Creepy Parents

75 29 5
                                    

Tok... Tok... Tok....

"Om? Tante?" Karin menggedor pintu rumah seseorang, entah kemana lagi ia harus pergi, karena sepertinya semua orang bahkan polisi sekalipun tak bisa membantunya. Malah akan membuat semua hal semakin rumit dan kembali mempertemukan dirinya kepada Faisal.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok pria lansia diikuti oleh istrinya.
"Karin, ada apa malam-malam kemari?" Tanya sang istri terlihat khawatir melihat keadaan Karin yang seperti orang ketakutan, bahkan Karin hanya mengenakan celana panjang dan tanktop saja. Karin bingung harus menjawab apa, bibirnya terasa kelu. Tak mungkin Karin berkata bahwa anak mereka baru saja hendak memperkosa Karin dan membunuh seseorang.

Mengetahui ketakutan Karin, kedua orang tua Faisal segera mempersilahkan Karin masuk ke dalam rumah mereka dan mendudukan wanita itu di sofa ruang tamu. Bapak sempat menengok ke arah kanan dan kiri sebelum akhirnya menutup pintu rumah mereka, tubuh Karin gemetar, bukan hanya karena hendak diperkosa oleh Faisal. Tapi melihat pria itu menggeret sosok tubuh yang ternyata adalah Daniel, sekarang Karin bingung untuk memberitahukan hal ini kepada kedua orang tua Faisal.
"Tenang dulu, Rin! Bapak tolong ambilkan Karin minum!" Kata Ibu, Bapak terlihat masuk ke dalam dan tak lama kemudian keluar membawa segelas air putih. Karin langsung menegaknya hingga tandas.

"Badanmu keringat dingin, ada apa, Rin?" Tanya Ibu, Karin menggenggam erat gelas kaca di tangannya. Meski awalnya ragu, namun ia tetap harus mengatakan hal ini.
"Faisal, habis bunuh orang! Teman kantor saya." Ujar Karin, kedua orang tua Faisal melihat satu sama lain. Karin paham berapa konyolnya perkataannya itu, tak mungkin ada orang yang percaya begitu saja.
Hening selama beberapa detik, Karin sendiri tak tahu harus berkata apa. Ia tak punya bukti, tak berani juga mengajak kedua orang tua Faisal keluar dari rumah karena pria itu masih ada di luar sana. Dan lagi, Karin tak tahu kemana pria itu membawa jasad Daniel.

"Hmm, begini ya Karin! Tempo hari 'kan sudah Ibu kasih tahu, jangan panggil Om dan Tante, panggil aja Ibu sama Bapak!" Ujar Ibu, Karin yang mendengar hal itu mengernyitkan kening karena bingung. Hal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang barusan Karin sampaikan, ditambah wajah Bapak terlihat tersenyum saja ke arah Karin. Karin mulai merasa ada yang aneh di sini..
"Hmm, sebaiknya saya pergi!" Karin mulai beranjak dari duduknya, kedua orang tua itu hanya memerhatikannya saja. Namun saat Karin hendak membuka pintu, pintu tersebut terkunci dan tidak ada kunci tergantung di sana. Alarm di otak Karin kembali menyala.

Ternyata bukan hanya anak mereka yang mengerikan, tapi kedua orang tuanya pun.

"Maaf, Karin! Tapi Faisal adalah anak kami satu-satunya yang sangat kami sayang, kalau kamu nggak mau ada pembantaian lagi. Lebih baik kamu nurut aja sama dia!" Ujar sang Ibu.
Deg-
Jantung Karin berdegub kencang makin tak karuan, ia masih membelakangi kedua orang itu dan menghadap pintu. Karin menutup kedua matanya, jadi selama ini?
Ketika Karin mencari Faisal dan mampir ke rumah mereka, dan soal ponsel itu yang tiba-tiba diberikan kepada Theo tepat dimana Theo ditangkap. Ternyata mereka sengaja membantu Faisal agar semuanya menjadi kacau, hidup Karin benar-benar kacau sekarang.

Perlahan Karin membalikkan badan, sang ibu yang duduk di sofa dan sang bapak yang berdiri. Keduanya menatap Karin dengan pandangan yang tidak dapat Karin artikan, Karin sendiri tak tahu ia harus pergi kemana. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa ia percayai selain Anne.
Anne? Karin harus mendatangi wanita itu sekarang juga.
Karin berlari ke arah dapur, berharap ada pintu keluar di sana. Ia sempat menoleh ke belakang berharap kedua orang itu tak mengejarnya, dan memang mereka sama sekali tidak mengejar Karin dan hanya menatap Karin di tempatnya sedari tadi berpijak. Tiba-tiba Karin terpeleset jatuh.

Sesuatu yang basah di atas lantai membuatnya jatuh, dan betapa terkejutnya Karin saat menyadari bahwa basah tersebut berasal dari darah. Karin mengikuti aliran darahnya dan mendapati sosok mayat Daniel terduduk besandar di dinding. Karin menjerit sekuat tenaga, celananya basah oleh darah. Mendengar suara jeritan Karin dan khawatir jika tetangga akan mendengarnya, Faisal masuk ke dalam rumah lewat pintu dapur. Hal itu tentu saja membuat Karin terkejut setengah mati dan jeritannya semakin kuat. Namun Faisal berhasil membekap mulut Karin dan menyeret Karin masuk ke dalam kamarnya.
Karin berusaha memberontak, namun tentu saja tubuh Faisal lebih besar darinya.

Faisal mengikat kedua tangan dan kaki Karin menggunakan tali, serta menutup mulutnya dengan lakban agar wanita itu tidak berteriak kencang. Kedua mata Karin melotot ke arah Faisal, tak percaya jika pria itu melakukan hal sekeji ini hanya karena masalah sepele.
"Jangan heran! Aku pernah melakukan hal yang lebih gila daripada ini." Ujarnya seraya mengikat kedua kaki Karin hingga wanita itu tak bisa bergerak banyak, Karin hanya bisa menggeliat di atas lantai ketika kedua tangannya terikat ke belakang badan dan kedua kakinya pun terikat dengan kuat.
"Tunggu di sini ya, aku mau menguburkan jasad Daniel!" Ujarnya dengan sangat santai, seolah kegiatan itu adalah kegiatan yang biasa.

Karin berusaha teriak walau teriakannya tak begitu terdengar, air matanya terus keluar dan ia berusaha untuk membuka ikatan di tangannya meski hal itu tidak akan terjadi. Karin tak mengerti bagaimana hidupnya sampai sejauh ini.
Cukup lama Karin dalam keadaan seperti itu, kedua lengannya terasa linu karena posisinya. Tak lama kemudian, Faisal kembali ke dalam kamar dengan aroma wangi sabun yang menyeruak seisi kamar. Sepertinya pria itu baru saja membersihkan dirinya.
Faisal menggendong Karin ke atas ranjang, membuka lakban yang ada di mulut Karin namun tidak membuka ikatan di kedua tangan dan kakinya.
"Jangan teriak! Percuma!" Ujar pria itu, menawari Karin air mineral dan makanan.

Namun Karin bergeming, Faisal paham akan kengerian yang Karin lihat sendiri dengan kedua mata kepalanya.
"Jadi apa yang harus aku lakukan biar kamu nggak jadi pembunuh terus-menerus kayak gini? Duduk diam di dalam kamar? Itu yang kamu mau?!" Cecar Karin, suaranya bergetar, nafasnya memburu.
Faisal hanya menyunggingkan senyum.
"Semua kejahatan mu bakal terbongkar, semua orang pasti bakal sadar kalau aku hilang, untuk kedua kalinya. Orang tua ku, Anne dan rekan-rekan kerja." Tambah Karin.
Menekankan kata 'kedua kalinya' Faisal kembali menculiknya. Dari semua perkataan Karin tak ada satupun yang ditanggapi oleh pria itu, dan hanya menyunggingkan senyum kepada Karin.
"Besok kita nikah ya? Orang tuaku sudah nyiapin semuanya." Kata Faisal.

***

To be continued

18 Nopember 2024

STALKER (obsession) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang