Caden duduk di sofa kamar Andreas. Dirinya memangku wajah serta memikirkan ucapan putra sulungnya tentang kejadian beberapa saat sebelumnya. "Kau tau siapa yang dihajar Eas, Daven?"
Daven mengangguk. "Namanya Edmund. Sejak dulu dia memang suka sekali memprovokasi Andreas, " jawabnya. Mengapa dia bisa tau? Tentu dia langsung menyelidiki latar belakang Edmund. Juga alasan mengapa adiknya bisa menghajar pria itu.
"Peringati dia Daven." Perintah Caden langsung di lakukan oleh Daven. Putra sulung Caden itu beranjak pergi tanpa basa-basi. Dia memang sudah gatal ingin menginterogasi Edmund, sekalian dia akan memperingatinya supaya berhenti menganggu adiknya.
"Rupanya dia telah berubah, Caden, " ujar Abraham lantas masuk kedalam kamar. Dia yang mendengar kabar dari keponakannya segera pergi ke kediaman Halley. "Dari mana dia belajar bertarung?" Abraham berdiri disamping ranjang Andreas, mengamati wajah sang keponakan yang terdapat lebam.
"Sepertinya dia melakukannya karena naluri, " jawab Caden. Dia menjukurkan ponsel yang menampilkan video amatir dari seseorang yang berada di kejadian. Abraham lantas mengambilnya dan melihat video tersebut.
"Gerakannya kaku namun gesit. Kemungkinan Eas hanya kesal dan menghajar pria itu secara bertubi-tubi tanpa mengetahui kekuatan yang dia miliki." Caden menatap kearah putranya dari sofa. Kemudian mengambil secangkir kopi hitam favoritnya untuk diminum.
"Dia benar-benar berbeda, haruskah kita menginterogasi nya setelah bangun nanti."
"Aku yakin itu bukan ide yang bagus." balas Caden. "Kita bisa menanyakan baik-baik, karena pada dasarnya Eas kita adalah anak yang penurut dan jujur."
"Kau benar." timpal Abraham, mendudukkan di samping Andreas yang terbaring. Tangannya terulur, menelusuri lembut pipi putih Andreas dengan telunjuknya.
"Caden! Bagaimana bisa anakku sampai terlibat perkelahian?!" Esmira membuka pintu kamar dengan wajah resah, tas branded ditangan ia lempar begitu saja dan berjalan tergesa menghampiri Andreas yang masih terlelap.
Niat hati ingin bersenang-senang bersama para teman arisannya, namun saat baru sampai di tempat pertemuan, Esmira malah mendapat kabar buruk tentang sang bungsu kesayangan.
"Oh lihat ini, wajahnya lebam." Esmira mengelus sudut bibir Andreas. Wajahnya menjadi khawatir, mengapa ada saja hal yang bisa menyakiti sang putra.
"Kasus Kanza masih menjadi pertanyaan, lalu sekarang dia berkelahi dengan seseorang. Caden, tambahkan pengawasan Eas, " ujar Esmira. Dia tau bahwa dalam kasus kali ini sang putra lah yang menghajar lawannya, tapi tetap saja dia khawatir.
Putranya adalah sosok baik, kenapa ada saja seseorang yang ingin menyakiti bungsunya. Dia sudah memastikan bahwa sang putra tak pernah terlibat cekcok dengan siapapun. Putra polosnya jarang terlihat mengundang emosi orang lain.
"Aku tidak ingin melihat wajah lebam ini lagi Caden. Segera lakukan apapun untuk putra kita. Aku tidak ingin memiliki resiko Eas kembali terluka. Cepatlah bergerak, orang bernama Kanza juga perlu kau urus."
"Sesuai keinginanmu." balas Caden datar, menatap lurus kearah wajah damai Andreas yang masih setia memejam.
「 Treated like a child 」
"Oma, Ayah dimana?" Diego yang baru pulang dari sekolah, berjalan tergesa menenteng tasnya menghampiri Esmira yang baru keluar dari lift.
Gabriel mengikuti dengan tenang dibelakang. Namun jika dilihat lebih dekat, guratan amarah nampak jelas dibalik wajah dinginnya. Mendengar kabar tak mengenakkan tentang sang Ayah, tentu bukan pertanda baik untuk seorang Gabriel yang sangat protective pada sang Ayah.
"Ayah sedang beristirahat di kamar, Oma baru saja ingin membuatkannya susu." Esmira mengusap keringat di dahi Diego, kemudian beralih mengusap lengan Gabriel dibelakangnya. "Tahan amarahmu, untuk kau luapkan pada seseorang yang tepat."
Melihat tatapan Esmira yang menajam, Gabriel hanya diam enggan memberi tanggapan. Memilih untuk masuk kedalam lift untuk segera pergi ke kamar sang ayah di susul Diego. Sedangkan Esmira melanjutkan langkahnya.
Gabriel membuka pintu dan masuk. Di dalam sudah ada Caden dan Abraham yang tampak membicarakan sesuatu. Matanya juga tak sengaja melirik sang ayah bergerak dalam tidurnya, Gabriel segera mendekat.
Pergerakannya juga mengundang heran ketiga orang di sana sebelum mereka juga menyadari jika Andreas akan bangun. Mereka mengelilingi ranjang Andreas. Memerhatikan alis itu mengernyit dengan mata yang perlahan terbuka.
"Uhm... Dimana ini?" Linglung Andreas, dia mengangkat tangan untuk memijat kepalanya. Mencoba untuk mengingat apa yang sudah dia alami sebelumnya sehingga berakhir di tempat tidur.
"Tenanglah Ayah." Gabriel segera menahan tubuh Andreas yang hendak bangun, dengan tangan yang tampak sedikit mengepal karena menahan emosi.
Diego langsung mengambil tempat disisi Andreas, wajahnya memerah seperti menahan tangis begitu melihat ada memar di dekat bibir sang Ayah. "Ayah, siapa yang berani melukai Ayah sampai seperti ini?"
Andreas memundurkan tubuh, menahan tangan Diego yang hendak menyentuh wajahnya. "Ayah tidak apa-apa." Emosinya masih tidak stabil. Katakan dia kekanakan sekarang, seperti apa yang dikatakan oleh Gabriel.
Kenyataannya itu memang benar, dia marah sebab Edmund mengatakan dia adalah 'anak daddy' dan pecundang. Andreas tidak suka.
Mengingat bahwa dia memang merupakan pecundang yang bersembunyi di belakang keluarga. Selayaknya remaja yang selalu harus di pantau kedua orang tua.
Langkah seseorang mengalihkan atensi Andreas. Dia melihat sosok Daven yang baru saja datang dengan pakaian berantakan.
"Kau marah padaku?" Daven yang setia memperhatikan membuka suara, saat menyadari jika Andreas menatapnya tajam.
Andreas melengos. "Tidak." Dia tak marah sebab Daven menghentikan dirinya. Karena dia merasa terbantu akan hal itu.
Andreas tidak tau apa yang akan terjadi jika Daven tidak datang tepat waktu. Mungkin dia akan menjadi pembunuh saat itu juga.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treated like a child ( Slow Up )
Teen FictionCollaboration with @glummzz Menurut tuan dan nyonya Halley, putra bungsunya akan tetap menjadi bayi kecilnya. Bahkan ketika dia beranjak dewasa dan memiliki putra, Bungsunya tetap menjadi kesayangannya. Tidak teralihkan meski dia memiliki banyak...