Bab 23

173 10 0
                                    


HAPPY READING

***

Bunga menatap Pevita, wanita itu berada di hadapannya dengan mata sembab. Wanita itu menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Tobias. Vita mengatakan kalau Tobias menggagalkan pernikahan mereka. Jelas Pevita kaget, kecewa, bingung, sedih, atas pernyataan Tobias yang mendadak seperti ini. Dia hanya di kamar seharian, belum mengatakan ini kepada kedua orang tuanya atas Tobias yang membatalkan pernikahan mereka. Dengan alasan yang dirinya tidak tahu.

Oh tidak! Bagaimana bisa pas apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar dari Pevita. Tepat secara bersamaan saat ia melihat Tobias berada di rumah Raisa. Ia tidak tahu ada hubungan apa Raisa dan Tobias. Ia melihat Tobias menggendong seorang anak balita yang jelas itu anak dari Raisa.

Sejujurnya ia tidak tahu apa hubungannya Raisa dengan Tobias, hingga pria itu menggendongnya. Ia menelan ludah, sebenarnya ia tidak sampai hati menceritakan apa yang dilihatnya karena keburu Pevita mencurahkan isi hatinya. Jika ia cerita maka Pevita akan tertimpa tangga lagi.

Bunga lalu memeluk tubuh Pevita, ia sebagai sahabat saja bingung bagaimana harusnya bersikap. Ia hanya mengatakan sabar dan tabah. Pevita nangis di pelukannya. Semenit kemudian ia melepaskan pelukan itu, ia memandang Pevita, ia berusaha setenang mungkin, mencoba mengerti apa yang terjadi.

"Tidak ada yang namanya gagal nikah. Justru ini baik buat lo, ini merupakan jawaban baik yang diciptakan untuk lo. Artinya jodoh lo, ada di luar sana masih nunggu lo," jelas Bunga, ia berusaha sepositif mungkin agar Pevita tidak berpikir terlalu banyak.

"Lebih baik batal menikah dibanding nikah lalu cerai kayak yang sudah-sudah,"

Bunga menarik nafas, "Gini, gue kan udah coba kasih clue identitas Tobi. Kita nggak tau ya masa lalu Tobi seperti apa, yang jelas dia emang terkenal playboy, penjahat klmin, suka seg sana sini. Mantannya banyak, Tapi kan lo nggak tau gimana dia."

"Tapi setelah kenal sama Tobi. Tobi nggak gitu Bunga. Dia itu pria idaman semua wanita. Selama dua tahun sama gue, dia nggak kayak gitu. Dia stay sama gue, dia serius sama gue, dia nggak neko-neko, nggak main di belakang gue."

"I know. Itu kan persepsi lo yang. Persepsi Tobi beda lagi dong, kan beda kepala. Dia punya pemikiran yang lo nggak tau, kenapa bisa stay sama lo, mungkin ada yang dia tunggu sejak lama."

"Dia nggak ada cerita kan alasannya apa dia batalin pernikahan kalian."

Pevita menggelengkan kepala, "Enggak ada. Tobi bilang tunggu dia balik dari Florida. Gue tuh sampe nyeksek banget, nggak tau harus ngapain, nggak tau juga harus bagaimana ngadepin ini semua."

"Gue bingung. Gimana jelasin sama orang tua gue, orang tua Tobi."

"Itu tugas Tobi yang jelasin ke kedua orang lo sama dia," tandas Bunga.

Bunga kembali menarik nafas, "Denger, gue juga perah gagal nikah. Tapi kasusnya beda, karena gue yang batalin. Sampe sekarang gue single dan udah males namanya pacaran atau yang lainnya."

"Gue di fase yang udah masa bodoh namanya lawan jenis. Bahkan bahas menikahpun bagi gue udah nggak menarik lagi. Ngerusak produktivitas gue, sekarang enjoy life. Life suks, you're gonna learn to love it."

"I know, lo pasti sakit banget, realita tak seindah harapan. Tuhan udah nampar lo buat sadar, emberace itu yang memang sulit."

"Lo tuh bisa aja ya nasehatin gue."

Bunga tertawa, "Menikah itu partnership dalam badan usaha hidup. Sama kayak partnership dalam buat badan usaha lainnya. Nggak boleh tergesa-gesa dan nggak boleh buru-buru. Calon partner usaha lo ya harus dipelajari dan dikaji. Visi misi badan usaha harus selaras, bisa nggak usaha ini? Punya masa depan nggak? Latar belakangnya apa?"

Baby Billionaire 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang