Lagu terakhir adalah Semesta Warna. Lagu yang dibuat Kaindra saat menyatakan perasaannya pada Aluna. Lagu itu juga yang membawa nama Gigai sebesar sekarang.
Kaindra segera turun dari panggung setelah Gigai menutup penampilannya. Dia hampiri Aluna, Aksara, dan Anggi.
"Makan dulu aja. Aluna belum makan," ajak Kaindra.
"Kamu mau makan?" tanya Aksara pada Anggi. Anggi melihat jam tangannya.
"Udah malem tapi. Makannya lain kali aja nggak papa kak? Yang nggak malem banget gitu," kata Anggi. Kaindra tertawa lalu mengangguk.
"Boleh. Ajakin Aluna ya," kata Kaindra. Anggi mengangguk lalu pamit.
"Anggi makasih ya," kata Aluna. Anggi tersenyum lalu pergi. Aksara mengikuti langkah Anggi keluar studio.
Jam sepuluh malam. Udara malam mulai dingin. Anggi tengok langit malam sebentar. Tak ada bintang dan satelit. Kosong. Hanya ada langit hitam yang tunjukkan seluas apa semesta itu.
Mereka sebrangi jalan selebar dua puluh meter itu. Aksara nyalakan musiknya pelan dalam mobil untuk menemani perjalanan malamnya.
"Udah enakan?" tanya Aksara. Anggi menoleh. "Kamu nggak nyaman tadi. Sekarang udah mendingan?" tanya Aksara lebih jelas. Anggi menunduk.
"Dulu," kata Anggi, masih menunduk. Aksara tepikan mobilnya dan menghentikannya di pinggir trotoar. Anggi menoleh, menatap Aksara.
"Tenangin aja dulu, kalau mau cerita kudengerin. Nggak usah buru-buru, kutunggu," kata Aksara. Anggi menatap Aksara lebih dalam. Laki-laki di belakang kemudi ini sangat mengertinya.
"Dulu," ulang Anggi. "Waktu SD, waktu aku lagi piket, sapu kelas, ada suara kaca pecah, keras banget. Aku noleh, ternyata ada bola mecahin kaca. Kacanya kena aku. Lengan sama pipiku berdarah. Semenjak itu aku nggak suka suara keras. Rasanya jadi nggak aman," cerita Anggi. Aksara menatap Anggi.
"Sekarang udah nggak papa? Masih takut?" tanya Aksara.
"Aku nggak takut, nggak pernah takut. Cuma nggak suka, aku ngerasa nggak aman," kata Anggi.
"Sekarang masih ngerasa nggak aman?" tanya Aksara. Anggi menatap Aksara.
"Aman, soalnya sama kamu," jawab Anggi. Aksara tatap manik mata kecoklatan Anggi yang sama sepertinya. Aksara tersenyum.
"Aku selalu ada kok, Gi," katanya. Anggi mengangguk.
"Makasih ya, Sa. Aku udah coret satu hal yang nggak aku suka," kata Anggi.
"Sama-sama," jawab Aksara.
"Nonton konser di front line nggak seburuk itu," kata Anggi. Aksara tertawa. Mata sipitnya tertutup saat dia tertawa. Anggi tersenyum melihat Aksara yang manis itu.
"Aku lanjut pulang ya. Mau mampir?" tanya Aksara. Anggi menggeleng.
"Langsung pulang aja," kata Anggi. Aksara mengangguk. Dia kemudikan mobilnya ke rumah Anggi.
Anggi tidak sadar kalau Aksara semakin jatuh padanya setelah malam itu. Dan Aksara pun tidak menyangka kalau Anggi telah benar-benar menyukainya.