Visit Her

163 43 8
                                    

"Emang suami lagi kemana?" Sent.
"Lagi dinas ke luar kota, jadi anak-anak lagi nginep di rumah neneknya beberapa hari ini sampai suami pulang. Karena sekarang aku lagi banyak kerjaan di kantor, sering pulang malam." Recieved.
Faisal hanya diam mengamati selembar kertas yang ia pegang, surat cuti yang ia ajukan minggu lalu telah disetujui oleh atasannya.
Isi kepala Faisal dipenuhi dengan rencana jahat dan licik, entah bagaimana bisa kebetulan sekali wanita itu tengah sendirian di rumahnya.
"Waktunya beres-beres rumah." Ujarnya lalu berdiri dari duduknya ketika jam kerja telah usai.
Sesampainya ia di kos, Faisal segera berbenah. Beberapa pakaian seperlunya ia masukan ke dalam tas ranselnya.

Esok hari Faisal pergi pada malam hari sepulang bekerja, ia mendapat jatah cuti selama seminggu dan ia pikir itu cukup untuk melakukan rencana gilanya. Menggunakan motor sportnya, Faisal segera pergi meninggalkan kota dimana selama ini ia bekerja, menuju ke kota kelahirannya dan tempat ia dibesarkan. Sekaligus kota yang penuh dengan nostalgia dirinya dan Karin.

Hujan deras disertai petir yang menggelegar, dua jam perjalanan yang cukup melelahkan hingga akhirnya motor sportnya berbelok ke sebuah rumah di pinggir jalan. Rumah kosong yang telah lama ditinggalkan, masih tetap terawat meski tidak ada orang di dalamnya. Ia adalah anak tunggal dan kedua Orang Tuanya sudah tidak lagi tinggal di rumah ini.
Jadilah rumah ini tidak ada yang menempati semenjak ia bekerja di luar kota. Ia memerhatikan rumahnya di teras, seluruh pakaiannya basah. Tubuhnya dingin, ia ingin segera mengganti pakaiannya. Namun sebelum itu, ia berbalik badan melihat ke arah sebuah gang yang lumayan besar untuk dilewati sebuah mobil atau truk, yang ada di depan rumahnya.

Ia berjalan kaki menuju ke dalam gang tersebut tanpa melepas helm bahkan jaket kulit berwarna hitamnya yang telah basah, malam hari ini terasa dingin dan sepi. Rumah semua orang terlihat tertutup rapat dengan lampu yang gelap, sepertinya semua orang sudah tertidur lelap.
Ia melirik ke arah pergelangan tangannya, jam tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam. Waktu yang terlalu cepat untuk tertidur nyenyak, mungkin karena di dukung cuaca yang hujan deras dan petir. Dingin dan membeku, namun ia tak memperdulikan semua itu. Ia hanya terus berjalan hingga ke sebuah rumah yang lampunya masih menyala, pertanda si pemilik rumah masih terjaga. Dari balik helmnya ia melihat ada sebuah siluet di dapur, perlahan ia melangkah ke arah dapur dan melihat ada sosok wanita dari jendela kaca. Seorang wanita mengenakan jubah mandi dengan rambut yang masih terbungkus handuk tengah memasak.

Pada akhirnya selama bertahun-tahun ia kembali melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, melihat wanita itu lagi yang selama ini ia hindari. Tubuhnya terlihat lebih berisi semenjak kali terakhir yang ia lihat sebelum menikah, namun terlihat lebih seksi.
Ia terus memerhatikan wanita itu dari luar, tak perduli hujan mengguyur tubuhnya. Ia persis seperti seorang penguntit sekarang, melihat istri orang dari jarak yang cukup dekat hanya berbatas tembok rumah saja. Tanpa sadar kedua kakinya melangkah menuju pintu yang ada di dapur, sebelah tangannya sudah memegang gagang pintu meski ia sendiri tidak tahu apa yang sedang ia lakukan.

Cekle....

Karin terkejut mendengar pintu terbuka, keningnya mengernyit heran dan langsung menuju ke arah pintu dapur dimana petir dan hujan tengah menggelegar di luar sana. Ia menoleh ke kanan dan kiri saat berdiri di ambang pintu dapur, tidak ada siapapun di sana. Bahkan sepertinya hanya Karin yang masih terjaga di hari yang malam ini ketika semua orang sudah tertidur lelap, tidak ada siapapun di sana.
Mungkin pintunya tidak tertutup dengan benar hingga angin kencang membuatnya terbuka. Pikir Karin seperti itu.
Sebab bertahun-tahun lamanya ia tinggal di rumah ini, tidak ada yang janggal atau terasa horor. Rumah ini adalah rumah yang ia tinggali sejak kecil, tidak ada yang aneh di sini.

Karin kembali masuk dan tak lupa menutup pintu dapur, tak lupa juga menguncinya. Melanjutkan kegiatan masaknya yang hampir selesai lalu menyajikannya di piring.
Makan malam seorang diri tanpa ditemani suami dan juga anak-anaknya, setelah makan malam selesai sembari melakukan panggilan video kepada anak-anaknya. Karin meletakan ponselnya seraya menegak air mineral.
Namun kegiatannya terhenti setelah melihat jejak sepatu yang basah di atas lantai dapurnya, petir kembali menggelegar dengan kencang membuat perasaan Karin yang tadi baik-baik saja, menjadi takut dan tegang seketika.
Ia melirik ke arah pintu dapur dan terlihat jelas jejaknya berasal dari sana.

Karin berusaha tenang dan tidak panik apalagi berteriak, karena percuma saja berteriak ketika suara hujan dan petir lebih besar daripada suaranya. Tidak akan ada yang mendengarnya, malah akan membuat seseorang yang kini ada di dalam rumahnya melakukan sesuatu yang jahat kepadanya.
Perlahan Karin berdiri, berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara ke arah pintu dapur lalu membukanya dengan lebar. Hanya sekedar berjaga-jaga agar ia memiliki akses keluar dari rumah ini, tangan Karin mematikan tombol lampu. Membuat seisi dapur gelap gulita dan hanya ada cahaya lampu dari luar yang masuk lewat jendela kaca. Begitupun lampu yang ada di ruang keluarga dan ruang tamu.

Karin mengikuti jejak sepatu yang basah itu ternyata berbelok ke kamarnya sendiri, dengan perasaan takut namun ia tidak memiliki pilihan lain selain mengusir seseorang yang mungkin hendak maling ke rumahnya. Sebuah pentungan kayu yang sering digunakan anak pertamanya bermain dipegang kuat oleh Karin, setidaknya hanya itu senjata yang ia punya untuk membela diri saat ini.
Pintu kamarnya memang terbuka lebar, di dalam sudah gelap. Padahal Karin hanya mematikan lampu dapur, ruang keluarga dan ruang tamu saja. Dan ia meninggalkan kamarnya dalam keadaan lampu menyala, karena sebelum memasak Karin baru saja selesai mandi.
Tapi sekarang kamar itu telah gelap.

Karin memasuki kamar secara perlahan, jejak basahnya berhenti di sebuah lemari walk-in-closet membuat jantung Karin semakin berdebar dengan kencang. Sepertinya maling itu bersembunyi di dalam sana karena sudah mengetahui Karin menyadari keberadaannya. Dengan secepat kilat meski ia sendiri takut, Karin membuka pintu lemari dan hampir saja mengayunkan pukulannya ke dalam sana.

Namun tidak ada siapapun di sana...
Karin segera menyalakan lampu kamar dan semua lampu yang ada di dalam rumahnya, terlihat jejak sepatu basah itu kembali keluar dari dalam rumah lewat pintu dapur yang terbuka dengan lebar saat Karin menyalakan lampu dapur. Ia buru-buru menutup pintu dapur lalu menguncinya, tak lupa Karin menutup semua gorden jendela kaca yang ada di dapur, ruang keluarga, ruang tamu dan juga beberapa kamar. Meski nafas Karin terasa berat, ia bisa sedikit lega seseorang itu telah keluar dari rumahnya.


***

To be continued

7 Oktober 2024


***

Kok Author suka bab ini ya 😅

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang