Sepulang dari kediaman keluarga Samuel, Andreas lebih banyak diam. Caden sendiri disibukkan oleh pikirannya sendiri. Mencari sebuah cara, bagaimana menyingkirkan orang yang bisa membahayakan keselamatan putranya.
"Eas." panggil Caden membuka pembicaraan.
"Hmm."
Mendengar Andreas hanya bergumam tak jelas, Caden melirik kearah sang putra yang ternyata sibuk menatap keluar jendela.
"Apa kau tidak ingat apapun tentang pria itu? Maksud Daddy, Kanza. Apa ada sesuatu yang kau ingat tentangnya? Seperti, sebenarnya ada masalah apa di antara kalian?"
Andreas menggeleng pelan. "Aku sama sekali tak ingat dad." Keningnya mengerut karena memaksa ingatannya. Dia ingin sekali mengetahui siapa Kanza, namun bukan ingat.. Kepalanya malah memberat.
Andreas menghela nafas, dia mengingat momen dimana Kanza merangkul dia akrab. Mengatakan jika Kanza merupakan teman dekatnya. Wajah Kanza pun seperti tidak berbohong.
Siapa yang tau, bahwa dibalik itu Kanza merupakan pelaku utama penyebab dia kecelakaan. Andreas merinding, apakah Kanza tipe pemilik banyak topeng.
Mendengarkan penjelasan Samuel, Kanza merupakan orang licik.
Merasakan usapan pada kepalanya, Andreas menoleh pada Caden yang tetap fokus pada jalanan.
"Jangan di paksakan, dan tidak perlu khawatir. Biarkan ini menjadi urusan Daddy dan Samuel. Kau masih perlu banyak istirahat, jangan sampai setres hanya karena ini."
Andreas tak menjawab, namun mengangguk kecil dengan senyuman. Rasa hangat menjalar dalam relung hatinya, merasa tersentuh akan perhatian sang Daddy.
「 Treated like a child 」
"Wah.. Datang dari mana?" Esmira segera merangkul lengan Andreas saat dia dan Caden masuk kedalam Mansion. Wanita itu sedang menggunakan celemek.
"Dari rumah Samuel." Bukan Andreas tetapi Caden yang menjawab. Pria itu melangkah menuju sofa ruang keluarga sembari menghubungi satu persatu anggota keluarganya.
Caden harus memberitahu fakta yang baru saja dia ketahuai dari Samuel. Dia tak bisa menunggu, Halley harus bergerak tanpa suara. Tidak bisa berdiam diri ketika pelaku yang menyakiti keturunan Halley bersenang-senang diluar sana.
"Mom, Eas haus," kata Andreas dengan sedikit rengekan, dia memandang Esmira melas.
Esmira sedikit terkejut, setelah sekian lama akhirnya ia bisa kembali melihat sisi manja bungsunya. Oke, mungkin ini sedikit berlebihan.
Esmira mengusap sayang rambut Andreas. "Sebentar ya, Mom buatkan jus alpukat kesukaan Eas."
Andreas tersenyum lalu menyusul ayahnya di ruang keluarga. "Dad, anak-anak belum pulang?" tanyanya. Caden berdehem, dia sedang sibuk dengan ponsel.
Andreas berdecih. "Jangan kebiasaan main hp ketika sama keluarga. Daddy seperti ayah workaholic di cerita yang aku baca kemarin."
Dia duduk tak jauh dari Caden, mengambil keripik kentang memandang Caden garang.
Caden tersenyum samar, menuruti omelan si bungsu dan meletakkan ponselnya. "Cerita apa yang kau baca? Cerita anak-anak?"
"Enak saja! Tentu saja membaca novel yang sedang populer saat ini, hehe." Andreas tersenyum geli. Merasa tak percaya akan kegiatannya sendiri, yang belakangan ini suka membaca novel seperti seorang remaja.
"Itu bagus, kau harus memang harus banyak bersantai." balas Caden menganggukkan kepala.
Entah kenapa Andreas tidak suka. Dia menyilangkan tangan didada dengan mulut mengerucut. "Salahkan daddy yang tidak memperbolehkan aku kemana-mana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Treated like a child ( Slow Up )
Fiksi RemajaCollaboration with @glummzz Menurut tuan dan nyonya Halley, putra bungsunya akan tetap menjadi bayi kecilnya. Bahkan ketika dia beranjak dewasa dan memiliki putra, Bungsunya tetap menjadi kesayangannya. Tidak teralihkan meski dia memiliki banyak...