20. Freak!

7 4 0
                                    

Rembulan malam sudah mulai beranjak dari tempatnya yang akan digantikan oleh sang surya agar fajar segera menyongsong. Lipatan hitam dilangit kian menipis membuat cahaya remang sang surya dapat menembusnya.

Dikamar milik Jeyya kini ada tiga gadis yang tidur bersama diatas kasur kesayangan Jeyya. Dengan Caramel yang anteng semalaman lantaran kehabisan energi untuk bergerak dikarenakan cosplay semalam.

Dikamar yang terletak berhadapan dengan milik Jeyya juga ada tiga pemuda yang tidur dengan nyenyak semalaman dengan jendela balkon yang tidak terkunci rapat membuat semilir angin masuk kedalam tanpa izin.

Hoam, Feyya menguap lantaran berhasil bangun sepagi ini lantas tersadar dengan kejadian semalam. Kejadian dimana dirinya tidak mendapatkan dorongan dari siapapun tetapi dengan inisiatif dari dirinya sendiri mengawali cosplay mermaid semalam.

"Semalem gue kesambet apaan ya? Bisa gitu. Biasanya gue yang anti air malem-malem males berenang." Ucapnya kepada diri sendiri lantas terkekeh kecil mengingat tingkat abstrudnya itu.

"Morning Kakak." Kata Jeyya terbangun karena merasa pergerakan kasur.

"Morning too Jey." Jawab Feyya. Keduanya beranjak turun dari atas kasur untuk cuci muka dan gosok gigi lalu turun menuju mushola dirumah. Menjalankan kewajiban bagi umat muslim.

Jeyya dan Feyya berpapasan dengan Mbak Ani si asisten rumah tangga dirumah mereka. "Mae, Mama Papa belum pulang kah?." Tanya Feyya kepada Mbak Ani.

Ya si kembar memanggil Mbak Ani Mae, bukan hanya si kembar namun Bobby, Erick, Jeanno dan Caramel juga ikut memanggil mae. Sebenarnya Mbak Ani sudah hampir 10 tahun menikah namun hingga kini masih belum dikaruniai seorang anak. Jadilah mereka selalu memanggil dengan sebutan 'Mae' toh Mbak Ani yang dari dulu mengurus mereka.

"Papa Mama belum pulang kak, mungkin bentar lagi. Ini cuman berdua aja? Yang lainnya kok nggak ikut turun juga?." Tanya Mbak Ani kepada duo Aluna.

"Hehe, Starla mens Mae. Kalo Bang Jean, bang Bobby, sama Erick masih tidur. Entah udah shalat belum nggak tau Mae." Jawab Jeyya.

"Yaudah biar Mae bangunin deh mereka bertiga."

Mbak Ani benar-benar membangunkan ketiga bujang tersebut. Dengan gelitikan diarea telapak kaki ketiganya mengeliat lantas bangun dan mengumpulkan nyawa dengan cara masing-masing.

"Gitu dong bangun. Waktu shubuhan tinggal bentar lagi loh mas-mas nggak mau langsung bebersih kekamar mandi?." Tanya Mbak Ani.

Ketiga pemuda itu saling tatap Jean dan Bobby menatap Erick begitupun sebaliknya lantas ketiganya tertawa bersama.

"Jan aneh tenan iki. Opo iyo kamar iki enek seng nunggu ya?." Tanya Mbak Ani pada diri sendiri dengan logat Jawa medoknya itu. Lalu keluar.

O_o

"Assalamualaikum warahmatullah." Kata Jeanno mengakhiri rakaat kedua shalat subuh. Dengan keempat adiknya yang ikut bersalam.

Terdengar langkah kaki mendekati kelima orang ini, "Mas Jean, mas Erick ini kiriman seragam dari rumah udah nyampe Mae taroh di kamar mas Bobby ya." Kata Mbak Ani.

"Njih Mae." Balas Erick.

"Gue mandi dikamar Bobby duluan ya guys!." Pekik Jean langsung ngibrit naik kekamar Bobby.

"Gue terakhir. Males banget ini masih dingin plis." Kata Bobby.

"Kak?." Bisik Jeyya kepada Feyya. Lewat tatapan saja Feyya paham maksud adiknya.

"Mau mandi dikamar gue sendiri nanti. Ini masih dingin ngigil tau." Balas Feyya.

"Mama, Papa kapan pulang ya." Lirih Jeyya. Sungguh duo Aluna itu paling tidak bisa ditinggal orang tua mereka sebenarnya tapi mau gimana lagi orang tuanya sibuk semua.

Setelah berkata lirih, Jeyya bangkit menuju dapur untuk menyeduh coffe untuk dirinya sendiri. Baginya ia bersyukur dianugerahi lambung yang sehat dan kuat untuk meminum kafein dipagi buta seperti ini.

"Semalem prik banget nggak sih kita. Biasanya berenang sore hari, malem pun palingan yang nyebur Jeyya sama Erick itupun pakek kasur angin." Kata Bobby keheranan dengan tingkah ajaibnya ini.

"Iya ih, mana gue rela mandi ulang padahal gue baru mandi habis magrib." Ungkap Feyya. Memang dirinya selalu malas jika berkaitan dengan mandi sore. Yang harusnya sore malah molor jadi malam.

"Entah lihat Jeyya main air gue jadi kebawa mood main air. Tapi seru tau kapan-kapan lagi gas lah gue." Ujar Erick semangat.

"Rick elo kalo mau mandi mending dikamar mandi bawah deh. Biasanyakan elo selalu mandi pagi buta gini." Celetuk Feyya.

Erick menatap Feyya memincing lantas menjawab, "Eyy itu kan kalo kamar mandinya terbatas plus ramean ini kita cuman berlima. Masih jam setengah lima yakali otw mandi sekarang."

"Iya sih, elu mah mana mau ngantri." Seloroh Feyya.

Jeyya datang dengan coffe di mug miliknya dan satu teko kecil susu panas dengan beberapa gelas pun ikut menimpal, "Yee dia mah mau kak, tapi pilih-pilih orang. Kemarin gue lihat elo rela ngantri es dawet tuh. Biasanya cari yang nggak antri biar cepet."

"Pas lagi BM kali si Erick." Jawab Bobby.

"Kagak pernah dilihat emang effort gue. Waktu itukan kalian sepakat maunya es dawet gegara gue kalah main gamess!." Gemes banget si Erick kayaknya.

"Oh jadi itu effort apa cuman terpaksa Rick?." Pancing Jeyya.

"Effort lah, tapi guenya juga butuh validasi." Kata Erick.

"Iya-iya makasih Erick. Next time mau ya walaupun nggak kalah game." Timpal Caramel dari arah tangga.

"Nanti bentukan kita berangkat sekolah gimana nih coy." Tanya Erick.

"Kan pas tuh kalo kita boncengan. Akhirnya Bobby bisa berangkat pagi." Ucap Bobby bangga atas pencapaiannya. Biasanya dirinya lanjut molor lagi.

Alhasil mereka telah memutuskan untuk Jeyya berboncengan dengan Caramel, Feyya dengan Bobby, Erick dengan Jeanno. Mereka melaju dengan kecepatan sedang sembari menikmati pagi hari yang agak mendung.

"Jeyyaa, Lo duluan biar gue yang di belakang." Kata Erick yang membonceng Jeanno.

"Hah?." Celetuk Caramel. Dia gagal faham karena suara Erick terdengar tidak jelas.

Jeyya faham maksud Erick dengan segera menambah kecepatan laju motornya, "Hati-hati Jey. Jangan ngebutt aku takutt." Kata Caramel rada ngeri.

"Jey nepi aja yuk. Aku aja yang bawa motornya." Kata Caramel lagi mencoba bernegosiasi.

"Eyy emang kenapa sih? Gue jamin kita selamat sehat sentosa." Pekik Jeyya.

"Tau nggak sih cara berkendaramu kayak amatiran." Kelakar Caramel. Sebenarnya dirinya rada ngeri dengan cara Jeyya membawa motor ini.

"Tapi selamet kan. Calm down best, is okey selamet kok kita." Ucap Jeyya sembari membelokkan stir kearah gerbang lebar milik Batavia Djakarta School."

Ya, sebelum masuk ke Batavia Djakarta Senior High School mereka harus melewati gapura Batavia Djakarta School. Karena BDjS memiliki beberapa tingkatan pendidikan dari Children's play ground hingga Senior High School.

Setelah bermeter-meter melewati area BDjS yang luas ini sampailah mereka di gedung Senior High School. Memarkirkan moped diparkiran pojok belakang lalu masuk lewat lapangan basket.

O_o

Don't plagiarize
This is my written work.
😉🤏✨

1036

The SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang