertawa. Anggi tersenyum. Semakin lama mereka semakin gila. Semakin mereka jatuh pada rasanya, semakin tak ingin melepas.

Anggi ulurkan tangannya, bantu lelaki tinggi itu berdiri. Mereka duduk di salah satu bangku panjang. Anggi berikan air mineralnya pada Aksara yang sedang mengatur nafasnya.

"Bisa chat, kenapa harus lari?" tanya Anggi.

"Coba buka hpmu. Aku telfon berapa kali," kata Aksara. Anggi mengecek ponselnya lalu tersenyum.

"Maaf ya," kata Anggi.

"Nggak papa, biar aku effort dikit," kata Aksara. Anggi menetap Aksara yang sedang menyeka keringatnya dengan kemejanya.

"Aku mau Korea. Mungkin kamu udah tau dari Dipta atau dari omongan anak-anak. Rasanya jahat kalau aku nggak pamitan sama kamu. Kamu yang udah ada buat aku selama ini. Makasih ya, Sa," kata Anggi. Aksara senderkan tubuhnya pada bangku panjang itu.

"Kapan berangkat?" tanya Aksara.

"Libur semester ini. Tiga bulan. Aku daftar yang program enam bulan nggak diterima," cerita Anggi.

"Kenapa nggak cerita?" tanya Aksara. Dia tatap ujung halaman belakang yang penuh bunga.

"Aku mau coba sendiri. Kalau gagal, mau coba lagi semster depan," kata Anggi. Aksara sangat tahu kalau perempuan ini mandiri. Anggi akan lakukan tugasnya sebaik yang dia bisa. Termasuk menjadi ketua Art Therapy juga jurnalis majalah kampus.

"Bukan maksudku nggak mau dibantu atau nggak anggap kamu sama Dipta, tapi aku mau coba sendiri dulu," lanjut Anggi. Aksara mengangguk paham.

"Iya, tau," kata Aksara.

Mereka duduk dalam diam cukup lama. Hanyut dalam pikiran masing-masing. Menata perasaan mereka yang entah kini sebesar apa.

"Gi," panggil Aksara. Anggi menoleh.

"Kamu nggak papa LDR?" tanya Aksara. Anggi menatap Aksara bingung.

"Kamu mau pacaran jauh?" tanya Aksara lagi. Anggi menatap langit yang kini mulai gelap. Dia tampak berpikir.

"Aku nggak begitu baik berhubungan dekat sama seseorang. Kayak kamu lihat tadi, orang sering salah paham kalau aku nggak butuh mereka, tapi aku cuma mau lakuin semuanya sendiri. Aku nggak mau nyesal karena nggak lakuin apa yang aku mau pakai usahaku," kata Anggi.

"Kamu ngerasa capek nggak temenan sama aku?" tanya Anggi. Aksara menatap Anggi lalu menggeleng. Anggi menghela nafas.

"Bukannya aku nggak mau pacaran, aku cuma takut. Aku selalu kasih yang terbaik setiap apa pun yang kulakuin, termasuk ke teman atau pacar. Aku takut buat mereka sakit hati dan aku takut kecewa," kata Anggi.

"Soal LDR, aku nggak pernah kepikiran sih." Aksara menatap bunga-bunga yang kini bermandikan cahaya lampu di ujung taman belakang rumah sakit.

"Aku nggak akan buat kamu kecewa," kata Aksara. Anggi menoleh, menatap Aksara yang matanya masih lurus ke depan sana.

"Aku juga nggak akan salah paham. Aku tau kamu," lanjut Aksara.

"Aku juga suka cewek mandiri." Aksara menoleh pada Anggi.

"Mau coba pacaran LDR sama aku?" tanya Aksara. Anggi menatapnya bingung.

"Maaf ya lama bilangnya, aku suka kamu. Mau jadi pacarku?" tanya Aksara lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Get CloseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang