All of My Books

107 37 39
                                    

Karin baru saja ingin naik ke lantai atas, namun baru saja kedua kakinya melangkah di anak tangga. Karin melihat sebuah ruangan yang sedikit terbuka, seperti sebuah kamar yang tidak terlalu luas. Ia pikir di lantai satu hanya ada ruang keluarga, ruang tamu dan dapur saja. Tapi ternyata ada sebuah ruangan kecil dengan sebuah pintu persis seperti sebuah kamar.
Karin melihat ke arah luar, pria itu masih di sana sedang sibuk membereskan semuanya. Karin dengan rasa penasaran yang tinggi, mencoba mendatangi ruangan tersebut secara diam-diam. Ia membuka pintu dengan lebar, dan benar saja itu adalah sebuah kamar. Lengkap dengan ranjang berukuran single dan sebuah meja serta kursi.

Ada lemari dan juga rak buku yang diisi oleh banyak sekali buku.
Sepertinya pria itu tidur di kamar ini, terlihat dari selimut dan bantal yang ada di atas ranjangnya berhamburan. Kamarnya berukuran kecil, tidak ada jendela dan penerangannya pun sangat minim. Karin sampai harus menyipitkan kedua matanya agar bisa melihat dengan jelas.
Tidak ada yang menarik di sana, hanya sebuah kamar pria yang berantakan. Karin ingin keluar dari kamar tersebut, tapi sebelum itu Karin melihat rak buku yang berjejer rapih di dinding.
Ada banyak buku di sana, tiba-tiba kedua mata Karin terhenti di sudut.

Ada namanya di sana...
Nama lengkap Karin, ada banyak buku Karin di sana.
Dan itu semua buku favorit Karin.
Jantung Karin terasa berdetak kencang karena terkejut, bagaimana mungkin pria itu bisa memiliki buku Karin sementara buku-buku itu sudah tidak lagi diterbitkan?
"Apa dia menguntit ku dari dulu?" Gumam Karin.
Ya, dia adalah teman lama atau kenalan lama, Karin juga tidak tahu. Tapi buku ini, adalah buku-buku yang Karin tulis sesuai dengan imajinasinya sendiri. Keinginannya sendiri.
"Apa karena buku ini dia menculik ku dan membawa ku ke sini?" Karin bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Karin berbalik badan berniat ingin keluar dan mencari pria itu.

Namun ternyata pria itu telah berdiri di ambang pintu kamar seraya bersandar di sana, sedari tadi pria itu memerhatikan Karin.
"Kamu punya semua koleksi bukuku?" Tanya Karin, pria itu mengangguk dengan kedua tangan bersidekap di depan dada sembari memerhatikan Karin. Sebenarnya Karin malu, tak banyak orang dekat yang membaca bukunya, tapi pria ini. Pria yang katanya terobsesi dengan Karin dan sudah lama menguntit Karin akhirnya membaca imajinasinya.
"Kamu sudah baca semuanya?" Tanya Karin lagi memastikan, pria itu kembali mengangguk.
"Sampai tamat?"
"Setiap kalimat, setiap paragraf, setiap kutipan yang kamu selipkan yang nggak semua pembaca tahu." Jawab pria itu.

Kini Karin terdiam, entah mengapa kini tubuhnya bergetar dan nafasnya tidak teratur, apalagi pria itu menatapnya tak berkedip.
"Kalau begitu kamu tahu." Gumam Karin, suaranya pelan, hampir tak terdengar oleh pria itu. Namun Karin berusaha bersikap normal.
"Aku mau tidur, sorry aku nggak sengaja masuk ke sini!" Ujar Karin yang ingin keluar dari kamar itu.
Tapi tubuh besar pria itu menghalangi jalannya, Karin mendongak melihat tepat ke arah wajah pria itu yang juga menatapnya. Karin mencari celah untuk melewati pria itu, namun pria itu terus menutupi jalannya.
Tiba-tiba pria itu mendekati Karin, membuatnya mundur perlahan dan terjatuh ke atas ranjang.

"Bukannya adegan ini yang kamu suka?" Bisik pria itu yang sudah ada di atas Karin dan berbisik di telinga Karin memberikan gelenyar aneh di seluruh tubuhnya.
"Gimana kalau, kamu yang tulis bukunya, aku yang mengulang adegannya." Kain penutup wajah pria itu menyentuh leher dan rahang serta pipi Karin, rasa panas dari seru nafas pria itu berhasil menggelitik di sana dan membuat Karin mengeluarkan satu desahan saja. Pria itu tak mampu lagi membendung obsesinya dan mulai menyentuh tubuh Karin mulai dari pinggul dan perut ratanya, dress yang Karin kenakan juga sudah terangkat karena tubuh pria itu terus menempel ke tubuhnya.

"Kamu bilang, kamu mau aku berubah." Ucap Karin dengan nada suara yang pelan karena ia hampir saja tergoda akan gairahnya sendiri. Mereka berdua terdiam sejenak, akhirnya pria itu menjatuhkan wajahnya tepat di leher Karin. Karin pun akhirnya bisa bernafas lega, ia khawatir pada dirinya sendiri tak bisa membendung hasrat dan keinginannya yang selalu menjadikan pria lain sebagai pelarian.
Pria yang ini berbeda dari pria-pria lainnya yang pernah tidur dengannya...
"Kamu nggak tahu betapa kerasnya aku menahan obsesi ku ke kamu." Kata pria itu, kini pandangan mereka kembali bertemu.
"Kalau kamu mau, lakukanlah! Aku hanya minta jangan sakitin aku." Kata Karin.

Pria itu menggeleng lemah, "aku suka nyakitin perempuan, dan itu semua karena kamu suka permainan yang kasar. Aku jadi mempelajarinya, tapi ngeliat lebam biru di pipimu aku jadi nggak tega." Jelas pria itu.
"Kalau gitu lakukan dengan lembut." Kata Karin.
Pria itu menggeleng lagi, "nggak bisa, setiap orang yang kecanduan porn apalagi terobsesi pada satu perempuan, nggak akan bisa melakukan seks dengan lembut. Semakin sering, semakin besar hasratnya. Semakin aku mau nyakitin kamu, apalagi setelah baca semua buku-buku mu." Kali ini Karin hanya diam, seolah ia pernah mendengar kalimat itu tapi entah dari siapa.

"Lebih baik kamu tidur! Kalau kamu terus menggoda ku, aku nggak akan jamin keselamatan kamu selama di sini." Ucapnya, Karin menegak salivanya sendiri.
"Oke, aku tidur. Lepasin tangan aku!" Pria itu melepaskan kedua tangan Karin yang ia cengkram tepat di atas kepala wanita itu dan membiarkannya beranjak dari ranjang.
Karin membenarkan dressnya yang semula terangkat lalu pergi meninggalkan pria itu. Langkah Karin terasa berat saat menaiki tangga, seolah ia ingin kembali ke sana dan menumpahkan seluruh hasratnya.
Entahlah! Kenapa pria itu terasa berbeda dari semua pria yang pernah mampir ke kehidupan Karin. Mungkin kali ini Karin yang terobsesi padanya.

Sementara pria itu merebahkan dirinya di atas ranjang, ranjang yang baru saja merasakan kehangatan tubuh Karin. Spreinya pun masih hangat, hangat dari tubuh wanita itu. Masih ada aromanya yang wangi dan manis.
Ia tahu ia telah melewatkan beberapa kesempatan begitu saja, bahkan yang barusan adalah yang paling dekat dengan yang paling ia inginkan.
Selama Karin ada di sini hasratnya memang menggebu, tapi melihat Karin tertidur adalah hal yang paling indah yang pernah ia lihat. Ia meremas spreinya sendiri berharap masih ada Karin di sana. Tubuh seksi wanita itu, bibir kenyalnya, suara desahannya. Ia tak mampu jika tak menyakiti Karin seperti yang sudah ia lakukan kepada wanita-wanita sebelumnya.

***

To be continued

16 Oktober 2024

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang