Komen dan Vote ya!! Follow akun wattpad WiwiRamadani
Liona mendengar bisikan-bisikan samar dari belakang, tapi cukup jelas untuk menangkap maksudnya. "Itu siapanya Alan? Mungkin adeknya!"
Senyum tipis terbentuk di wajah Liona, dan dia dengan sengaja melingkarkan tangannya lebih erat di pinggang Arion. Matanya sekilas melirik ke arah dua orang yang tengah membicarakannya, menikmati reaksi mereka yang melongo kaget melihat keintimannya dengan Arion.
"Serius lo? Anak kayak gitu pasti sering main ke club malam," salah satu dari mereka berbisik lagi, kali ini lebih berani, seolah menguji kesabaran Liona.
Liona menyeringai, ekspresi dingin bercampur kesenangan di wajahnya. Dia memeluk pinggang Arion dengan lebih mesra, kemudian mencondongkan tubuhnya mendekat ke telinga suaminya dan berbisik lembut, namun cukup lantang agar kedua orang yang berbicara tadi bisa mendengarnya. "Sayang, mereka pikir aku sering ke tempat kayak gitu. Lucu ya?"
Arion mengangkat alis, lalu menatap Liona dengan senyum penuh arti. "Mereka nggak tahu apa-apa," jawabnya santai, tangan lembutnya mengusap punggung Liona.
Liona berbalik sedikit, tatapan tajamnya tertuju langsung pada kedua orang tadi, membuat mereka tersentak dan membuang muka secepat mungkin. Salah satu dari mereka berdeham gugup, sementara yang lainnya berbisik lebih pelan, "Eh, beneran deh, dia kelihatan kayak cewek nakal."
Liona tidak perlu berkata apa-apa lagi. Senyumannya semakin lebar saat dia menarik Arion lebih dekat, memastikan kedua orang itu bisa melihat betapa mesranya mereka. Dia tak peduli apa yang orang-orang pikirkan tentangnya. Lagipula, mereka tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya, dan itu membuatnya merasa di atas angin.
"Biarkan mereka berpikir apa yang mereka mau," bisik Liona, suaranya penuh keyakinan, sebelum mereka berdua berjalan menjauh dari tatapan penasaran dan bisikan-bisikan yang tak penting.
Liona menarik Arion semakin dekat, merapatkan tubuhnya dengan sengaja, membuat sentuhan mereka tampak lebih intens di depan kedua orang yang masih berbisik itu. Matanya melirik mereka sekilas, memastikan bahwa perhatian mereka masih tertuju padanya. Liona ingin memberikan pertunjukan kecil-sesuatu yang membuat bisik-bisik itu semakin keras.
Dengan langkah lambat dan elegan, Liona mengangkat tangannya, mengelus dada Arion dengan gerakan lembut namun provokatif. "Mereka kira aku cewek nakal, sayang," bisiknya dengan suara rendah yang menggoda, cukup dekat sehingga bibirnya hampir menyentuh telinga Arion. "Apa menurutmu mereka pantas tahu lebih banyak tentang kita?"
Arion menunduk sedikit, mendekatkan wajahnya ke Liona, senyumnya menyiratkan kesenangan bermain dalam permainan ini. "Kamu mau bikin mereka benar-benar tercengang?" Suaranya pelan, penuh tantangan, dan Liona bisa merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat.
Liona tertawa pelan, suara tawa yang menggema dengan nada penuh kepercayaan diri. Dia mengangkat wajahnya, mencium leher Arion dengan lembut, memberikan sinyal yang jelas kepada para pengamat bahwa mereka lebih dari sekadar pasangan biasa. Gerakannya sengaja lambat, penuh perhitungan, seolah ingin membuat setiap detik menjadi semakin provokatif.
Bisikan di belakang mereka semakin riuh, lebih keras, dan penuh ketidakpercayaan. "Gila, liat aja tuh! Dia benar-benar nggak malu. Pasti dia sering kayak gitu di tempat umum," salah satu dari mereka berkata, suaranya lebih keras, seolah ingin memancing Liona.
Liona mendongak, menatap mereka langsung. Senyum di wajahnya berubah dingin, seperti tatapan predator yang baru saja menangkap mangsanya. Dengan langkah penuh percaya diri, dia melepaskan pelukannya dari Arion dan berjalan pelan ke arah mereka. Kedua orang itu mundur sedikit, tampak terkejut tapi tak mampu memalingkan mata.
"Ada yang mau kalian tanyakan tentang aku?" suara Liona terdengar manis, tapi di balik nada halus itu ada ancaman tersembunyi.
Keduanya terdiam, jelas tidak siap menghadapi konfrontasi langsung. Salah satu dari mereka berusaha tersenyum gugup. "Eh... nggak, nggak, kami cuma bicara biasa aja."
Liona mendekat lebih lagi, hingga hanya beberapa langkah memisahkan mereka. "Kalau kalian begitu penasaran, kenapa nggak tanya langsung? Aku bisa kasih kalian semua cerita menarik yang kalian mau dengar," ujarnya dengan nada dingin namun menggoda.
Orang yang satunya menelan ludah, jelas tidak nyaman dengan situasi ini. "Kita cuma... maksudku, kita nggak bermaksud apa-apa," katanya pelan, mencoba mundur.
Liona menyeringai lebih lebar, lalu berbalik, kembali ke sisi Arion. "Jangan berpikir kalian tahu apa-apa tentang aku," katanya sebelum menarik tangan Arion dan berjalan pergi, meninggalkan keduanya dalam keterkejutan dan rasa malu.
Arion menatapnya dengan campuran kekaguman dan ketertarikan. "Kamu benar-benar tahu cara bikin orang terdiam, ya?"
Liona mengangkat bahu, tatapan mata tajamnya masih bersinar dengan kepuasan. "Aku hanya memastikan mereka tahu siapa yang mereka hadapi," jawabnya sambil menyeringai, membuat permainan ini semakin berbahaya dan tak terduga.
Arion tersenyum kecil sambil menggeleng pelan. "Kamu terlalu menikmati ini."
Liona melirik ke arahnya, senyumannya tak memudar. "Mungkin. Tapi aku nggak suka kalau orang sok tahu ikut campur urusan kita." Dia mendekatkan tubuhnya lagi, merangkul pinggang Arion dengan santai, seolah menunjukkan bahwa dialah yang memegang kendali di setiap situasi. "Apa aku salah?"
Arion tertawa pelan, tapi ada kilatan serius di matanya. "Nggak, aku nggak pernah bilang kamu salah. Tapi kamu bikin aku penasaran... sampai kapan kamu bisa mainkan peran ini tanpa membiarkan sisi yang lain keluar?"
Liona berhenti sejenak, tatapannya berubah tajam. "Apa maksudmu? Sisi mana?"
Arion mendekatkan wajahnya, suaranya hampir berbisik di telinga Liona. "Sisi dirimu yang nggak sekadar main-main, Liona. Yang lebih... berbahaya." Liona bisa merasakan napasnya di lehernya, namun kali ini ada nada tantangan yang berbeda dalam suaranya.
Tbc
Follow ig: @wiwirmdni21 / @thrillgraceFollow tiktok: @WiwiRamadani (ada video TSK)
KOMEN DOONG YANG BANYAKKK HIHI😖🖤 SPAM NEXT!!
JANGAN LUPA VOTE🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG KETUA 2
Misteri / Thriller❝Menggoda dengan manis, menyerang dengan tajam.❞ -Liona Hazel Elnara