Bab 19.

4.2K 646 18
                                    



Semenjak kejadian Andreas menghajar Edmund membabi buta. Daven yang saat itu langsung bertindak, berhasil membuat perusahaan keluarga laki-laki itu berada diambang kebangkrutan. 

"Eas, sudah siap?" Esmira berjalan dengan anggun menghampiri Andreas, wanita itu tampak sangat memukau dengan balutan dress hitam selutut yang terlihat sederhana namun memiliki harga fantastis.

Andreas mengangguk, seraya membenarkan lengan turtle neck hitam yang melekat pas ditubuhnya. "Kita semua satu mobil?"

"Iya." Gabriel mendekati sang Ayah, dan langsung memberikan sebuah mantel yang sejak tadi telah ia siapkan.

"Terimakasih anak tampan Ayah." Andreas menepuk sekali kepala Gabriel, membuat sang putra segera menghindar karena tak suka diperlakukan seperti anak kecil.

Semua tampak rapi dan kompak mengenakan pakaian berwarna hitam. Karena malam ini, mereka memutuskan untuk makan malam diluar atas permintaan Andreas yang merindukan udara segar.

Semenjak kejadian kemarin, Andreas benar-benar dijaga dengan ketat. Ia bahkan dilarang untuk menginjakkan kaki keluar dari Mansion.

"Let's go!" Diego memeluk lengan Andreas dengan semangat, yang dibalas Andreas dengan tepukan lembut pada kepalanya.

"Untung saja kamu tidak seperti seseorang yang selalu menghindar saat ayah elus kepalanya, " ujar Andreas menyindir Gabriel. Matanya melirik putra sulungnya yang berjalan di sisi kirinya.

Diego terkikik kecil. "Abaikan saja orang tidak mau itu ayah. Ayah hanya perlu melakukan hal itu kepadaku saja," Jawabnya. Diego memeluk sayang ayahnya.

Sang ayah mengangguk membenarkan. "Diego memang yang paling mengerti ayah." Andreas membalas pelukan Diego.

Keduanya berjalan sembari bergandengan, seakan semua orang di sekeliling mereka adalah nyamuk.

Telinga Gabriel memanas, kesal karena mendengar obrolan keduanya. Memang keduanya sangat suka memancing kekesalannya. Dia melebarkan langkah kakinya cepat masuk kedalam mobil yang sudah terparkir di depan mansion menunggu mereka.

Mereka tergelak melihat tingkah Gabriel yang tsundere. Halley pun turut masuk kedalam dan duduk di posisi masing-masing. Mobil  pun berjalan melaju keluar pekarangan mansion menuju salah satu restoran yang telah mereka pesan sebelumnya.

Andreas menatap luar kaca. Dia duduk di kursi tengah bersama dengan Diego. Tak sengaja, dia melihat penjual kaki lima. "Tunggu! Tunggu! Putar balik!" Andreas menepuk-nepuk kaca mobil, matanya seketika berbinar ketika yang di nya oleh penjual tersebut merupakan es krim keliling.

Caden segera meminta sang supir untuk berhenti, kemudian menoleh pada sang bungsu yang menatap lekat keluar mobil. "Ada apa Eas?"

Andreas menunjuk keluar mobil, dimana seorang penjual ice keliling tampak tengah melayani pelanggan. "Mau ice cream." pintanya, seakan melupakan keberadaan Gabriel dan Diego.

Esmira menunjukkan raut wajah tak suka. "Sayang, kita bisa makan ice cream di restoran nanti." dia tak ingin putranya memakan sesuatu secara sembarangan dan membuat Andreas sakit perut.

"Rasanya beda, aku yang mau disana, satu saja." kekeh Andreas, dengan nada suara seperti seorang anak kecil yang keinginannya tak boleh dibantah. Berharap Esmira mau memenuhi permintaan kecilnya.

Semua yang ada di mobil menggeleng kecil.

"Biar aku yang belikan." Gabriel segera membuka pintu mobil, namun tangannya langsung ditahan oleh Andreas.

"Ayah ikut." Andreas ingin ikut beranjak, namun Diego dengan sigap menekan bahunya hingga kembali terduduk.

"Tidak perlu Ayah, jika Ayah tetap ingin ikut lebih baik tidak jadi beli." ancam Diego, memeluk erat lengan sang Ayah.

Treated like a child ( Slow Up ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang