Prepare

147 37 3
                                    

"Ada, yang jauh dari keramaian. Tapi harganya lumayan mahal, karena lahannya luas." Kata teman Faisal dari sambungan telepon.
"Berapa?" Tanyanya sembari menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya sendiri.
"Oke, sore ini aku ke sana lihat lokasinya." Sambungnya lalu menutup panggilan telepon.
Pagi hari yang tentram dan damai, aroma pagi yang sejuk setelah semalam hujan deras, kini berganti cerah dan indah. Keindahan yang sama seperti ia lihat semalam, wanita itu pasti terkejut dan takut. Tapi Faisal tak bisa berhenti tersenyum melihatnya ketakutan seperti itu, rasanya cukup seru. Sayang tidak ada adegan lari dan kejar-kejaran, karena waktu yang terbatas dan tempat yang tidak memungkinkan.

Ia keluar dari rumah membawa sekantung sampah lalu meletakkannya ke dalam bak sampah yang ada di depan rumah, semua orang terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seolah tidak terjadi apapun semalam di dalam gang sana, namun bisa Faisal dengar beberapa Ibu-Ibu yang tengah mengerumuni pedagang sayur dan berceloteh mengenai kejadian semalam di dalam gang itu. Faisal hanya tersenyum miring sembari masuk ke dalam rumahnya, entah mengapa hari ini ia begitu ceria. Mungkin karena semalam akhirnya ia dapat melihat wanita itu setelah beberapa tahun lamanya, dan wanita itu makin terlihat cantik dan seksi. Faisal tak bisa terlalu lama membayangkan wanita itu berada di bawahnya, harus segera terealisasikan.

Untuk itulah sore ini ia mengunjungi suatu tempat yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Sebuah kebun yang sangat luas, yang ditanami oleh berbagai macam pohon buah yang besar dan tinggi. Akses masuknya terlihat mudah meski jalannya hanya cukup untuk satu mobil dan tidak beraspal, ia menengok ke kanan dan kiri dari balik helmnya. Tempat itu begitu sunyi dan sepi, hingga beberapa menit mengikuti jalan akhirnya ia tiba di sebuah rumah kayu berbahan kayu ulin yang besar dan kokoh. Berlantai dua dan terdapat teras yang luas di depannya.

Di sana sudah ada seorang teman yang menunggunya, teman semasa sekolah sama seperti Karin juga. Pria itu berdiri dari duduknya menyambut kedatangan Faisal, setelah memikirkan motor sportnya ia segera menghampiri pria yang bernama Jay tersebut.
"Apa kabar, bro?!" Faisal menyambut uluran tangan pria yang juga sahabatnya itu.
"Baik." Jawabnya singkat seraya tersenyum ramah, ada lesung pipi di bagian kanan dan kiri pria itu.
"Ayo naik!" Ajak Jay. Itu adalah sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin yang kokoh, menaiki beberapa anak tangga lalu duduk di kursi yang juga terbuat dari kayu ulin yang ada di teras rumah. Terlihat nyaman dan asri, rumah itu cocok sekali untuk pasangan lansia yang ingin menghabiskan masa tuanya bersama pasangan.

Berkebun dan memelihara binatang ternak, memelihara binatang peliharaan seperti kucing. Namun Jay sedikit terkejut ketika ia memposting lahan beserta rumahnya di sosial media untuk dijual karena kakek dan neneknya sudah tiada, malah Faisal yang berniat untuk membelinya.
"Buat apa rumah sama kebun seluas ini, Sal? Bukannya kamu masih kerja, nggak kerja di sini, 'kan?" Tanya Jay seraya menyuguhkan minuman kepada Faisal.
Pria itu hanya mengangguk, menghindari kontak mata saat berbicara sembari melihat ke sekitar seolah ia sedang menilai tempat itu, agar ia tidak terlihat sedang berbohong.
"Bukan buat aku, buat Bapak Ibu. Tapi nggak langsung digarap, mungkin beberapa tahun lagi. Nggak tau kapan, yang penting dibeli aja dulu, daripada harganya nanti naik lagi." Jawabnya.

"Jadi kamu pindah keluar kota?" Tanya Faisal mengalihkan pembicaraan.
"Jadi, makanya lahan ini aku jual cepat. Karena setelah pindah aku nggak balik lagi kesini, di sana sudah ada pekerjaan tetap. Ditambah istri orang sana, jadi maunya tinggal di sana. Habis lahan ini terjual, hasilnya buat beli rumah sendiri di sana." Jelas Jay, Faisal hanya mengangguk. Rencana yang pas sekali, tidak akan ada yang mengira lahan ini Faisal yang beli. Karena Jay akan pindah jauh setelah ini.
"Kamu, sampai sekarang belum nikah juga, Sal." Sindir Jay.

Faisal hanya tersenyum, "belum ketemu jodohnya." Jawaban yang klise, hampir semua teman lama, yang telah lama tidak ia temui bertanya demikian. Sedangkan ia hanya bisa menjawab jawaban sederhana seperti 'belum bertemu jodoh', padahal ia sedang berencana mengambil jodoh orang lain.
"Pacar juga nggak ada, nungguin apa sih?" Goda Jay lagi.
Nunggu jodoh orang, katanya dalam hati.
"Anak udah berapa, Jay?"
"Udah dua, istri nggak mau nambah lagi. Dua aja cukup katanya, yang pertama tahun depan sudah mau sekolah. Yang pertama masih dua tahun." Jawab Jay.
"Enak nggak sih nikah?" Tanya Faisal sekenanya.

Walaupun sebenarnya ia bertanya-tanya dalam hati bagaimana kehidupan setelah pernikahan, karena di usia mereka yang sudah menginjak kepala tiga, sepertinya hanya Faisal yang belum memutuskan untuk menikah.
"Yah, ada enak dan nggak enaknya. Nggak enaknya soal ekonomi, karena sekarang udah biayain anak orang sama anak sendiri. Enaknya, ada yang nemenin tidur." Kata Jay dengan nada bercanda, Jay terlihat tertawa lepas meskipun Faisal tak begitu.
"Masalah apa yang sering dihadapi kalau sudah menikah?" Tanya Faisal lagi seolah sebentar lagi ia akan menikahi seseorang dan memboyongnya ke rumah ini.
"Paling beda pendapat. Soal ngurus anak, pekerjaan rumah, yang gitu-gitu sih! Soalnya 'kan istri aku di rumah ya, nggak kerja. Jadi lebih cerewet daripada ibu-ibu yang bekerja." Kata Jay.

"Emang kamu tahu dari mana ibu yang bekerja nggak cerewet?" Tanya Faisal lagi, raut wajah Jay terlihat berbeda. Seolah ia tidak ingin bercerita tapi pada akhirnya ia menceritakan semua pengalamannya yang hanya Faisal yang boleh tahu.
"Ini rahasia kita aja ya, Sal? Jangan sampai istri aku atau suami dia tahu." Jay menarik kursi kayunya agar sedikit mendekat kepada Faisal.
"Suami? Suami siapa?" Faisal menaikan sebelah alisnya.
"Kamu ingat Karin? Temen sekolah kita dulu? Sempat beberapa kali tidur sama aku. Buset! Bohay banget sumpah!"

Faisal terdiam seketika, Jay menjelaskan panjang lebar tentang hubungan affair mereka berdua beberapa tahun yang lalu ketika mereka berdua secara kebetulan bekerja di lokasi yang sama. Namun Jay juga menjelaskan bahwa wanita itu sekarang sangat sulit untuk didekati, entah karena apa. Mungkin karena pernah tertangkap basah oleh suami, Jay tidak tahu lagi kabarnya. Jay hanya bisa melihat Karin dari kejauhan, pergi bekerja pagi-pagi dan pulang sore hari, terkadang malam hari.
Faisal yang mendengar hal itu semakin lama semakin panas, iri tentu saja. Karin bisa tidur dengan pria manapun yang ia mau, sedangkan Faisal sama sekali tidak pernah mendapat kesempatan itu, padahal Faisal adalah satu-satunya orang yang selalu mendengarkan keluh-kesah Karin semenjak sekolah.

***

To be continued

9 Oktober 2024

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang