Bab 12.

10.5K 1.1K 30
                                    


Andreas telah selesai berganti pakaian, menggunakan hoodie juga celana jeans yang diberikan Gabriel. Dan kini, ia tengah bersandar pada mobil sport milik Gabriel, menatap pertandingan yang sedang berlangsung dengan sorak-sorai memekakkan telinga.

"Ayah, bagaimana jika Ayah menunggu di dalam mobil?" Gabriel menyentuh bahu Andreas, kemudian beralih pada pipinya yang terasa dingin. Sepertinya dia menyesal telah membawa sang ayah kearena balap.

Andreas berdecak, menepis tangan Gabriel dari wajahnya. "Kau pikir Ayah anak kecil?" Sejak tadi dia benar-benar diperlakukan seperti bocah. Tidakkah Gabriel sadar jika dia orang dewasanya.

"Hei, Gabriel!" Seorang gadis manis berpakaian terbuka datang menghampiri keduanya, gadis itu melambai dengan wajah yang begitu antusias.

Gabriel berdecak. Kedatangan gadis itu menggangu. Lalu dengan sentakan, Gabriel menjawab. "Ada apa?"

Gadis tersebut tak lekas menjawab, dia memeluk lengan Gabriel... Menggesekkan buah dada miliknya. Gabriel sungguh geli, bagaimana bisa gadis seusianya sangat lihai dalam menggoda.

Andreas terpaku, apa yang baru saja dia lihat. Menutup seluruh wajah menggunakan tangan, mengintip disela-sela jari. 'Tidak terlalu isi, tapi padat.' batinnya berkomentar.

"Kau menjijikkan." Gabriel mendorong kasar tubuh Starla– nama dari gadis yang memang gencar mendekati Gabriel di sekolah.

"Mulutmu jahat sekali!" Starla mencebikkan bibir merajuk, yang tak mendapat respon apapun dari Gabriel.

Pandangan Starla beralih pada Andreas, menatap Andreas dari atas sampai bawah dengan tatapan berbinar.

"Hai, namaku Starla, kamu temen Gabriel ya?" Starla menarik tangan Andreas tanpa permisi. Namun belum sempat menggenggam, Gabriel lebih dulu menyentaknya kasar hingga terlepas.

Starla meringis sakit. Dia memegang tangannya. "Gabriel apa-apaan sih. Kenapa sampek segitunya." Nadanya memilih seakan dia bisa nangis kapan saja.

Gabriel tidak terpengaruh walau Starla hampir menangis. "Jangan beraninya kau memegang dia!" ancamnya. Dia menunjuk tepat wajah penuh polesan make up milik gadis di depannya.

"Kenapa sih? Cuma megang kan? Lagian aneh banget tau ga!" Starla kesal. Dia melihat tangannya yang terdapat bekas kemerahan. Kulitnya putih, sangat kontras dengan bekas itu.

Melihat drama remaja di depannya, Andreas menggeleng-gelengkan kepala. "Gabriel, jangan kasar pada perempuan." tegurnya.

Gabriel tak menjawab, ia justru bersedekap dada menatap Starla tajam. "Dia pantas. Karena telah bertingkah rendahan." sarkasnya.

"Hei!" seru Andreas, tak percaya jika Gabriel bisa berlaku sangat kasar pada seorang gadis. Dja bahkan sampai ke luar dari mobil.

"Ayah tidak mengajarimu kasar pada perempuan!" Sekarang Andreas marah. Dia menatap tajam Gabriel. Gabriel berdecih, dia tidak suka tatapan Andreas. Apalagi ayahnya meninggikan suara hanya karena manusia di depannya.

"Pergi!" Gabriel menggeram. Dia mengusir Starla. Karena perempuan itu, dia dimarahi ayahnya. Gabriel semakin membenci Starla.

Starla tak mengindahkan ucapan Gabriel. Dia terpaku pada Gabriel. "Jadi bukan teman Gabriel, melainkan ayahnya?" gumamnya terkejut. Karena dilihat darimanapun, pria yang menyebut diri sendiri ayah tidak cocok menjadi ayah.

Hey! Dia terlalu muda! Dalam sekejap, kedua pipi Starla langsung bersemu.

"Ayah tidak tahu, di sekolah dia selalu mengganggu Gabriel." Gabriel menatap Starla penuh benci, kemudian beralih pada Andreas dengan wajah berubah melas.

Treated like a child ( Slow Up ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang