prolog

516 20 2
                                    

Lorong batu panjang dan berlumut itu dipenuhi bayangan, hanya diterangi oleh nyala obor yang bergoyang pelan mengikuti derak langkah-langkah berat para prajurit. Suara tapak besi menyatu dengan dengung senyap yang menyelimuti udara, menciptakan irama yang menyeramkan. Di depan, berdiri dengan angkuh Marquis Balius, pemimpin pasukan elit Kekaisaran Saderan. Wajahnya keras, dipahat oleh banyaknya pertempuran yang telah dia jalani. Dia memimpin iring-iringan prajurit dengan mata tajam yang tertuju pada tujuan mereka-sebuah dunia yang baru ditemukan di balik Gerbang Ajaib yang terbuka di perbatasan kekaisaran.

"Kita sudah dekat dengan tujuan kita," suaranya yang berat memecah keheningan, menarik perhatian para prajurit yang berbaris rapi di belakangnya. "Dengar baik-baik, kita akan memulai penaklukan ini dengan kekuatan penuh. Kirim para Waivern Raider lebih dulu untuk memetakan wilayah di depan kita. Aku tidak ingin ada kejutan."

Beberapa prajurit berpakaian baja dengan sigil kaisar di dada mereka mengangguk dan segera bergerak, membawa pesan tersebut kepada unit elit yang menunggangi waivern, makhluk bersayap ganas yang dikenal karena kemampuan terbang dan ketajaman penglihatannya.

"Kemudian," lanjut Marquis Balius dengan nada lebih tegas, "kirimkan pasukan monster kita. Biarkan mereka menghancurkan garis depan musuh jika diperlukan. Jangan beri mereka kesempatan untuk bertahan."

Para komandan yang mengelilingi Marquis-semuanya menunggang kuda yang dilengkapi pelindung tebal-menerima perintah itu dengan sigap, lalu diri untuk menyampaikan instruksi. Mereka adalah tulang punggung tentara, dikenal karena kecerdikan dan kemampuan dalam menyusun taktik. Masing-masing dari mereka telah memimpin pertempuran besar, tapi tak satu pun yang pernah menghadapi tantangan seperti yang ada di depan.

"Kaisar tidak akan menerima kegagalan," lanjut Marquis Balius, suaranya rendah namun menggema, seolah memberikan tekanan yang lebih besar semua orang di sekitarnya "Bunuh mereka yang berani melawan, dan perbudak siapa pun yang be ada belas kasihan." kita tangkap hidup-hidup. Tidak

Prajurit di sekitar Marquis mengangguk, wajah-wajah mereka serius dan tanpa emosi. Mereka telah berperang sepanjang hidup mereka, terlatih untuk menaklukkan tanpa ragu. Kekaisaran Saderan dikenal kejam dalam ekspansinya, dan kali ini, takdir sebuah dunia asing berada di tangan mereka.

Langkah mereka terus berderak maju menuju ujung lorong,  Di baliknya, terhampar dunia yang belum pernah terlihat oleh mereka-tanah yang penuh dengan sumber daya, kekayaan, dan makhluk-makhluk aneh yang mereka ketahui akan memberi mereka kekuasaan yang lebih besar.

---

Di tengah hutan belantara yang penuh dengan pohon-pohon raksasa dan semak belukar yang lebat, burung-burung berkicau merdu, dan sinar matahari menerobos dedaunan yang rimbun, menciptakan suasana damai dan harmonis. Namun, keheningan ini segera terpecah oleh suara tajam yang menggema di antara pepohonan.

"Swishhh!"

Sebuah serangan pedang yang kuat menghantam batang pohon, menyebabkan kayunya retak dan tumbang dengan bunyi menggelegar. Debu berterbangan, menutupi sejenak sosok seorang pemuda ogre berusia 17 tahun, Warren. Wajahnya penuh semangat meski keringat membasahi dahinya, menandakan upaya keras yang ia lakukan dalam latihannya. Di depannya berdiri Senna, seorang elf berusia 16 tahun dengan senyum tenang, mengenakan jubah penyihir berwarna hijau muda yang berkilauan saat angin berhembus lembut.

Warren, dengan tubuh besar dan otot yang kuat, memegang erat pedangnya yang panjang, tetapi napasnya mulai terengah-engah. "Baik-baiklah, aku mengaku kalah kali ini, Senna," katanya sambil terengah Engah. "Kemampuan sihirmu benar-benar hebat, kau terlalu cepat dan kuat untukku." Ia mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangannya, menyadari betapa sulitnya bertarung melawan penyihir berbakat seperti temannya.

Senna tersenyum ringan, mengibas rambut peraknya yang tergerai indah. "Haha, kemampuan berpedangmu juga tidak buruk, Warren. Setidaknya ada peningkatan sejak terakhir kita bertarung. Kau mulai lebih gesit sekarang." Meski mengucapkan pujian, tatapan matanya yang cerdas tidak menunjukkan belas kasihan, seolah-olah tantangan yang lebih besar selalu menanti di depan.

Pertarungan mereka baru saja usai, sebuah duel latihan yang memperlihatkan perbedaan besar antara sihir dan kekuatan fisik. Warren, meski unggul dalam kekuatan, terus dibuat kewalahan oleh kemampuan sihir Senna yang lincah dan penuh kejutan. Serangan-serangan magis Senna yang terdiri dari bola api kecil, angin tajam, dan akar pohon yang muncul dari tanah berkali-kali membuat Warren kehilangan keseimbangan.

Pertarungan ini adalah bagian dari persiapan mereka untuk mengikuti seleksi masuk ke Pasukan Penjaga Federasi Jura Tempest. Warren dan Senna memiliki mimpi yang sama—mereka ingin bergabung dengan salah satu kekuatan paling elite di dunia, pasukan yang langsung berada di bawah kepemimpinan Raja Iblis Rimuru Tempest.

Sambil bersandar di pohon yang telah hancur akibat serangan Warren, mereka mulai mengobrol tentang seleksi yang akan datang.

“Masuk ke pasukan penjaga itu bukan hal mudah,” kata Warren sambil meneguk air dari kantung kulitnya. “Kita minimal harus memiliki kekuatan setara peringkat C untuk bisa diterima. Dan bukan hanya itu, masih ada tes lainnya.”

Senna mengangguk, matanya berbinar dengan antusias. “Benar. Setelah uji kekuatan, kita harus menghadapi monster-monster buas dan menjalankan misi-misi berbahaya di alam liar. Dengar-dengar, tes ini dirancang langsung oleh Benimaru Sama, jadi pasti tidak akan mudah.”

Warren mengerutkan kening, mengingat betapa kuatnya Benimaru sama, pemimpin prajurit ogre di bawah komando Rimuru Sama. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sulitnya tes itu kalau langsung diawasi oleh mereka. Benimaru Sama bahkan bisa menghancurkan satu desa monster dengan satu serangan pedangnya!"

Percakapan mereka terhenti sejenak, saat sebuah angin dingin tiba-tiba menyapu hutan. Rasa tenang yang sebelumnya melingkupi mereka lenyap dalam sekejap. Senna merasakan sesuatu yang aneh, dan matanya segera menyipit penuh waspada.

"Apa ini...?" gumamnya.

Sebelum mereka sempat menyadarinya sepenuhnya, udara di sekitar mereka berubah drastis. Suasana yang tadinya tenang dan damai kini dipenuhi oleh tekanan yang luar biasa. Sebuah retakan ruang yang gelap muncul di udara, bergetar hebat seperti kaca yang retak, mengeluarkan kilauan hitam yang memancarkan aura magis tak terhingga.

Warren langsung merasakan jantungnya berdegup lebih kencang, dan tubuhnya kaku. "Ini... tekanan yang luar biasa..." katanya dengan suara serak. Magicules—energi sihir yang tak terlihat tetapi dapat dirasakan oleh makhluk magis seperti mereka—mengalir deras dari retakan itu, menyelimuti seluruh area dengan aura yang begitu pekat hingga membuat mereka sulit bernapas.

Dalam hitungan detik, retakan ruang itu terbuka lebar, memperlihatkan sebuah gerbang raksasa dengan pilar-pilar megah yang berkilauan. Gerbang itu tinggi dan kokoh, dipenuhi dengan ukiran-ukiran misterius yang memancarkan sinar emas dan merah darah, tampak kuno namun sangat kuat, seolah telah ada sejak ribuan tahun lalu.

Senna tertegun melihatnya, tubuhnya gemetar. "Apa... apa itu?" bisiknya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Warren, yang berusaha tetap tenang meski dadanya berdebar keras, menggelengkan kepalanya. "Aku tak tahu, tapi energi yang terpancar dari gerbang itu... ini sangat besar... terlalu besar."

Energi yang memancar dari gerbang itu sangat luar biasa, memaksa mereka berdua untuk menelan ludah. Rasanya seperti sedang berdiri di hadapan kekuatan ilahi yang tak bisa mereka pahami. Magicules yang terpancar dari gerbang itu jauh melampaui apa pun yang pernah mereka rasakan sebelumnya.

"Senna... kita harus segera melaporkan ini," ujar Warren, suaranya serius. "Kita tidak bisa mengabaikannya. Ini... ini bisa menjadi ancaman besar."

Senna mengangguk cepat, wajahnya pucat. "Setuju. Kita harus melapor ke Unit Keamanan di kota. Mereka mungkin bisa melakukan sesuatu tentang ini."

Tanpa membuang waktu, mereka berdua berlari secepat mungkin, meninggalkan lokasi di mana gerbang misterius itu berdiri. Gerbang itu tetap diam, tetapi aura magisnya terus berdenyut, seolah menunggu sesuatu untuk datang dari dunia yang berbeda.

Mereka tak tahu, di balik gerbang itu, sebuah pasukan sedang menuju untuk menaklukkan tanah mereka yang berharga ,

Tensura x gate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang