Bab 28

168 8 0
                                    


HAPPY READING

***

Raisa dan Tobias saling berpandangan satu sama lain. Tobias menatapnya dengan intens, tanpa senyum, namun tetap ia tidak lepas melihatnya. Raisa menarik nafas beberapa detik, ia memikirkan apa yang terjadi pada dirinya dan Tobias setelah ini. Ia berusaha setenang mungkin, ia akui kalau ia selalu hanyut dalam pembicaraan Tobias.

Raisa mengangguk, "Everyone needs love. Di mana kita akan sepakat dan sama-sama punya kemuan keras untuk hidup bersama. Dan kamu orang yang memiliki kriteria itu yang mau menerima saya yang begini adanya. Why not? Kamu juga ayah dari anak saya."

Raisa kembali menarik nafas, ia menyandarkan punggungnya di kursi sambil menatap Tobias yang memperhatikanya,
"Kamu tahu? Saya empat tahun ini memang tidak terlalu dekat dengan pria. Banyak yang dekat namun saya rasa kok ada yang kurang ya. Saya pernah pergi dengan teman pria yang naksir saya. Tapi tidak pernah kepikiran buat pacaran apalagi jadi ayah sambung Angel. Entahlah mungkin karena saya sudah jenuh dengan percintaan yang gitu-gitu saja. Atau saya sudah di fase malas untuk menjalin hubungan serius, apalagi sampai menikah."

"Panjang sekali memang jika saya harus menuliskan semua perjalanan cinta saya yang gagal. Di sini saya melihat kamu, kamu tidak pernah berubah sama seperti yang dulu, hanya tampilannya saja yang berubah. Tapi kamu tetap Tobias yang pernah saya kenal pertama kali yang membuat saya kagum."

"Saya suka dari kamu bukan karena kamu ayah dari Angel. Karena kamu memang secerdas itu sejak dulu."

"Terlepas dari itu kamu memang ideal untuk menjadi suami. Namun seidealnya pasangan pasti ada kekurangannya juga."

"Falling in love is not something you can prepare for, saya tidak akan pernah tahu akan jatuh cinta kepada siapa. Tapi saya tahu, jika sudah menemukan orang yang tepat. Oh ini orangnya. Saya menginginkannya karena ada sesuatu yang special darinya, tidak ada sesuatu pada orang lain," jelas Raisa.

"Kadang saya mikir, kontribusi apa yang bisa saya berikan terhadap peradaban. Saya bukan dari keluarga kerajaan yang mengharuskan saya mendapatkan keturunan. Saya hanya manusia bisa, dan biasa-biasa saja. Namun saya sama sekali tidak menyesal memiliki keturunan."

"Ketika bersama nanti, yang penting saya dan kamu memiliki mindset yang sama. Saya tidak peduli dengan kamu suka anime, drakor, tim bubur diaduk atau tidak, mau suka dangdut, pop, atau rock, bebas. Tapi saya lihat bagaimana kamu memandang dunia dalam kehidupan."

"Dan yang paling penting kamu itu dominan. Saya ini sudah dominan sebenernya, tapi kamu lebih dominan dari saya. Saya tipikal kayak gini, sebenernya nggak boleh rese atau ngatur-ngatur hal kecil karena itu buat saya overthinking. Saya tidak mau diatur, tapi kamu dapat ngendaliin saya."

"Kamu tahu gimana cara mewujudkannya tanpa saya minta. Dominan kamu nature bagi saya, kalau saya bilang 'tidak' kamu tetap lakukin. Padahal yang kamu lakuin terhadap saya, itu yang saya mau," jelas Raisa.

"Kamu juga tahu cara menempatkan diri, dalam segi penampilan, maupun dalam segi bersikap, hangat, berwawasan luas, pekerja keras dan nyambung."

"Saya suka ngobrol sama kamu seperti ini, kamu serius dengerin saya. Saya merasa sangat dihargai. Bahkan kamu ngobrol random, saya terasa menemukan jawaban yang tepat dari kamu. Seperti menemukan background managemen ilmu. Obrolan yang seharusnya sederhana, bisa menjadi serius. Saya kadang sebagai pendengar saja hanya bisa mengangguk, berdecak kagum atas argumen-argumen kamu. Berbicara dengan kamu lumayan membantu memperbaiki cara berlogika saya."

Tobias menyungging senyum, "Saya tidak menyangka kalau kamu mengagumi saya sampai segitunya."

Raisa tertawa, "Sepertinya begitu."

Baby Billionaire 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang