bab 08

219 19 3
                                    

Rimuru , saat ini tengah bersantai di ruang pribadinya di dalam kastil megah yang terletak di pusat ibu kota.

Ruangan itu dihiasi dengan gaya minimalis namun elegan, memancarkan aura ketenangan yang sesuai dengan kepribadian Rimuru yang santai. Dia duduk di atas sofa empuk berwarna biru gelap, memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan pemandangan indah dari kota yang ia bangun bersama para bawahannya.

Langit biru cerah menyelimuti Tempest, sementara angin sepoi-sepoi menerpa dedaunan di taman istana.baru berberapa menit yang lalu Benimaru mengirimkan laporan lengkap tentang situasi di sisi lain gerbang.

Setelah pertempuran antara Tempest dan Kekaisaran Saderan,segala sesuatunya terkendali dengan baik. Tidak,akan lebih tepat jika disebut pembantaian sepihak,

Tempest berhasil menang telak tanpa ada kerugian berarti, dan hal ini membuat Rimuru merasa puas dengan perkembangan yang ada, meskipun sangat disayangkan karna banyaknya korban di pihak musuh, tetapi pengorbanan memang diperlukan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Setelah menerima laporan tersebut ,itu membuat rasa penasaran rimuru semakin besar .

"Hmm... dunia lain ya..." gumamnya sambil tersenyum kecil.

Baginya, menjelajahi tempat baru selalu menyenangkan. Apalagi kali ini, gerbang itu membawa mereka langsung ke dunia lain. Menjelajahi dunia lain? Tentu saja, itu terdengar seperti petualangan yang menarik!

"Ciel," panggil Rimuru dalam pikirannya.

Dalam sekejap, suara halus dan elegan terdengar di dalam benaknya. Ciel* adalah manas yang dimiliki Rimuru, ia adalah kesadaran yang memiliki kecerdasan luar biasa, mirip dengan superkomputer canggih yang bisa memberikan solusi dan analisis untuk berbagai situasi. Dalam beberapa hal, Ciel telah menjadi semacam teman dekat bagi Rimuru, meskipun ia berada di dalam pikirannya.

"Apa yang bisa saya bantu, Master?" jawab Ciel dengan nada lembut namun formal.

"Apa pendapatmu tentang gerbang itu? Aku ingin tahu lebih lanjut sebelum memutuskan apakah aku akan pergi sendiri ke sana," tanya Rimuru, matanya menyipit saat ia mencoba merenung lebih dalam.

"Gerbang tersebut terhubung dengan dunia lain yang masih belum sepenuhnya dipetakan, Master.

Berdasarkan analisis energi yang terkandung di dalam gerbang, dunia di sisi lain tidak memiliki sumber sihir yang melimpah seperti di Tempest.

Namun, dari segi material, dunia tersebut mungkin kaya akan sumber daya alami yang bisa dimanfaatkan. Namun, perlu diingat bahwa teknologi militer mereka jauh di bawah standar Tempest.

Oleh karena itu, ancaman yang signifikan mungkin bukan berasal dari kekuatan militer mereka, tetapi dari kemungkinan entitas atau kekuatan tak terduga yang mungkin muncul."

Rimuru mengangguk mendengar penjelasan Ciel. Dalam dirinya, muncul rasa penasaran yang semakin membesar.

Dunia yang berbeda, tanpa teknologi atau sihir yang kuat, tapi mungkin memiliki misteri lain yang belum diketahui. Itu saja sudah cukup untuk membuat Rimuru bersemangat.

"Bagaimana perkembangan militer kita sendiri? Aku ingin tahu apakah proyek persenjataan modern kita ada kemajuan ," lanjut Rimuru.

Ciel segera memberikan jawaban yang detail, seakan-akan sudah memprediksi pertanyaan itu sebelumnya.

"Militer Tempest telah berkembang pesat selama delapan puluh tahun terakhir. Penggabungan teknologi modern dari dunia asal Master dan sihir dari dunia ini telah menghasilkan berbagai inovasi baru. Salah satu yang paling menonjol adalah pesawat tempur baru yang telah dikembangkan oleh divisi teknik,kami menamainya

Tensura x gate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang