They Knows

106 34 2
                                    

"Oh, iya. Nama anaknya siapa pak kalau boleh tahu? Siapa tahu saya bisa cari petunjuk dari teman-temannya?" Tanya Theo.
"Namanya Faisal, tapi nggak tinggal di sini. Dia kerja jauh!" Jawab Bapak itu.

"Hari minggu mobil itu dipakai Faisal loh, Pak!" Ujar sang Ibu sembari menangis sesegukan setelah Theo pamit pulang dari rumahnya.
"Ya terus kita mau bilang apa? Bilang kalau Faisal yang culik Karin?" Kata Bapak setelah menutup gorden jendela rapat-rapat sambil sesekali mengintip keluar rumah, memastikan Theo sudah benar-benar pergi.
Bapak terlihat memijit keningnya sendiri, tak habis pikir kejadian seperti ini benar-benar terjadi.

Sedari kecil, anak mereka memang menyukai Karin. Tapi rasa sukanya semakin lama semakin mengerikan, ada banyak foto Karin ditempel di lemari bahkan di beberapa bukunya. Bapak sudah berusaha mengingatkan anaknya, dan ketika dewasa Bapak juga menyarankan untuk berhubungan secara serius saja dengan Karin.
Tapi kata anaknya, tidak bisa. Karin sudah memiliki pasangan, hal itu tentu saja menjadi mimpi buruk anaknya.
Bapak menyarankan agar anaknya pergi merantau sejauh mungkin untuk melupakan Karin, dan itu berhasil. Bertahun-tahun lamanya anaknya tak lagi memikirkan Karin, mereka semua akhirnya pindah dari rumah lama demi bisa membangun kehidupan yang baru agar anaknya tidak terus-terusan memikirkan Karin.

Tapi Bapak dan Ibu sama sekali tidak menyangka, selama bertahun-tahun lamanya mereka pikir anaknya tidak lagi memiliki perasaan itu terhadap Karin. Tiba-tiba kejadian ini terjadi..
Karin hilang, tepat di hari dimana anaknya meminjam mobilnya. Sungguh sebuah kebetulan..
"Apa Bapak tadi ngasih tahu alamat Faisal ke suami Karin?" Tanya Ibu, Bapak menggeleng.
"Awalnya dia minta, tapi Bapak bilang Faisal sudah pindah kerja dan nggak tahu dimana alamat barunya." Jawab Bapak.
Perasaan Ibu semakin gelisah, takut jika terjadi sesuatu pada anaknya meski ia tahu anaknya berbuat sesuatu yang tidak benar. Bagaimana pun juga pria itu tetaplah anak kandung mereka, mereka akan tetap melindungi anak kandungnya dengan cara apapun.

"Terus gimana dengan Karin? Takut terjadi sesuatu ke dia." Tanya Ibu lagi dengan nada khawatir.
"Nggak mungkin! Faisal cinta setengah mati ke Karin, nggak mungkin dia ngapa-ngapain Karin, Bu!" Sahut si Bapak, Ibu hanya mengangguk, berharap perkataan Bapak benar.
"Bu, coba hubungi Mas Aris. Faisal lagi kerja atau nggak?" Ujar Bapak, Ibu pun berdiri mengambil ponsel dari dalam kamar lalu menghubungi keponakannya yang juga seumuran Faisal.

Tut... Tut... Tut...

"Halo, Bi?"
"Halo, Mas Aris. Apa kabar?" Sapa Ibu sekedar berbasa-basi.
"Kabar baik, Bi. Ada apa ya? Tumben telfon malam-malam?"
"Nggak apa-apa, cuman mau nanya. Faisal ada kerja?" Tanya Ibu, tangannya sedikit gemetar karena khawatir jika yang ia takutkan benar-benar terjadi.
"Loh, Faisal 'kan cuti, Bi! Dia ambil cuti dua minggu, sudah seminggu ini cutinya." Jawab Mas Aris dari sambungan telepon, seketika itu juga ponsel yang ada di genggaman Ibu terjatuh ke atas lantai.
Bapak segera membantu Ibu untuk duduk di kursi, lalu mengambil ponsel yang terjatuh ke atas lantai menyapa Aris.
"Eh, Mas Aris. Nggak pernah ke rumah nih, sibuk kerja ya?" Bapak berusaha mengalihkan pembicaraan sembari menenangkan Ibu.
"Iya, Paman. Lagi sibuk kerja, nanti kalau cuti, mampir ke rumah Paman!" Ujar Aris.

Tak lama kemudian, setelah basa basi yang lumayan panjang. Bapak mematikan sambungan telepon, terlihat wajahnya juga sama seperti Ibu. Pucat dan khawatir..
"Gimana ini, Pak? Bener pasti Faisal pelakunya." Kata Ibu sesekali menangis menutup wajahnya, Bapak hanya diam. Di dalam hati berpikir keras, apa yang anak itu lakukan kepada Karin? Wanita itu sudah menikah, seharusnya dia bisa melepaskan Karin dan merelakan wanita itu. Karena Karin sendiri bukan miliknya.
"Kita bantu cari ya, Bu! Tapi dengan cara kita sendiri, nggak usah kasih tahu suami Karin atau polisi." Kata Bapak berusaha menenangkan Ibu, Ibu pun mengangguk setuju.


...

"Temannya Karin, 'kan waktu sekolah?" Tanya Theo kepada seorang wanita di sebuah sekolah, sedang menjemput anaknya tiba-tiba Theo mendatanginya.
"Eh, iya. Suaminya Karin ya? Iya saya teman sekolahnya. Ada apa ya?" Sahut wanita berusia tiga puluh tahunan seperti Karin.
"Karin hilang, diculik sama seseorang. Orangnya masih dicari juga, mungkin mbanya tahu siapa yang paling dekat sama Karin waktu sekolah atau dulu pernah punya masalah dengan Karin?" Tanya Theo, ini benar-benar konyol. Bertanya tentang hal penculikan kepada orang-orang random yang sebenarnya mungkin tidak tahu apa-apa tentang Karin, tapi Theo tidak tahu harus mencari kemana lagi.

"Astaga! Kok bisa diculik? Maaf ya mas, saya nggak tahu! Barusan beberapa hari lalu teman sekolah kami juga ada yang dibunuh di depan rumahnya, malah sekarang Karin diculik. Kok aneh-aneh aja ya!" Ujar wanita itu, Theo terdiam seketika. Pembunuhan dan penculikan memang tidak ada kaitannya sama sekali, tapi secara kebetulan terjadi pada orang-orang di angkatan Karin.
"Oh, nggak tahu ya mba?" Sahut Theo yang tak tertarik dengan pembunuhan itu karena istrinya lebih penting baginya.
"Iya mas, ngomong-ngomong udah nanya ke teman-teman dekatnya?" Tanya wanita itu.
"Sudah, Mba! Tapi mereka juga nggak tahu, kata mereka sudah lama nggak ketemu Karin lagi. Soalnya, Karin juga setiap hari sibuk kerja. Jadi jarang ketemu sama teman-teman lamanya." Jawab Theo.

"Hmm, coba ke Faisal deh! Faisal dekat banget sama Karin dulu." Kata wanita itu, seketika Theo mengernyit kening. Karin sama sekali tidak pernah becerita tentang teman lelakinya yang bernama Faisal, yang Theo tahu Faisal adalah anak dari pasangan lansia yang ia kunjungi kemarin. Bagaimana mungkin ia tidak tahu jika Karin dekat dengan teman lelakinya?
"Tahu alamatnya Faisal?" Tanya Theo, wanita itu menggeleng.
"Setahu saya dia nggak kerja di sini, rumahnya yang dekat rumah Karin juga sudah kosong. Coba deh tanya-tanya ke temen-temen pria yang lain, mungkin mereka tahu." Kata wanita itu, Theo hanya mengangguk lalu pergi setelah berterimakasih kepada wanita itu.

Di sini Theo benar-benar menemukan jalan buntu, ingin bertanya tentang keberadaan Faisal pun sepertinya pria itu juga tidak akan tahu dimana keberadaan Karin dan siapa yang menculik Karin.
Theo mengusap kasar wajahnya, sudah seminggu Karin menghilang. Ia hanya bisa berharap Karin dalam keadaan baik-baik saja.
"Pulanglah, Rin! Aku janji nggak akan nyakitin kamu lagi." Bisik Theo kepada dirinya sendiri.
Jika ia harus memilih antara keselamatan Karin dan melepaskan wanita itu, Theo akan melepaskan Karin agar wanita asal wanita itu pulang dalam keadaan selamat.

***

To be continued

23 Oktober 2024

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang