TSK2-01

2.1K 269 112
                                    

Vote dulu yaa buat liat kebucinan mereka berdua


"Sayang..." suara serak khas bangun tidur itu menggema di telinga Liona, berasal dari Damian Alanrion yang baru saja keluar dari kamar dengan langkah malas.

Tanpa banyak basa-basi, Arion langsung merangkul pinggang Liona dari belakang, memeluknya erat seolah tak ingin melepaskannya. Wangi sarapan yang sedang dimasak Liona seakan memudar di balik hangatnya pelukan tersebut.

Liona terkekeh pelan, kemudian berbalik dan mengacak rambut Arion. "Baru bangun, ya?" tanyanya dengan senyum mengembang di bibirnya.

Tanpa menunggu jawaban, dia mencondongkan tubuhnya dan mendaratkan sebuah morning kiss di bibir Arion. Tangan Arion pun semakin erat merengkuh pinggangnya, sebuah seringai menghiasi wajahnya saat Liona menarik diri. "Terima kasih," gumam Arion dengan suara yang sedikit lebih rendah, matanya menyiratkan kenikmatan pagi yang tak hanya berasal dari aroma makanan di dapur.

Liona hanya tersenyum tipis mendengar respon Arion, matanya memancarkan kehangatan yang tak terucap. "Dasar, malas banget kamu," celetuknya sambil kembali membalikkan badan ke arah kompor, meneruskan memasak. Namun, Arion tidak melepaskan pelukannya. Sebaliknya, dia mempererat genggaman di pinggang Liona, dagunya bertengger manja di bahu gadis itu.

"Apa yang kamu masak hari ini, hm?" tanyanya, suaranya sedikit lebih jernih setelah ciuman tadi.

"Cuma nasi goreng sederhana, tenang aja, masih enak kok," jawab Liona sambil memiringkan kepalanya sedikit, menatap Arion dengan senyum geli.

"Aku yakin, apapun yang kamu buat bakal enak," balas Arion, seringainya makin lebar. "Tapi kalau nasinya gosong gara-gara aku, gimana?"

Liona tertawa kecil, merasa hangat dengan momen sederhana itu. "Kalau gosong, kamu yang tanggung jawab!"

Arion mengangkat kedua tangannya, pura-pura menyerah. "Baiklah, baiklah. Tapi aku nggak akan keberatan sarapan dari tanganmu kapanpun."

Liona mengaduk nasi goreng di wajan, lalu menoleh sebentar ke arah Arion yang masih memeluknya dari belakang. "By the way, kamu hari ini ada jadwal kuliah nggak?"

Arion mengangguk pelan sambil melonggarkan sedikit pelukannya. "Iya, ada. Kelas pagiku mulai jam sembilan. Kenapa hm?"

Liona mengangguk paham, lalu tersenyum tipis. "Emm, aku lagi kepikiran buat daftar di kampus yang sama, tempat kamu sama Alden kuliah."

Arion terdiam sebentar, seolah mencerna kata-kata Liona dengan lebih serius. "Kamu serius, nih?"

Liona mengangguk sambil terus fokus pada masakannya. "Iya, aku pikir seru juga kalau kita kuliah di tempat yang sama. Lagian, aku kan udah lulus SMA, jadi harus mulai nyari universitas. Kayaknya lebih mudah kalau aku gabung ke universitas kamu sama Alden. Apa kamu keberatan?"

Arion tersenyum hangat, lalu memiringkan kepalanya ke arah Liona, matanya bersinar penuh semangat. "Keberatan? Jauh dari itu! Aku malah senang banget kalau kita bisa bareng lagi, Hazel. Rasanya lebih gampang jagain kamu."

Liona tertawa. "Jagain atau cuci mata?"

"Dua-duanya..."

"Dasar!"

Arion akhirnya melepaskan pelukannya perlahan, lalu berjalan ke kursi pantry yang ada di sudut dapur. Dia duduk santai di sana dengan seringai khasnya, matanya tidak lepas dari sosok Liona yang sibuk di depan kompor. Tatapannya tajam, namun penuh kehangatan dan, tentu saja, sedikit nakal.

Liona, yang sedang menata nasi goreng di piring, sesekali melirik ke arah Arion. Merasa diperhatikan dengan intens, ia mengerutkan alis dan akhirnya berbalik menatap suaminya.

"Apa yang kamu pikirkan, hah?" desis Liona dengan senyum tipis, tapi matanya memperlihatkan bahwa dia sudah tahu arah pikiran Arion. "Dasar mesum!"

Arion hanya tertawa pelan, tanpa mengalihkan pandangannya. "Nggak ada yang salah kan kalau aku terpesona sama istriku sendiri?"

Liona mendecak pelan sambil meletakkan piring nasi goreng di meja. "Terserah kamu aja, deh. Yang penting nasinya nggak gosong gara-gara kamu nempel terus."

Arion menyeringai lebih lebar, lalu menyandarkan dirinya lebih dalam ke kursi. "Kalau gosong, aku siap tanggung jawab penuh kok. Kamu mau aku masak buat gantiannya?"

Liona tertawa kecil sambil menggulung lengan bajunya, bersiap-siap menyuapi Arion. "Kamu? Masak? Yang ada dapurnya kebakaran."

Arion menatapnya dengan tatapan penuh godaan, lalu membuka mulutnya seolah siap disuapi. "Kalau aku masak, aku pasti bakal buat yang spesial. Tapi untuk sekarang, biar kamu aja yang suapin, Hazel."

Liona hanya menggeleng sambil tersenyum geli. "Dasar Arion, nggak ada habisnya."

Liona menatap Arion yang masih menunggu dengan mulut terbuka, tatapan jahil di matanya membuat Liona ingin tertawa. Dia mengambil sendok nasi goreng, lalu menyuapkan perlahan ke mulut suaminya. "Tuh, makan yang bener."

Arion mengunyah pelan sambil tetap menatap Liona dengan pandangan puas. "Enak banget," gumamnya setelah menelan suapan pertama. "Kayak yang masaknya."

Liona mendesah kecil sambil menahan tawa. "Gombal terus," celetuknya, tapi senyum tipis tetap tersungging di bibirnya.

Arion menyenderkan lengannya di atas meja, masih memandangi Liona seakan dia adalah satu-satunya yang penting di dunia ini. "Aku serius, Hazel. Setiap hari sama kamu tuh kayak mimpi, tahu nggak?"

Liona terdiam sesaat mendengar kata-kata itu. Ia memandang Arion dengan lembut, sedikit terkejut oleh ketulusan dalam suaranya. "Hmm, kamu tuh… ada-ada aja. Jangan lebay deh."

Tapi Arion menggeleng sambil tersenyum tipis. "Beneran. Aku nggak butuh apa-apa lagi selain kamu. Udah cukup."

Liona merasa sedikit tersipu, walau dia berusaha menutupinya dengan mengalihkan pandangannya. "Yaudah, makan aja sana. Nanti keburu dingin."

Arion tertawa pelan, lalu mengambil sendoknya sendiri. "Baik, baik. Tapi kalau dingin, kamu harus masakin lagi buat aku."

Liona menyipitkan mata ke arahnya, lalu menepuk pelan punggung tangannya. "Dasar manja!"

"Bukan manja," balas Arion, suaranya pelan namun terdengar penuh makna. "Aku cuma suka dimanja sama kamu."

Liona akhirnya menyerah pada godaan senyuman Arion dan tertawa. Dia duduk di sebelahnya, mengambil piring nasi goreng miliknya sendiri. "Kalau gitu, jangan kebanyakan manja. Nanti malah bikin aku repot."

Arion menatapnya sejenak sebelum menyuap lagi nasi goreng. "Repotnya worth it."

Liona hanya menggeleng pelan. "Kalau terus-terusan kayak gini, kapan kamu mandiri?"

Arion tersenyum lebar, seringainya muncul lagi. "Aku mandiri kok. Tapi lebih suka kalau kamu ada di sampingku."

Liona meliriknya sambil mendesah, lalu menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tawa. "Dasar mesum. Dari tadi pandangan kamu nggak beres."

Arion tertawa, lalu menyuap makanannya lagi sambil menjawab. "Nggak ada yang bisa dilihat kecuali istri yang cantik, pintar, dan selalu bikin aku jatuh cinta lagi setiap hari."

Liona hanya bisa memukul pelan bahu Arion, kali ini tak bisa menyembunyikan tawanya yang lepas. "Dasar tukang gombal, makannya yang benar!"

Arion mengangkat alis sambil memasang wajah pura-pura serius. "Siap, bos!"













Aaaaaa ga kuattt😭😭😭 mereka gemessss bangetttt🥲🥲🥲

Absen dulu yang mau cowok kayak Arion!!

Spam next guyss buat lanjut

Jangan lupa vote

Follow ig: @wiwirmdni21 / @thrillgrace

Follow tiktok: @velinxndr / Wiwi Ramadani

TRANSMIGRASI SANG KETUA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang