TSK2-04

8.1K 515 86
                                    

Vote duluuuu, follow ig @wiwirmdni21

Setelah keluar dari penjara dengan langkah mantap, Liona menghela napas panjang, seolah menyingkirkan beban berat yang baru saja dia lepaskan di hadapan Hendra. Namun, pikirannya tetap berputar, ancaman yang ia tinggalkan pada ayahnya masih membekas di benaknya. Dengan wajah dingin, Liona melangkah menuju mobilnya, menyalakan mesin, dan memutuskan untuk melanjutkan harinya seperti rencana semula.

Dia menatap sekilas jam di dashboard mobil. Masih ada waktu sebelum kampusnya mulai ramai. Ini saat yang tepat untuk mengurus pendaftaran kuliahnya tanpa terlalu banyak gangguan. Liona menekan pedal gas, membiarkan mobil meluncur tenang menuju kampus.

Perjalanan menuju kampus terasa panjang, bukan karena jaraknya, tapi karena pikiran Liona yang masih terpecah antara apa yang baru saja terjadi dan masa depannya. Dia tahu, hubungan dengan ayahnya sudah berakhir sejak lama, namun konfrontasi tadi meninggalkan kesan yang lebih dalam dari yang ia perkirakan. Tak ada ruang untuk kesalahan lagi, Liona harus tetap fokus pada rencananya—dan itu termasuk memastikan masa depannya tetap di bawah kendalinya.

Setelah tiba di kampus, Liona memarkir mobilnya di area yang sedikit sepi, menatap gedung-gedung tinggi yang mengelilingi kampus dengan tatapan penuh perhitungan. Hari ini dia akan mengurus segala persyaratan administrasi untuk masuk ke fakultas yang ia pilih. Meski tampak seperti hal biasa bagi kebanyakan mahasiswa, bagi Liona ini adalah langkah strategis. Setiap gerakannya sudah dipertimbangkan dengan matang, termasuk langkah-langkah yang akan ia ambil di lingkungan kampus ini.

Saat melangkah memasuki area administrasi, matanya segera menangkap beberapa mahasiswa yang sudah lebih dulu antre untuk mengurus pendaftaran. Suasana ramai di sekitar tidak memengaruhinya. Dengan ketenangan yang sudah menjadi ciri khasnya, Liona mengambil formulir dan mulai mengisi setiap kolom dengan cepat, tanpa ragu.

Setelah selesai mengisi formulir, ia menyerahkannya kepada petugas pendaftaran. "Semua data sudah lengkap?" tanya petugas itu tanpa banyak basa-basi, menatap Liona dengan sekilas sebelum mulai memeriksa dokumennya.

Liona hanya mengangguk, tidak menunjukkan banyak emosi. Dia hanya ingin proses ini selesai secepat mungkin.

"Semuanya sudah beres. Kamu tinggal menunggu pengumuman di email," ujar petugas itu lagi, menyerahkan kembali beberapa berkas kepada Liona. "Selamat datang di kampus kami."

Liona mengangguk singkat, mengambil berkas-berkasnya dan berbalik. Saat ia keluar dari ruang administrasi, dia berjalan melintasi lapangan utama kampus, matanya melirik sekilas kelompok mahasiswa yang sedang berkumpul di dekat pintu masuk fakultas. Beberapa di antaranya tampak menoleh ke arahnya, mungkin mengenali sosok Liona yang dikenal karena sikap dinginnya yang khas.

Namun, Liona tidak peduli. Fokusnya saat ini adalah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Kampus ini hanyalah panggung lain untuknya memainkan peran, dan ia bertekad untuk mengendalikan setiap aspek dari hidupnya.

Saat melangkah menuju mobilnya, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah belakang. "Liona!"

Liona menoleh perlahan, melihat seorang pria berambut hitam dengan postur tegap berjalan mendekat. Wajahnya tidak asing—Keenan, salah satu teman Alden yang sempat ia temui di pesta beberapa waktu lalu. Tatapannya penuh rasa ingin tahu, namun Liona tetap menjaga wajahnya netral.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Keenan dengan senyum kecil di bibirnya, tampak ramah namun penuh kehati-hatian.

Liona menatapnya tanpa ekspresi, lalu menjawab singkat, "Mengurus pendaftaran."

Keenan mengangguk, masih tersenyum. "Baguslah, aku juga baru saja selesai mengurus beberapa urusan di fakultas. Kampus ini bakal seru kalau kamu ada di sini."

TRANSMIGRASI SANG KETUA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang