Wanita berambut pendek sebahu itu baru saja pulang bekerja di malam hari, sesampainya di rumah ia mengambil kunci pintu rumah. Ia tinggal seorang diri sementara anak-anaknya tinggal bersama dengan mantan suaminya setelah perceraian.
Saat ia membuka pintu, ia menyadari sesuatu.
Anne berbalik badan mendapati Karin berdiri di belakangnya seraya tersenyum sumringah, Anne sampai memegang dadanya sendiri karena terkejut.
"Makasih ya mobilnya, besok aku mulai kerja lagi!" Ujar Karin seraya memeluk Anne walaupun wanita itu masih terdiam membeku di tempatnya berdiri.
"Mana mobilnya?" Tanya Anne.
"Itu!" Karin menunjuk ke arah halaman, Anne sampai tidak sadar jika ada mobilnya sudah terparkir di sana.Dan yang paling mengejutkan dirinya adalah, pria yang bersandar di kap depan mobil. Anne hampir saja mengeluarkan kedua bola matanya karena terkejut, terlihat banyak perubahan pada pria itu namun Anne hafal betul wajahnya.
"Jangan bilang pria itu adalah dia!" Ujar Anne seraya menunjuk pria yang mengenakan jaket kulit hitam itu.
Karin hanya terkekeh, "nanti aku jelaskan, aku mau pulang dulu. Bye!" Kata Karin kembali memeluk Anne yang membeku.
"Bye, Anne!" Ujar Faisal yang tak ditanggapi oleh Anne karena saking terkejutnya. Melihat dua orang itu pergi meninggalkan halaman rumahnya dan akhirnya menghilang di balik kegelapan malam."What the he-!" Umpat Anne.
"Jadi dia orangnya? Dia yang menculik Karin? Hah?!" Anne menggaruk kepalanya yang mulai terasa gatal lalu masuk ke dalam rumah.
Ini benar-benar gila!Karin mengetuk pintu rumah setelah ia berpisah dengan Faisal di depan gang, tak lama pintu dibuka oleh Theo. Karin yang sedang malas berbasa-basi dan mengeluarkan kata-kata, melewati Theo begitu saja dan masuk ke dalam rumah seraya membawa tasnya. Wajah Theo memang terlihat kesal, sebab itulah Karin memilih untuk mengabaikannya saja daripada ia harus bertengkar dengan suaminya lagi.
"Kamu dari mana?" Tanya Theo membuntuti Karin sampai ke dalam kamar.
Kalimat pertama yang sudah Karin duga keluar dari mulut pria itu."Dari mess lah, kenapa?" Sahut Karin seraya mengeluarkan pakaian kotor dari dalam tasnya.
"Mess mana?" Tanya Theo yang berdiri di ambang pintu kamar.
"Mess karyawan, memangnya mess mana lagi?" Karin mengeluarkan semua barang-barangnya dari dalam tas lalu meletakkannya kembali ke dalam lemari.
"Kemarin aku datang ke mess, tapi kamu nggak ada!"
Deg-
Seketika Karin terdiam, debaran jantungnya pun mulai terasa berdetak kencang. Namun ia berusaha untuk tidak terlihat mencurigakan.
"Ngapain kamu datang ke mess?" Tanya Karin tanpa menjawab pertanyaan suaminya itu.
"Kamu nggak jawab pertanyaan ku! Semua orang yang tinggal di mess bilang, kamu nggak pernah ada di sana! Nggak tidur di sana!" Cecar Theo, nyali Karin semakin menciut sekarang.Sepertinya Anne tidak cerita apapun tentang Theo yang datang ke mess mencari Karin.
"Mana ponselmu?" Tanya Theo lagi mulai mendekati Karin yang tengah sibuk meletakan semua barangnya ke dalam lemari.
Sial!
Karin memejamkan kedua matanya, ia lupa mampir ke rumah orang tuanya Faisal untuk mengambil ponselnya.
"Hilang!" Bohongnya, sayangnya Theo menyadari hal itu. Bukan satu atau dua tahun ia mengenal istrinya itu, jadi ia paham betul kapan Karin sedang berbohong.
Dengan gerakan cepat, Theo mencekik leher Karin dengan sangat kuat lalu menghimpitnya ke dinding."Jangan berani bohong, Rin! Semenjak penculikan itu kamu jadi aneh." Desis Theo, Karin yang tak dapat membela diri karena nafasnya hampir habis.
Akhirnya Theo melepaskan cengkramannya di leher Karin, karena khawatir wanita itu akan lari lagi darinya seperti beberapa minggu yang lalu.
Karin terbatuk dan berusaha menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya seraya memegang lehernya sendiri yang terasa sakit, pria itu pergi meninggalkan Karin begitu saja. Baru saja ia pulang ke rumah dan mendapati perilaku Theo yang mengingatkannya pada masa lalu, yang Karin pikir telah berubah.
Karin menatap Theo yang keluar dari kamarnya dengan pandangan nanar.Tubuhnya merosot ke bawah ke lantai yang dingin, ia memeluk lututnya sendiri sembari menenggelamkan wajahnya di balik kedua tangannya. Ia menangis sesegukan dengan suara yang ia redam dengan sekuat tenaga, harusnya sedari dulu ia sadar bahwa ia tidak bahagia dengan pernikahan ini.
Dari kejauhan, Faisal melihat dari siluet bayangan yang ada di kamar Karin. Semua kejadian itu, bagaimana Theo memperlakukan Karin dan bagaimana tubuh Karin merosot ke atas lantai sembari menangis.
Ia mengepalkan kedua tangannya menahan amarah, padahal ia sudah memperingatkan Karin soal ini. Tapi sepertinya suami Karin tak berhenti membuat wanita itu menangis dan merasakan sakit di seluruh bagian tubuhnya.Esok harinya, saat Karin hendak pergi bekerja. Pintu rumah terkunci, Karin sempat bingung mencari kunci yang biasanya tertancap di sana. Namun pagi ini, tidak ada.
Karin pergi ke pintu belakang, tapi kunci pintu belakang juga tidak ada. Perasaan Karin semakin tidak enak, ia mendapati Theo baru saja keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan boxer dan handuk yang tergantung di pundaknya.
"Kunci rumah mana?" Tanya Karin, wajahnya mulai panik.
"Ada, aku simpan!" Sahutnya dengan nada santai.
"Mana? Aku mau keluar!" Cecar Karin.
"Nggak usah kemana-mana! Di rumah aja!" Balas Theo tak mau kalah.
"Terus aku kerja gimana?!" Suara Karin mulai meninggi. Ia sudah rapi bersiap pergi bekerja setelah dua hari absen."Kamu nggak kerja juga, buat apa?" Sahut Theo seraya mengambil pan untuk membuat sarapan pagi.
"Theo, aku serius!" Karin sudah merasa frustasi menghadapi Theo.
"Aku juga serius! Kamu nggak kerja kemarin dua hari, kemana?" Tanya Theo, kini Karin kembali terdiam. Theo tersenyum sinis mengetahui wanita itu berbohong lagi padanya. Karin tak mau ribut dan dapat membahayakan hidup Theo jika sampai Faisal tahu, akhirnya ia kembali ke dalam kamar mengganti pakaiannya. Entah bagaimana cara ia memberitahu Anne jika hari ini ia kembali absen dari pekerjaannya, Karin tidak memiliki ponsel lain.Tak lama suara mobil berhenti tepat di halaman rumahnya, Karin melihat dari dalam Theo keluar dari dalam rumah. Karin merasa familiar dengan mobil berwarna hitam tersebut, dan benar saja. Dua orang lansia keluar dari dalam mobil dengan senyum lebar ke arah Theo seolah mereka saling mengenal satu sama lain.
Jarang sekali Theo ramah dan akrab dengan orang lain seperti ini.
Tapi bukan hanya itu yang membuat Karin terkejut, kedua lansia itu memberikan ponsel milik Karin kepada Theo.
Jantung Karin seakan berhenti berdetak saat itu juga, bagaimana mungkin kedua lansia yang sebenarnya adalah kedua orang tua Faisal menyerahkan ponsel Karin yang tertinggal di rumah mereka?***
To be continued
8 Nopember 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER (obsession)
Mystery / ThrillerKarin adalah gadis cantik yang tumbuh dewasa, kehidupannya baik dan sangat mulus. Karir yang bagus, pernikahan yang bahagia sampai dikaruniai dua anak yang cantik dan sehat. Sahabat-sahabat yang selalu ada untuknya, bahkan Karin tak pernah melupakan...