Setelah percakapan panjang dengan Itami, Rimuru mulai memahami situasi yang membawa kelompok ini ke dunia ini.
Mereka mengaku datang melalui sebuah gerbang misterius di Bukit Alnus,Itu adalah sesuatu yang sudah dia duga
Saat Rimuru mendengar nama Jepang dan mendapati bahwa kelompok ini berasal dari dunia yang sama dengannya, ada rasa keterikatan samar yang muncul.
Namun, ia tidak menunjukkan antusiasme berlebihan. Ia lebih memilih untuk menyimpan rasa penasarannya dalam-dalam, menjaga ekspresinya tetap tenang dan penuh perhitungan.
Sambil duduk bersandar pada kursi kayu sederhana yang ia ciptakan dengan sihir, matanya kini beralih kepada dua gadis yang duduk di antara anggota pasukan Itami.
“Kalian berdua, siapa namamu?” tanya Rimuru, memandang mereka dengan tatapan lembut namun sedikit mengintimidasi.
Kedua gadis itu terdiam sesaat, saling pandang dengan ragu sebelum akhirnya menjawab. “Kuribayashi Shino,” kata salah satu dari mereka, sosok dengan rambut hitam pendek dan aura penuh semangat yang tampak jelas.
“Dan aku Kurokawa Mari,”lanjut gadis lain dengan nada lebih tenang. Kurokawa memiliki wajah kalem, mencerminkan sifat seorang medis yang sudah terbiasa menghadapi situasi sulit.
Rimuru menatap mereka dengan perhatian lebih, matanya terfokus pada lengan kiri Kuribayashi yang terlihat sedikit lebih kaku dalam gerakannya. Ia bisa melihat bagaimana gadis itu berusaha menyembunyikan rasa sakitnya, tetapi tatapan Rimuru cukup tajam untuk mengenali detail kecil tersebut. “Kuribayashi, buka lengan bajumu,” biarkan aku melihatnya .
Kuribayashi sedikit terkejut, tapi tidak berani menolak. Dengan ragu-ragu, ia menggulung lengan bajunya, memperlihatkan bekas luka bakar yang besar dan memerah di kulitnya.
Luka itu terlihat parah, meski mungkin sudah beberapa jam berlalu sejak kejadian yang menyebabkan luka tersebut. Rimuru mengerutkan kening, merasa tidak nyaman melihat luka itu pada seorang gadis.
“Tidaklah bagus jika seorang wanita memiliki bekas luka di tubuhnya,” gumamnya pelan.
Ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari kantongnya. Cairan di dalam botol itu berwarna kebiruan, memancarkan kilauan lembut di bawah cahaya api yang menerangi ruangan.
“Ini, minumlah,”kata Rimuru sambil menyerahkan botol tersebut kepada Kuribayashi.
Kuribayashi ragu sejenak. “Apa ini?” tanyanya, menatap botol itu dengan bingung.
“Potion,”jawab Rimuru ringan. “Itu akan menyembuhkan lukamu dalam sekejap.”
Merasa tak punya pilihan lain dan terlalu lelah untuk protes, Kuribayashi membuka tutup botol dan mencium baunya, baunya mirip seperti sayur yang di jadikan jus, dia kemudian meneguk isinya.
Cairan itu terasa dingin dan sedikit manis di lidahnya. Dalam hitungan detik, rasa perih di lengannya hilang begitu saja, dan kulit yang tadinya terbakar **kembali mulus tanpa bekas**. Kuribayashi memandangi lengannya dengan mulut sedikit terbuka, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Ini... ini gila...” bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri.
Rimuru kemudian berpaling kepada Kurokawa, menyadari bahwa meski gadis medis itu tidak menunjukkan tanda-tanda cedera, ia mungkin membutuhkan bantuan juga.
“Ini untukmu.” Rimuru menyodorkan sebotol low potion kepada Kurokawa. “Kau mungkin tidak terluka parah, tapi lebih baik berjaga-jaga. Kau bisa meminumnya kapan saja.”
Kurokawa menerima botol itu dengan anggukan sopan. “Terima kasih,” katanya singkat namun tulus. Meski ia biasanya orang yang skeptis, melihat efek instan pada Kuribayashi membuatnya tak meragukan khasiat potion ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tensura x gate
FantasíaBerlatar delapan puluh tahun setelah perang besar tenma negara Federasi Jura tempest, menjadi sebuah negara maju dengan berbagai ras tingal, tetapi Sebuah gerbang misterius tiba tiba muncul di sebuah hutan di federasi jura tempest, Ras rimuru disin...