Pagi itu, suasana di sekitar gerbang misterius penuh dengan ketegangan. Setelah persiapan matang semalam, para prajurit Federasi Jura Tempest bersiap dengan penuh kewaspadaan, bergantian menjaga perimeter sekitar gerbang. Mereka sadar bahwa kapan saja, musuh dari balik gerbang bisa muncul, dan bentrokan mungkin tidak terhindarkan.
Di antara para penjaga, ada seorang prajurit Elf bernama Adila. Dia dikenal sebagai prajurit yang cakap dan selalu mampu membaca situasi dengan tenang. Matanya yang tajam terus memperhatikan gerbang, sementara telinganya yang panjang menangkap setiap suara yang mungkin keluar dari sana. Suasana sunyi yang telah berlangsung selama berjam-jam tiba-tiba terpecah ketika Adila mendengar sesuatu yang aneh. Suara itu datang dari dalam gerbang-derap langkah kaki yang berat, seperti pasukan yang mendekat.
Insting prajuritnya segera beraksi. Adila menyipitkan mata, mencoba memfokuskan pandangan ke dalam kegelapan gerbang. "Mereka datang," gumamnya pelan. Tanpa membuang waktu, dia segera mengaktifkan kristal komunikasi yang terhubung langsung dengan komandan tertinggi mereka di tempat itu, Aeron. Suaranya tetap tenang saat dia memberikan informasi tersebut, "Aeron-sama, saya mendengar langkah kaki. Musuh yang kita tunggu akhirnya muncul."
Di sisi lain komunikasi, Aeron-seorang pemimpin militer dari Tempest yang memiliki reputasi tak terbantahkan dalam hal strategi dan kepemimpinan-langsung menegakkan tubuhnya. Informasi ini adalah sinyal yang sudah dinantikannya. Aeron segera memerintahkan pasukan Tempest untuk bersiap dalam formasi. Suara trompet siaga terdengar keras, menggetarkan udara di sekeliling, dan dalam hitungan detik, seluruh benteng hidup Prajurit dari berbagai ras mulai bergerak cepat ke posisi masing-masing. Suasana berubah dari hening menjadi penuh aktivitas terorganisir.
Ogre-oger dengan armor berat berbaris di garis depan,Katana dan perisai mereka sudah siap untuk menahan serangan apapun. Para orc mengokohkan pertahanan, menjaga dinding luar dengan kekuatan besar mereka, sementara para elf dengan busur di tangan segera memanjat pepohonan dan menara-menara pengawas untuk Para penyihir dari divisi sihir Tempest ,dapatkan posisi menembak terbaik. uga sudah berada di posisi, mantra mereka sudah siap untuk dilepaskan.. kapan saja jika perintah diberikan. Di belakang mereka, meriam sihir yang baru dikembangkan mulai mengisi energi, kristal sihir di dalamnya bersinar terang, siap untuk melontarkan serangan besar-besaran.
Tak lama setelah peringatan diberikan, gerbang itu bergetar dan mulai memancarkan aura yang tidak biasa. Dari dalam, sebuah makhluk terbang pertama kali muncul-wyvern, dengan sayap lebar dan tubuh besar yang melayang tinggi di udara. Di belakang wyvern itu, lebih banyak makhluk keluar, terdiri dari goblin, orc, dan berbagai monster lain yang tampak siap bertarung. Tidak lama setelah itu, pasukan kavaleri yang mengendarai kuda-kuda besar berderap keluar dari gerbang. Mereka mengenakan baju besi berkilauan dengan perisai besar dan tombak, membentuk barisan yang rapat dan disiplin.
Di tengah-tengah pasukan kavaleri, seorang pria berusia sekitar tiga puluhan terlihat memimpin. Dia mengenakan armor yang berbeda-lebih mewah dan berkilauan-membuatnya mudah dikenali sebagai pemimpin pasukan
. Dengan keangkuhan yang jelas di wajahnya, dia maju, seolah-olah tidak terpengaruh oleh peringatan yang sudah diberikan oleh oleh pihak lain.
Aeron, yang melihat ini dari dinding benteng, mengangkat suaranya dengan tegas, "Berhenti di situ!" teriaknya dengan menggunakan sihir penguat suara. "Jika kalian terus maju, kami tidak akan ragu untuk menyerang. Ini adalah peringatan terakhir."
Namun, pemimpin pasukan Saderan hanya tersenyum sinis. Di pikirannya, pasukan musuh hanyalah sekelompok monster liar yang mudah ditaklukkan. Dia mengabaikan peringatan tersebut dan memerintahkan pasukannya untuk terus maju. "Hancurkan mereka!" teriaknya dengan lantang, suaranya memicu pergerakan pasukan kavaleri Saderan yang langsung menyerbu ke arah pertahanan Tempest.
Aeron yang melihat reaksi itu hanya menghela napas. "Mereka bodoh." Dengan tenang, dia memberikan perintah, "Serang!"
Di udara, penungang wyvern yang terbang rendah menjadi sasaran pertama. Para ogre dan penyihir Tempest mengarahkan meriam sihir ke langit. Ketika salah satu wyvern mendekat, sebuah ledakan besar terdengar. Ledakan energi sihir menghantam wyvern itu dengan presisi, meledakkan sayapnya dan menjatuhkannya ke tanah. Makhluk-makhluk terbang lainnya mencoba melarikan diri, namun meriam-meriam sihir Tempest terus menghujani mereka dengan tembakan yang menghancurkan. Dalam hitungan menit, seluruh wyvern Saderan hancur atau jatuh ke tanah, tidak ada yang tersisa di langit.
Di darat, pasukan monster Saderan yang terdiri dari goblin dan orc berlari dengan keganasan, mencoba menghantam dinding pertahanan Tempest. Namun, tembok sihir yang sudah dibangun oleh para penyihir Tempest terlalu kuat untuk dihancurkan begitu saja. Ketika mereka mendekat, para elf pemanah yang sudah menunggu di posisi mereka mulai melepaskan anak panah sihir. Hujan panah dengan elemen sihir-api, petir, dan es- menghantam pasukan musuh. Setiap anak panah yang dilepaskan membawa kehancuran, menyebabkan ledakan atau membekukan musuh di tempat.
Kavaleri Saderan, yang seharusnya menjadi andalan pasukan, terus maju meski dihujani serangan sihir. Namun, begitu mereka mencapai dinding pertahanan, mereka disambut oleh ogre yang bersenjatakan pedang besar dan kapak. Benturan keras antara kuda-kuda Saderan dan perisai ogre menyebabkan beberapa prajurit terlempar dari tunggangan mereka. Para ogre dengan mudah menebas para kavaleri yang terjatuh, mengakhiri hidup mereka dengan serangan mematikan.
Pemimpin pasukan Saderan, yang sebelumnya begitu percaya diri, mulai merasakan ketegangan. Dia menyadari bahwa pasukan musuh tidak seperti yang dia duga-mereka lebih kuat, lebih terorganisir, dan memiliki teknologi serta sihir yang jauh melampaui apa yang dia pernah lihat. Namun, sebelum dia bisa memberikan perintah untuk mundur, sebuah ledakan sihir besar menghantam tanah di sekitarnya, menyebabkan kudanya terpelanting dan dirinya jatuh ke tanah.
Ketika debu mereda, dia mendapati dirinya dikelilingi oleh prajurit musuh. Dengan cepat, para prajurit musuh menaklukkan sisa-sisa pasukan Saderan yang tersisa. Tidak ada jalan keluar bagi mereka.
Pertempuran itu berakhir dalam kemenangan mutlak bagi pihak tempest.
![](https://img.wattpad.com/cover/377152827-288-k575066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tensura x gate
FantasyBerlatar delapan puluh tahun setelah perang besar tenma negara Federasi Jura tempest, menjadi sebuah negara maju dengan berbagai ras tingal, tetapi Sebuah gerbang misterius tiba tiba muncul di sebuah hutan di federasi jura tempest, Ras rimuru disin...