Bab 21

133 7 0
                                    


HAPPY READING

***

Tobias menatap iris mata bening Raisa, kecup punggung tangan itu. Ia tersenyum kepadanya, lalu mengelus puncak kepala itu,

"Kamu mandi gih, capek kan."

Raisa sadar apa yang di ucapkan Tobias, ia buru-buru menyadarkan pikirannya yang sudah terlena dengan ucapan Raisa. Ia harus mandi dan istirahat, karena badannya sudah memberi alarm buat istirahat.

"Kamu benar, saya harus istirahat. Saya harus mandi, badan saya terasa lengket," ucap Raisa.

Raisa lalu pergi meninggalkan Tobias yang masih berada di sofa, jantungnya berdegup kencang. Bahkan tidak berhenti berdebar sepanjang mereka bersama. Raisa masuk ke dalam kamar mandi, ia menatap dirinya di cermin. Ia tidak mau kisah lama mereka terukir kembali, ia tidak mau kejadian itu terulang lagi.

Raisa membuka pakaiannya, lalu berdiri di bawah shower. Air hangat membasahi tubuhnya, ia mendongakan wajahnya ke atas, ia tahu kalau masa lalu ini agak sulit di lupakan karena ada fisiknya. Ia juga selama ini tidak pernah dekat dengan seorang pria kecuali dokter Marco.

Awalnya ia ingin menerima dokter Marco dalam hidupnya, namun sepertinya ia salah. Ia tidak bisa menjalin dengan seorang pria manapun. Ia juga tidak bisa memilih akan jatuh cinta dengan siapa dan bagaimana.

Ia semakin memahami dirinya, memahami kesedihannya, memahami kehancurannya, dan ia sendiri merawat lukanya dan berusaha untuk menyembuhkannya, walau ia tau ini sangat mustahil. Kini pria itu hadir dalam hidupnya lagi. Ia bahkan tidak tahu akan berbuat apa, karena dia datang membawa kesembuhan dan memahami ia seutuhnya.

Raisa memilih menyibukkan diri mandi, ia tidak mau berpikiran berlebihan. Ia tidak tahu akan sampai di mana hubungan ini, ia harus kuat menghadapi apapun yang terjadi. Ia tahu maksud Tobias, dia menyadarkan dirinya bahwa hidup ini sangat berarti untuk dilanjutkan, dan ia harus menerima kenyataan hidupnya dengan lapang dada, lalu memulai kisah baru dengan kehidupan yang baru bersamanya tanpa melihat ke belakang. Oh God, ia merasa kejebak dalam hatinya sendiri.

Raisa keluar dari kamar mandi, ia mendapati Tobias berbaring di samping putrinya. Tobias memandang Raisa, wanita itu habis mandi, handuk itu melingkar di tubuhnya. Wajahnya tanpa sapuan makeup, walau tidak menggunakan makeup Raisa tetap cantik sama seperti dulu. Kulit mulusnya terlihat, ia pernah mencium seluruh tubuh itu dulu, lalu jadillah Angel.

Pikiran liarnya berkelana, apa ia harus membuat adik lagi untuk Angel? Rasanya ia ingin tertawa, ia harus menikahi dulu Raisa baru ia akan menambah satu anak lagi.

"Saya pindahin Angel ke kamar sebelah ya," ucap Tobias menyudahi pikiran kotornya.

"Iya."

Tobias mengangkat tubuh Angel ke kamar sebelah. Raisa memang mengatakan kalau Angel sejak bayi memang sudah dibiasakan tidur terpisah. Dengan membiarkan tidur sendiri membuat anaknya tidur lebih lama. Kata Raisa, usia enam bulan Angel sudah tidur sendiri di kamarnya. Hingga umur tiga tahun ini dia sudah terbiasa tidur sendiri tanpa ditemani orang tua.

Raisa melihat Tobias membawa tubuh Angel ke dalam kamar sebelah. Sementara dirinya membuka lemari, ia mengambil pakaian untuknya. Hari ini, ia mungkin tidur lebih lama dari biasanya karena efek jetlag yang ia alami. Setelah berpakaian ia mengoles skincare pada wajahnya, ia melihat bayangan Tobias berdiri tidak jauh darinya. Ia menoleh ke belakang menatap pria itu,

"Sudah?"

"Iya, sudah, tadi saya tutup horden dan menyalakan lampu tidur," Tobias menjelaskan, ia melangkah menuju tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. Tobias mengambil remote di nakas dan menghidupkan TV.

Baby Billionaire 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang