Full of Terror

76 29 3
                                    

Pria itu memeluk Karin, wajah Karin menempel pada dada bidang pria itu yang tertutup baju berwarna putih polos dengan noda darah dan bau anyir yang menyengat. Detak jantung Faisal tak terdengar, seakan pria itu tak merasakan takut atau menyesal telah membunuh seseorang. Sementara Karin yang melihat kejadian itu tak bisa menghentikan getaran di sekujur tubuhnya.
"Kenapa kamu begini, Sal?" Wajah Karin penuh dengan air mata dan peluh, keringat dingin membasahi leher hingga tangannya. Ia belum pernah melihat pembunuhan secara langsung seperti ini, terlebih pembunuhan ini adalah karena dirinya.
"Aku nggak pernah nanggepin Daniel, Demi Tuhan gak pernah!" Cicit Karin, walaupun sudah sangat terlambat untuk mengatakan hal itu.

Kini Daniel sudah menjadi seonggok mayat yang entah ada dimana, mungkin esok hari para tetangga akan gempar karena penemuan sosok mayat, dan Karin akan menjadi target utama karena Daniel adalah rekan kerjanya.
"Dia mengikuti mu! Itu artinya dia punya niat jahat, aku nggak bisa biarin sesuatu terjadi sama kamu." Kata Faisal.
Karin menggeleng lemah, mendorong sedikit pria itu agar menjauh darinya meski kedua tangannya terus digenggam oleh pria itu.
"Keluar dari rumahku, Sal! Perutku rasanya mual!" Kata Karin, rasa pusing mulai menjalar di kepalanya karena terlalu berlama-lama menghirup aroma bau amis dan anyir dari tubuh Faisal.

Apalagi dengan noda darah yang masih segar tercetak jelas di kaosnya berwarna putih, menyadari Karin merasa risih dengan kaosnya. Faisal membuka kaosnya dan membuangnya ke sembarang arah, hanya menyisakan celana jeans yang ia kenakan. Faisal membantu Karin untuk berdiri, namun Karin enggan disentuh oleh pria itu. Jadi, Faisal memaksa menggendongnya ala bridal style menuju kamar Karin dan meletakkan tubuh wanita itu ke atas ranjang.
Faisal duduk di tepi ranjang melihat Karin dengan wajahnya yang semakin pucat, ia lalu keluar dari kamar Karin dan kembali membawa segelas air untuk wanita itu. Awalnya Karin menolak untuk meminumnya, namun Faisal tetap menyerahkan gelas berisi air tersebut hingga Karin terpaksa menegaknya.

"Sebenarnya maumu apa, Sal? Kamu nggak bisa berbuat seenaknya seperti ini terus, aku nggak bisa hidup dengan penuh teror seperti ini. Aku mau hidupku normal!" Kata Karin, nafasnya terengah-engah, bersandar ke kepala ranjang dengan sandaran bantal yang susun oleh Faisal.
"Kamu kira selama ini aku hidup normal? Aku selalu menggunakan fotomu untuk bahan dan ketika aku rindu sama kamu."
"Oh, please stop, Sal!" Karin menutup wajahnya menggunakan kedua tangan, sementara Faisal menatap Karin dengan pandangan yang sangat obsesif. Sampai kedua kelopak mata pria itu tak berkedip menatap Karin.

Netranya pun terus mengikuti setiap gerakan Karin, meneliti apa yang sedang dirasakan oleh wanita itu, dan Faisal paham jika wanita itu tengah ketakutan dan frustasi.
"Sekarang kamu paham rasa sakitnya?" Tanya Faisal, Karin membuka wajahnya dan terlihat sekali jika raut wajah wanita itu benar-benar berantakan. Air mata dan peluh bercampur menjadi satu, bahkan rambut indah nan lurus serta hitam legam itu kini seakan kayu.
"Kamu bunuh aja aku sekarang, Sal! Ambil pisau di dapur!" Karin menunjuk ke arah luar kamarnya agar pria itu segera mengambil pisau untuk mengakhiri hidup Karin sekarang juga, daripada Karin harus menanggung beban mental seperti ini.

Namun Faisal tentu enggan untuk melakukannya, ia hanya diam seraya menatap dengan dalam ke arah wajah Karin.
Karin sudah merasa muak, ia hendak berdiri beranjak dari ranjang. Namun Faisal menahan tubuhnya dengan menarik pinggul wanita itu hingga terlentang di atas ranjang, Faisal akhirnya menindih wanita itu agar tidak kemana-mana.
Karin membuang muka tak mau melihat wajah Faisal yang telah membunuh banyak orang, merasa tubuhnya terkurung oleh tubuh berotot Faisal membuat Karin sesak nafas.
"Ayo kita menghilang! Hanya kamu dan aku! Aku janji nggak akan bunuh siapapun lagi, asalkan nggak ada satu pria pun yang melihat wajahmu." Kata Faisal dengan nada enteng.

"Aku pernah hampir melakukannya, tapi kamu malah membakar semuanya hingga jadi abu!" Balas Karin, jika ia harus melakukan hal itu lagi sekarang, rasanya pintu hatinya telah tertutup rapat karena Faisal telah membunuh suaminya.
"Waktu itu keadaan kita sedang tidak memungkinkan, tapi sekarang. Kamu sudah nggak punya suami-"
"Dan kamu ngerasa udah menang sekarang?" Cecar Karin, ia dapat merasakan hembusan nafas panas dari pria itu.
"Belum! Karena aku belum seutuhnya milikin kamu." Jawab Faisal.
"Apa yang bikin kamu ngerasa milikin aku seutuhnya? Bukannya kamu sudah berbuat semaumu?" Tanya Karin. Hening seketika, Faisal hanya diam menatap wajah Karin yang ada di bawahnya.

Merasa pertanyaannya tak dijawab, Karin menoleh menatap ke arah Faisal yang ada di atasnya. Kini tatapan mereka bertemu, melihat wajah Faisal entah mengapa perasaan Karin menjadi luluh. Luluh karena rasa kasihan kepada pria itu hanya karena obsesinya kepada Karin, dan kesalahan Karin yang tak pernah menyadarinya.
"Kalau kamu jadi istri aku, baru aku bisa milikin kamu seutuhnya." Kata Faisal.
Ketika semua wanita akan merasa sangat istimewa mendengar hal itu dari prianya, tidak halnya dengan Karin. Tubuhnya merinding seketika setelah mendengar hal itu, entah pernikahan macam apa yang akan terjadi jika Karin menyanggupi hal itu dari Faisal.

"Aku takut, Sal!" Bisik Karin, Faisal merasa khawatir dan memeluk tubuh Karin ke dalam dekapannya.
"Takut kalau kamu tiba-tiba bunuh aku." Sambungnya, pandangan Faisal kepada Karin seolah Karin adalah seonggok daging yang menggiurkan dan Faisal ingin segera memakannya. Obsesi Faisal bisa berkembang ke arah mana saja sesuai suasana hatinya, Karin khawatir dengan keselamatannya meski ia sendiri sudah putus asa mengenai hidupnya yang berantakan.
Tiba-tiba Faisal membuka kemeja kerja Karin dengan tergesa-gesa diikuti oleh celana panjang Karin, Karin yang bingung dan takut berusaha menghentikannya meski hal itu tak berarti apapun bagi Faisal.
"Kamu mau ngapain?" Tanya Karin, berusaha bangkit dari ranjang namun tubuh besar Faisal menghalanginya.

"Kalau aku nggak bisa nikahin kamu, aku bikin kamu hamil aja!" Kata Faisal sontak membuat Karin berteriak dengan kencang.
"Br*ngs*k kamu, Sal!" Karin menyumpah, tapi teriakannya terhenti karena bibir Karin dilumat secara paksa oleh pria itu.
Karin tak bisa bergerak banyak saat tubuh pria itu menindihnya, mengecup leher Karin dengan brutal dan disitulah saat Faisal lengah. Karin mengambil sebuah vas bunga yang terbuat dari keramik, dengan sisa tenaga yang Karin punya, ia menghantamkan vas bunga berukuran sedang tersebut ke kepala Faisal hingga membuat pria itu meringis kesakitan. Karin lalu bangkit dari ranjang dengan cepat ia berlari keluar dari rumahnya, entah kemana harus ia pergi, karena sepertinya di dunia ini tidak ada tempat yang akan untuknya dari pria itu.

***

To be continued

17 Nopember 2024

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang