di bawah langit biru yang membentang luas, suara deru mesin tiga mobil menggema di jalan setapak yang berdebu.
Ketiga kendaraan itu melaju dengan kecepatan stabil, meninggalkan jejak debu yang mengepul di udara. Di mobil paling depan, Kurata duduk di balik kemudi, dengan tangan mantap menggenggam setir.
Di kursi penumpang sebelahnya, Itami duduk santai, dengan siku bertumpu pada jendela yang terbuka, menikmati angin yang menerpa wajahnya.
“Langit biru cerah ya... Dunia lain memang mantab,” gumam Itami, membuka obrolan, suaranya terdengar puas.
Matanya menyapu pemandangan luas yang terbentang di sekitar mereka—bukit-bukit hijau, padang rumput yang terbentang luas , dan langit tanpa satu pun awan. Dunia ini terasa damai, seolah-olah perang dan konflik hanya mitos.
Kurata, sambil tetap fokus pada jalan di depan, mendengus. “Kalau tempat seperti ini di Hokkaido juga ada, Padahal aku sempat membayangkan bakal melihat pohon pohon tinggi, naga atau peri yang beterbangan di langit.” Ia menghela napas panjang, suaranya penuh kekecewaan.
“Tapi sejauh ini yang kita temui cuma manusia lagi dan manusia lagi.”
Itami melirik rekannya dan menyeringai. “bilang saja kau ingin bertemu dengan cewek bertelinga kucing ” godanya, nadanya penuh candaan.
Kurata menyeringai kecil, masih memegang setir dengan satu tangan. “Nggak harus cewek telinga kucing juga sih,” jawabnya santai. “Penyihir seksi juga boleh,.” Dia melirik Itami sejenak sebelum kembali memperhatikan jalan. “Kalau komandan sendiri, bagaimana? Ada tipe favorit?”
Itami mengangkat bahu ringan. “Aku?” gumamnya sambil berpikir sejenak. “Loli Gothik , mungkin.” ucapnya sambil tersenyum aneh.
Kurata tertawa kecil, mengangkat sebelah alisnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Serius?” tanyanya dengan nada setengah bercanda.
Ia benar-benar penasaran, karena Itami bukan tipe orang yang sering bicara tentang selera pribadinya.
Itami memalingkan wajahnya sebentar, seperti enggan mengakui sesuatu. “Aku suka Emyu dari Meikon,” ujarnya akhirnya, dengan nada setengah serius namun tetap santai.
Kurata terdiam sejenak, lalu menanggapi dengan nada bingung tapi geli.
Melihat reaksi temannya, Itami memperingatkan dengan nada bercanda namun agak mengancam.
“Eh, awas aja kalau sampai berani ngeledakin waifu-ku, ya.”
Kurata hanya tertawa kecil. “Tenang, tenang. Aku nggak akan ambil waifumu,” ucapnya santai. “Tapi, aku bisa nyanyiin lagu *Meikon*, lho.”
Itami melirik dengan antusias. “Apa serius?” tanyanya, matanya menyipit seolah menantang.
Tak perlu waktu lama bagi kedua pria itu untuk larut dalam obrolan konyol.
Mereka mulai menyanyikan lagu tema *Meikon* dengan semangat. Suara mereka yang nyaris tidak selaras menggema di dalam kendaraan, membuat suasana yang tadinya damai berubah menjadi riuh dengan nyanyian:
Mereka berdua bernyanyi keras, benar-benar menikmati momen itu, seperti dua bocah yang lupa diri di tengah perjalanan panjang.
Tanpa mereka sadari, obrolan dan nyanyian konyol mereka terdengar jelas di saluran komunikasi yang terhubung dengan mobil kedua di belakang mereka.
Di dalam mobil kedua, Kuribayashi, salah satu anggota tim perempuan, mendengarkan semuanya dengan ekspresi masam. Telinganya menangkap dengan jelas lirik dan suara berantakan dari kedua orang di depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tensura x gate
ФэнтезиBerlatar delapan puluh tahun setelah perang besar tenma negara Federasi Jura tempest, menjadi sebuah negara maju dengan berbagai ras tingal, tetapi Sebuah gerbang misterius tiba tiba muncul di sebuah hutan di federasi jura tempest, Ras rimuru disin...