His Parents

69 34 0
                                    

Karin terbangun ketika matahari sudah mulai meninggi, tak sadar jika ia tertidur cukup lama. Ia melihat ke arah kanan dan kiri masih tak ada kendaraan yang melintas, karena hari sudah pagi Karin memberanikan diri keluar dari mobil. Melihat ke arah ban bocor semalam, namun anehnya, bannya tidak bocor sama sekali. Karin sampai berjongkok dan menyentuh ban tersebut beberapa kali untuk memastikan ban tersebut benar-benar tidak bocor.
"Apa semalam aku mimpi?" Ucap Karin pada dirinya sendiri seraya melihat ke segala arah menyadari dirinya di tempat antah berantah tanpa ada pemukiman penduduk di sana. Karin terduduk di jalanan aspal, memastikan bahwa semalam mobil Anne benar-benar tidak berjalan karena ia merasa bannya bocor.

Apa jangan-jangan itu hanya perasaannya saja?

Karin berniat kembali masuk ke dalam mobil, namun ia melihat bekas roda ban yang cukup besar di atas aspal. Karin yakin itu bukan roda ban mobil karena hanya ada satu ban saja, tapi untuk ukuran yang cukup besar, rasanya itu bukan ban motor biasa. Melainkan seperti ban motor sport.
Karin melihat ke arah jalanan sepi itu, rambut panjangnya terkena sapuan angin di pagi hari. Berpikir apakah pria itu atau bukan..
Karin mengecek kembali ban yang ia rasa semalam bocor, ia melihat ban itu seperti baru, seperti baru saja diganti.

Detak jantung Karin semakin cepat setelah mengetahui bannya telah diganti, terlebih pria itu yang menggantinya. Tapi bagaimana pria itu tahu kalau Karin ada di sini? Apakah pria itu mengikutinya?
Dengan perasaan tak karuan dan berbagai pertanyaan di benak Karin, ia tetap melanjutkan perjalanan. Sesekali Karin melihat ke kaca spion untuk memastikan apakah ada yang mengikutinya atau tidak? Tapi tidak ada satupun pengendara yang mengikutinya setelah ia tiba di jalan raya. Dadanya terasa sesak saat mengingat pria itu bisa saja muncul di hadapan Karin saat ini, dan Karin berharap hal itu terjadi.

Perjalanan yang cukup panjang..
Akhirnya Karin tiba di tempat yang ia tuju, sebuah rumah yang terlihat asri dan nyaman. Dikelilingi kebun dan juga bunga yang indah, saat Karin keluar dari mobil ia melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir di halamannya. Sontak membuat Karin kembali ke beberapa minggu lalu, saat mobil tersebut menabrak tubuhnya hingga terpelanting cukup jauh.
Perasaan Karin semakin mantap untuk menemui pria itu, karena benar dialah pelakunya.

Tok... Tok... Tok...

Tak ada sahutan, namun gorden dari balik jendela kaca sedikit terbuka. Seolah memastikan siapa yang bertamu ke rumah ini.
Setelah itu pintu terbuka, menampilkan sepasang suami-istri yang sudah lansia.

Karin tersenyum sambil menyapa dengan sopan, mereka berdua adalah tetangga Karin. Mereka mengenal Karin, tapi ketika melihat Karin, mereka terlihat terkejut. Seolah sedang melihat hantu..
"Halo, Om, Tante!" Sapa Karin seraya tersenyum dengan ramah, rasanya rindu dengan dua orang yang selalu menyapa Karin saat Karin masih bersekolah dan harus melewati rumah mereka.
"Saya Karin! Tetangga Om dan Tante dulu." Sambung Karin setelah melihat kebingungan mereka berdua yang hanya diam melihat Karin, Karin pasti menduga kedua orang itu telah lupa kepadanya.
"Oh, iya. Karin ya?" Kata Ibu tersebut seolah berbasa-basi.
"A-ayo silakan masuk!" Kata Bapak melanjutkan, dengan senang hati Karin meng-iyakan ajakan mereka karena tubuh Karin pun rasanya sudah lelah setelah semalaman penuh berada di dalam mobil.

Akhirnya bokong Karin dapat merasakan sofa yang lembut, rasanya nyaman sekali.
"Nggak usah panggil Om dan Tante! Kami sudah tua, panggil Ibu dan Bapak aja!" Kata Ibu seraya membawa sebuah nampan berisi minuman dan makanan kecil, sementara Bapak hanya diam duduk berseberangan dengan Karin. Bapak dan Ibu sama gugupnya, tak menyangka Karin akan mendatangi mereka dan bagaimana wanita itu tahu alamat mereka?
"Hmm, apa kabar Bapak dan Ibumu, Rin?" Tanya Ibu sembari duduk bersebelahan dengan Bapak.
"Kabar baik, Bu!" Jawab Karin yang menyeruput segelas teh hangat setelah semalaman perutnya kosong.

"Karin masih kerja?" Tanya Bapak, Karin mengangguk. Bapak segera menyodorkan makanan kecil kepada Karin, disambut baik oleh Karin yang sudah sangat lapar.
"Sudah berapa anaknya Karin?" Tanya Ibu seolah menginterogasi, padahal mereka berdua sudah tahu betul bagaimana kehidupan Karin, karena anak mereka yang masih terobsesi kepada wanita itu.
"Karin punya dua anak, Bu! Lagi diasuh sama Ibu dan Bapak. Karena kemarin Karin habis kena musibah." Ujar Karin spontan, tak mau menutupi apa yang telah ia lalui, apalagi hal itu adalah ulah dari anak mereka sendiri.
"Musibah apa?" Tanya Bapak yang sudah tahu jawaban Karin.

"Penculikan, Pak!" Jawab Karin, semua terdiam, termasuk Ibu dan Bapak yang saling melihat satu sama lain. Karin tak ingin memberitahukan siapa pelakunya, karena khawatir kepada mereka berdua yang usianya telah senja dan khawatir akan kesehatan mereka. Padahal kedua Orang itu sudah tahu..
"Tapi nggak apa-apa! Karin selamat." Sambung Karin seraya tersenyum manis, terlihat masih sangat cantik di usianya yang sudah berkepala tiga. Tak heran jika anak mereka tergila-gila kepada Karin.
"Jadi, tujuan Karin kemari ada apa ya?" Tanya Ibu, Karin menghabiskan makanan kecil yang disediakan Ibu tadi.
"Mau nambah lagi?" Tawar Ibu.
"Nggak usah, Bu! Karin udah kenyang." Kata Karin.

"Tujuan Karin ke sini, mau cari alamat Faisal. Udah lama nggak ketemu Faisal, ada yang Karin butuhkan dari dia." Ucap Karin, Ibu dan Bapak terlihat makin tegang. Sepertinya mereka berdua menduga Karin sudah tahu siapa yang menculiknya, karena Faisal pernah berkata kepada mereka ketika ia menculik Karin, ia selalu menggunakan penutup wajah dan Karin tidak akan tahu siapa orang yang menculiknya. Tapi ternyata hal itu salah, Karin sepertinya mengetahuinya.
"Hmm, Faisal sudah pindah kerja! Tapi dia nggak ada hubungin Ibu sama Bapak sudah berapa minggu ini. Jadi, kita nggak tahu alamatnya." Jawab Bapak berbohong.

"Alamat lamanya aja nggak apa-apa, Pak! Nanti biar Karin tanya-tanya sendiri ke teman atau ke kantornya." Jawab Karin dengan penuh antusias, Bapak dan Ibu lagi-lagi terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya dengan terpaksa mereka memberikan alamat Faisal yang lama, meski mereka sendiri tak tahu dimana anak mereka sekarang. Lagipula, Karin datang sendirian dan mencari sendirian. Bukan dengan polisi untuk menangkap Faisal. Mereka berdua percaya kepada Karin.
"Coba aja dulu ke sini! Siapa tahu dia di kota itu aja, hanya pindah kos aja." Kata Ibu seraya menyerahkan secarik kertas berisi alamat Faisal.
"Baik, Bu. Terimakasih!" Kata Karin.

Tiba-tiba ponsel Karin berbunyi, satu pesan masuk ia segera mengambil ponselnya dari dalam tas. Seketika wajah Karin yang berbinar berubah muram.
Sebuah nomor tidak dikenal mengiriminya sebuah pesan singkat.
"Berhenti mencariku!"



***

To be continued

2 Nopember 2024

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang