16. Again?

6 3 0
                                    

Sudah beberapa hari berlalu dari hari dimana club pecinta alam mendaki gunung Merbabu. Malam ini juga Feyya Aluna akan bercerita tentang pengalamannya kepada Jeyya.

Masuk ke kamar sang adik, lantas ikut naik keranjangnya dan merebahkan tubuh disebelah Jeyya. Feyya lantas membuka percakapan, "Jey, tanu nggak sih. Kemarin waktu hiking Jinan ngelihat mas-mas yang katanya ganteng."

"Teruss?." Tanya Jeyya menanti kelanjutan dari ucapan kakaknya sembari menatap lekat wajah lawan bicaranya.

"Jinan kan cerita waktu dibasecamp ya, ternyata tenda si mas-mas itu ada di deket tendaku sama Kara sama Jinan juga. Mana lagi diluar tenda, cuma pakek kaos kutang pula." Lanjut nya.

"Hmm, jadi gimana wajahnya, ganteng gak?." Timpal Jeyya.

Membuat Feyya langsung menghadap sang adik dengan satu tangan menjadi tumpuan kepalanya, "Menurut pengamatan gue ni ya, dia itu cindo. Wajahnya kayak Chinese gitu loh, manis sih tapi sayang wajahnya jutek."

"Waktu batin gitu ada bawa kaca nggak Kak?." Tanya Jeyya.

"Enggak buat apa juga. Aneh-aneh nih pertanyaannya apa udah ngantuk? Jam sepuluh nih biasanya juga udah mimpi. Heran deh, tumben banget." Kata Fey.

"Yeu, ni orang. Mana ada ngadi-ngadi, orang aku tanya gitu gegara wajah kakak juga sama-sama juteknya. Kalo misal nih ya kakak senyum tu Koko juga ikut senyum kalii!. Heran punya kakak kok lemot bangettt. Giliran smart eh malah cuman ngasih bahasa kalbu!!." Omel Jeyya memenuhi ruangan. Lalu menutupi kepalanya dengan selimut tanda ingin tidur.

"Dasar punya adik satu bisanya cuman ngerosting kakaknya mulu. Padahal mau minta tolong nih." Kata Fey.

Jey pun membuka selimut yang menutupi kepalanya itu, "Siapa namanya, kayak gimana orangnya juga kagak tau gue."

"Makanya ini mau gue kasih liat fotonya. Namanya Benua!." Ucap Feyya dengan senyum yang mengembang.

Jeyya mengambil ponsel Feyya lantas melihat orang yang dimaksud kakaknya itu. Lalu saat foto itu memenuhi penglihatannya, dirinya membelalak dan berkata, "Serius ni orang?, Benua kan namanya?." Tanyanya kepada Feyya. Dan anggukan kecil Feyya menjadi jawaban atas pertanyaan adiknya itu.

"Namanya itu Benua, Marvel Benua. Rumahnya di dekat rumah Oma Lin." Kata Jeyya.

"Jangan bilang adikku cenayang?." Ucap Feyya spontan.

"Nggak ya kali, kemarin waktu aku ke rumah Oma sama Bobby, aku papasan sama dia. Baru balik hiking waktu itu. Orangnya emang suka hiking karena suka sama suasana tenang. Hobby nyeduh teh sama rada galak emang orangnya." Jelas Jeyya kepada kakaknya.

"Kok tau galak?."

"Iya lah aku sendiri sama Bobby pernah dimarahin gara-gara berisik katanya. Padahal mah bukan ulah kita, orang berisik gara-gara pohon besar depan rumah dia yang Deket jalan raya dipangkas. Nyebelin banget tau." Kata Jeyya panjang lebar.

O_o

Hari telah berganti, sudah hampir tengah hari. Hari ini mereka libur, jadilah Jeyya dan Feyya memasak untuk mama dan papa karena gabut tidak ada pekerjaan. Seharian kemarin kaki Feyya seperti mati rasa. Baru bisa berjalan saat malam itupun masih dipegangi oleh Jeyya karena takut kakaknya nyrunsuk.

"Ini serius mau nganter kekantor Papa sama ketempat pemotretan Mama?." Tanya Feyya tak habis fikir dengan rencana gila adiknya. Masalah utamanya itu adalah dia sebenarnya ingin tidur siang.

"Kapan lagi bisa motoran? Kita susah loh kalo mau motoran. Lagian jam segini nggak akan ada yang namanya polisi." Kata Jeyya dengan entengnya.

The SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang