Pagi itu, langit masih berwarna kelabu saat Jenderal Emergus mempersiapkan pasukannya untuk serangan yang akan segera dilakukan di benteng musuh di Dataran Wiston.
""Apakah sudah waktunya untuk berperang pikirnya ""
Dataran yang luas dan berumput itu akan menjadi saksi bisu kejayaannya, pikirnya, sebuah kemenangan gemilang yang sudah hampir pasti.
Lebih dari Seratus ribu pasukan berada di bawah komandonya, jumlah yang ia yakini akan menggilas musuh dengan mudah.
Informasi yang ia terima mengatakan bahwa benteng musuh baru saja dibangun dan pasukan di dalamnya hanya sedikit, tidak ada yang patut dikhawatirkan.
Sambil menunggangi kudanya di tengah barisan, Emergus memperhatikan prajurit-prajuritnya. Derap langkah ribuan kaki terdengar serempak di belakangnya, seperti irama drum yang menggema di tanah lapang.
Bendera kekaisaran berkibar, membawa semangat dan kebanggaan bagi pasukannya yang percaya diri, sama seperti dirinya. Dia tersenyum puas. Kekalahan bukanlah kemungkinan-tidak dengan angka yang begitu jelas memihaknya.
Sayang sekali dia harus berbagi prestasi kemenangan ini dengan jendela lainnya,
Setelah beberapa waktu berkuda melintasi padang berumput, benteng musuh mulai terlihat di kejauhan.
Ia sedikit terkejut, tak menyangka benteng itu begitu megah. Dinding-dindingnya menjulang tinggi, tampak kokoh, seolah tak mungkin ditembus oleh serangan biasa.
Lebih dari itu, Emergus terkesan oleh kecepatan pembangunan benteng tersebut. Bagaimana mereka bisa membangun sesuatu yang begitu besar dalam waktu yang singkat?
Namun, ada sesuatu yang aneh. Tidak ada pasukan musuh yang keluar untuk menyambut mereka.
Tidak ada tanda-tanda pergerakan. Apakah mereka ketakutan dan memutuskan untuk tidak melawan? Emergus mengerutkan kening. Pikirannya mulai berputar mencari penjelasan.
Mereka seharusnya tahu kedatangan pasukan sebesar ini, jadi mengapa mereka tidak bersiap untuk mempertahankan benteng mereka?
Tiba-tiba, dari gerbang benteng yang terbuka, seorang laki-laki berambut merah keluar.
Pakaian serba merah membungkus tubuhnya, dia juga membawa semacam pedang di pinggangnya . Dari jauh, sosok itu terlihat seperti manusia biasa, tapi semakin dekat, Emergus menyadari ada sesuatu yang berbeda.
Pria itu memiliki dua tanduk di dahinya,jelas dia bukan manusia, mungkin seorang demihuman.
"Apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka ketakutan dan mengirim utusan untuk negosiasi?" pikir Emergus sambil tersenyum sinis.
Baginya, orang ini hanyalah pembawa pesan yang datang dengan permohonan damai, menyadari kekalahan yang tak terelakkan.
Namun, saat sosok itu membuka mulutnya, suaranya menggema seperti petir yang mengguncang medan perang.
"Letakkan senjata kalian, dan mungkin kami akan membiarkan kalian tetap hidup, Kalian akan menyesal jika tidak mendengar kata kataku ""
Suara orang itu terdengar begitu keras dan memecah keheningan di antara prajurit Emergus, seakan-akan angin itu sendiri yang membawa pesannya ke seluruh pasukan. Beberapa prajurit di barisan depan tampak terkejut dan mulai melirik satu sama lain, tetapi Emergus tidak tergoyahkan. Ia tertawa kecil di dalam hati.
"Apa yang bisa dilakukan satu orang melawan seratus ribu pasukan? pikirnya. "Bahkan seorang rasul Emroy sekalipun tak akan mampu membunuh seluruh pasukan sendirian."
Tanpa memedulikan peringatan itu, Emergus memerintahkan pasukannya untuk terus maju.
Kuda-kuda menderap maju, pedang dan tombak diangkat tinggi-tinggi. Semangat tempur mereka tidak bisa diruntuhkan hanya oleh ancaman kosong dari satu orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tensura x gate
FantasyBerlatar delapan puluh tahun setelah perang besar tenma negara Federasi Jura tempest, menjadi sebuah negara maju dengan berbagai ras tingal, tetapi Sebuah gerbang misterius tiba tiba muncul di sebuah hutan di federasi jura tempest, Ras rimuru disin...