Memang setiap tawa yang keluar tidak hanya menandakan sebuah kebahagiaan. Terkadang ada juga orang yang tertawa untuk menutupi kesedihan yang mendalam. Dulu aku juga sering begitu. Karena aku merasa duniaku hancur ketika Mami pergi dari sisiku.
Ini adalah aku Bobby Bramasta laki-laki yang terkenal dengan segudang kejahilan dan sifat tengil. Mungkin orang akan mengira hidupku penuh kebahagiaan. Namun apa yang terlihat bukanlah yang sebenarnya.
Hidup berdua dengan Papi bukanlah sesuatu yang tidak aku sukai. Tapi akan lebih baik jika bersama Mami juga. Papi memang bawel tapi aku pernah menjumpainya dengan keadaan menangis didalam kamar sendirian karena sebuah rasa rindu yang mendalam untuk Mami.
O_o
Ayo kembali pada saat kejadian itu menimpaku. Kejadian yang bahkan berusaha aku lupakan disepanjang hidupku.
"Mi, Oby berangkat sekolah dulu ya. Nanti pulang sekolah Oby bakalan langsung kesini temani Mami. Babay." Pamit Bobby sembari menyalami tangan Kinar.
"Hati-hati Oby. Kalo Oby capek gakpapa Mami disini sendiri lagipula ada banyak suster dan dokter disini. Oby belajar baik-baiknya." Ucap Kinar sambil menciumi puncak rambut Bobby. Dirinya merasa bahwa anaknya terlalu memaksa performa tubuhnya sendiri.
"Berangkat dulu ya Mi. Nanti Papi mau kerja disini aja sambil temani Mami." Kata Justine sembari mengedipkan sebelah matanya menggoda sang istri, dirinya yang akan langsung mengantar putra semata wayangnya berangkat sekolah.
O_o
Langkah kaki anak kelas VII itu menggema di lorong yang sepi karena para siswa-siswi lainnya telah memasuki ruang kelas untuk belajar. Bobby untuk pertama kalinya telat datang ke sekolah.
"Permisi." Ucap Bobby memasuki ruang kelasnya VII A. "Iya, kok baru datang Bobby?." Tanya guru yang mengajar dikelas.
"Maaf Pak, tadi terkena macet." Sesal Bobby, "Tidak apa lagian ini pertama kalinya juga. Berdoa dulu kamu baru boleh duduk." Kata Pak Nio. Sembari meminta Bobby berdoa didepan kelas.
Selesai berdoa, Bobby lantas menuju bangku tempat duduknya. Ini merupakan Sekolah Menengah Pertama. Jadi tak heran jika tempat duduknya laki-laki dan perempuan. Sebenarnya tidak semua tapi hanya beberapa saja. Seperti Bobby yang duduk dengan Jeyya. Mereka memang soulmate dari sekolah dasar karena sering terpisah dari Feyya dan Erick.
"Yakin telat gara-gara macet. Aku tau pasti gak bisa tidurkan kamu semalem. Tau banget yang kalo tidur ditempat baru susah merem." Kata Jeyya pada Bobby. Mereka sudah berteman bukan lagi bersahabat malah dari sebelum masuk bangku sekolah.
"Iya nggak nyaman banget walaupun ada Mami sih. Tapi kayak gimana gitu enakkan tidur dirumah." Jawab Bobby memang dirinya termasuk tipe orang yang tidak bisa tidur apabila ditempat baru.
"Ya tidur dirumah ajalah." Ucap Jeyya. Dengan cepat lantas Bobby menjawab, "Enteng banget tinggal ngomong. Coba kalo kau yang di posisiku. Bakal gimana?." Tanya Bobby.
"Dirumahlah. Gak salah tanya sama siapakah? Ini Jeyya Aluna loh brow." Kata Jeyya. Mendengar jawaban Jeyya lantas Bobby mengernyit. "Udah biasa kali ditinggal dirumah sama Mama Papa. Taukan Mama Papaku sesibuk apa. Untung aku punya kakak jadi nggak sepi-sepi amat."
Benar juga si kembar sahabat Bobby ini memang terbiasa ketika ditinggal dirumah. Tapi setiap orang tua memiliki cara didiknya masing masing bukan. Jika kedua orangtua si kembar terpaksa meninggalkan kedua buah hatinya untuk bekerja dan tanpa sengaja membentuk pribadi mandiri pada kedua anaknya.
Lain dengan Mike dan Luna. Maka Justine dan Kiran lebih meluangkan hampir 24/7 untuk buah hatinya. Selalu melihat tumbuh kembang Bobby Bramasta dengan cermat setiap harinya.
O_o
Hari itu saat pulang sekolah aku lantas menuju rumah sakit dimana Mami dirawat. Aku tidak tau pasti apa sakit yang diidap Mami. Yang aku tau bahwa penyakit itu berbahaya. Papi juga tidak mau menjawab ketika aku bertanya.
Saat akan masuk keruangan Mami, kulihat dokter yang menangani Mami berjalan tergesa-gesa menuju ruangan dimana Mamiku dirawat.
"Papi, Mami kenapa Pi?. Kenapa dokter cepat-cepat masuk ruangan Mami?." Tanyaku dengan air mata yang sudah tak mampu kubendung lagi. Aku menangis.
"Kita doakan yang terbaik untuk Mami ya Oby, percayakan semuanya kepada tuhan. Dan terima jika memang itu kehendak terbaiknya." Jawab Papi sembari berusaha menahan air mata yang akan menetas dari kelopak matanya.
Tak berapa lama dokter datang dan mengajak Papi ke ruangannya. Papi tidak langsung mengikuti dokter ke ruangannya tetapi menelpon Papa Migo. Papa Jeyya dan Feyya begitu pun denganku. Papa Mike dan Mama Luna sudah menganggapku seperti putranya sendiri. Begitu pun Mami dan Papi yang menganggap si kembar adikku dan aku menganggap mereka seperti saudara kandung.
Tak lama Papi masuk ruangan dokter Papa Migo, Mama Luna dan si kembar sampai. Jeyya dan Feyya lantas datang dan mengelus punggungku. Aku inggat dulu Jeyya berkata, "Aku tau laki-laki itu gengsi untuk menangis, tetapi kadang kita perlu menangis untuk menghilangkan sebuah kesedihan bukan. Jika tidak segera dilampiaskan dengan menangis akan membuat dada terasa semakin sakit. Jadi ayo menangis sepuasmu, kami akan menunggu kamu sampai merasa lebih tenang." Katanya sore itu setelah berhasil menggiringku ketempat yang sepi.
Mereka membawaku ke taman samping rumah sakit dimana sangat jarang orang yang datang. Kalo kata Feyya, "Biar lebih bebas dan nggak merasa malu ataupun merasa menjadi orang paling ngenes sedunia."
O_o
Saat aku tenang, Papi memberitahu jika Mami sebentar lagi akan melakukan operasi. Aku terus berdoa untuk kesembuhan Mami. Bagaimana pun Mami adalah duniaku.
Mereka sudah masuk kedalam ruangan operasi selama beberapa jam namun tak kunjung keluar. Jeyya dan Feyya senantiasa duduk bersamaku dengan Jeyya yang terus menggenggam erat tangan kananku. Hari sudah gelap semoga Mami baik-baik saja. Bobby mohon bertahan demi Bobby dan Papi mi.
Duniaku benar-benar runtuh disaat dokter keluar dan menyatakan Mami tidak dapat diselamatkan. Air mataku kembali lolos, hatiku mencelos kala mendengar ucapan dokter.
Mami meninggalkanku. Malam itu Bobby Bramasta kehilangan belahan jiwanya. Setengah raganya ikut bersama kenangan sang Mami.
Kinara Liodara Bramasta berpulang.
Selamat tinggal Mami sekarang aku sudah bisa ikhlas dan menerima semua yang telah Tuhan tetapkan untuk Mami.
Aku menerimanya asalkan Mami bahagia diatas sana, tunggu sampai saatnya kita dapat berkumpul lagi Mami. Oby rindu Mami dan akan selalu rindu. Oby akan berusaha menjadi diri Oby yang dapat bangkit dari keterpurukan. Terimakasih untuk Jeyya, Feyya, Papa Migo, Mama Luna, Kenrick, bang Jean dan orang orang yang selalu bersama Bobby.
Dan tentunya Papi. Manusia paling kuat di bumi ini. Papi adalah hironya Bobby, kesayangannya Bobby, harta Bobby yang berharga dan pusat dunia Oby. Terimakasih karena Papi selalu mencurahkan kasih sayang dan cinta kepada Oby.
Dan terimakasih atas cinta yang Papi berikan untuk Mami walaupun kita dan Mami sudah tidak dapat lagi berjumpa, bahkan suara dan tawa Mami saja dapat kita dengar di video-video yang pernah kita buat ketika masih bersama.
Dari kisah Bobby setidaknya kita belajar, bahwa setiap kehidupan yang terbuat dari tanah akan kembali menjadi tanah. Setidaknya kita selalu mengingat, mengirim doa kepada seseorang yang kita sayangi teramat dalam. Rasanya ditinggalkan itu sakit, jadi jika masih ada kesempatan pergunakanlah dengan sebaik-baiknya.
O_o
Don't plagiarize
#tbc
Terimakasih💫
😉
KAMU SEDANG MEMBACA
The Siblings
FantasyPernah nggak sih kalian merasa wah banget sama circle ortu kalian. Yang pertemanannya ngalahin circle anaknya, luas banget dari berbagai bentuk manusia hidup. Mana orang-orangnya pada asik lagi. Tapi jangan salah circle anaknya gak kalah asik kok. J...